Menjaga Kewarasan Dalam Pengasuhan Bersama Playdate Soloraya dan Anak Juga Manusia
Salah satu hal yang paling menantang dalam mengasuh anak adalah bagaimana Menjaga Kewarasan. Tak hanya bagi seorang ibu, namun hal ini juga berlaku bagi ayah. Kenapa? Karena peran pengasuhan adalah tugas bersama yang harus dijalani bersama-sama. Bahkan, pengasuhan adalah hal yang harus dilakukan tak hanya melibatkan keluarga kecil kita, tetapi juga oleh keluarga besar, lingkungan pertemanan, lingkungan tempat kita tinggal, dan lingkungan sekolah turut berperan dalam membesarkan anak. Anak kita, anak teman, anak tetangga, semua adalah suatu kesinambungan.
Pada hari Sabtu, 8 Februari 2020 bertempat di Pose In Hotel saya berkesempatan mengikuti seminar Parenting dengan tema Menjaga Kewarasan Dalam Pengasuhan Untuk Masa Depan Anak Yang Lebih Baik. Acara ini diinisiasi oleh komunitas Playdate Soloraya dengan menghadirkan narasumber Bapak Angga Setyawan, Founder @anakjugamanusia, Praktisi Parenting, Penulis Buku Anak Juga Manusia dan Kenali Anakmu.
Ada 3 hal dalam utama dalam menjaga kewarasan :
1. Mengelola Emosi Diri.
- Belajar Nafas Secara Sadar
- Salurkan Emosi Dengan Aman Nyaman
2. Mengenal Ego Diri.
Ego berawal dari rasa takut Pemicu Ego :
➡Opini Orang Lain.
➡Perlakuan Orang Lain Pada Anak Kita.
➡Anak Tak Sesuai Harapan.
➡Anak Menolak Mau kita.
3. Mengelola Anak.
Membuat Anak Setuju Tanpa Memaksa :
▶Dibikin Terpikat
▶Dibikin Bersepakat
▶Dibikin Memilih
Tentunya ketiga point tersebut harus melalui serangkaian perjalanan panjang ya moms, makin besar anak makin besar pula tantangannya. Yang penting kita tak lelah CARI CARA agar kita dan anak dapat bertumbuh ke arah yang positif dan lebih baik.
Yang harus kita ingat adalah, anak-anak masih menggunakan otak primitif mereka sehingga saat terjadi sesuatu yang tidak diinginkan mereka akan mengamuk, membanting sesuatu, menggigit dsb. Sebagai orangtua kita adalah role model anak. Untuk dapat mengajarkan cara mengelola emosi,hal terbaik yg bisa kita lakukan adalah memberikan contoh nyata.
Kita dapat mengajarkan anak bagaimana menyalurkan emosi dengan AMAN & NYAMAN. Saat emosi memuncak, kita dapat membicarakannya dengan anak, bahwa kita marah dan akan melakukan sesuatu untuk menyalurkan emosi misalnya menyendiri, menggambar, menulis dan lain-lain hingga kita merasa lega. Betul-betul lega dan plong. Jangan sampai kita hanya menekan emosi kita. Kenapa? Saat emosi ini di tekan, maka yang terjadi adalah kita menumpuk emosi negatif itu. Jika emosi kita masih tersimpan maka kita hanya tingaal menunggu pemicunya untuk meledak. Siapa yang akan menjadi korban ledakan itu? Bisa anak kita, suami kita, orangtua kita, teman kita, namun biasanya yang paling sering terjadi adalah ledakan itu berdampak pada anak kita.
Selain itu yang mungkin dibutuhkan banyak ibu adalah bagaimana mengelola anak kita. Mmembuatnya setuju tanpa paksaan. Bagaimana caranya?
Anak itu sederhana, ia akan menjalani hal yg ia anggap enak & tidak menjalani yg ia anggap tak enak. Kita harus memahami yg ia rasakan. Anak adalah peniru ulung, ia akan meniru apa yg ia lihat dan yang ia rasa kita melakukannya dengan gembira. Jangan paksa anak memahami logika kita, karena anak usia dini paling berkembang di pusat RASA, jika kita memaksanya, maka lama kelamaan ia tidak melatih pusat RASAnya, padahal itu penting unt menumbuhkan RASA PEDULI pada sesama.
Sesuaikan tawaran dengan hal yang sangat ia inginkan sehingga ia semangat untuk memenuhi kesepakatan. Misalnya :
- Anak ingin menonton video selama 30menit, maka anak harus memakan 5 sendok sayur.
Letakkan motivasi di depan kalimat, itu bukan bentuk sogokan ataupun pemberian upah, tapi untuk memotivasi anak mencapai targetnya. Jika anak gagal, bukan karena kita melarang, tapi karena anak belum sanggup melakukan syarat yang disepakati.
Jika anak sudah bisa bersepakat, kita bisa melangkah ke tahap MEMILIH. Pilihan yang diberikan: GAK ENAK vs GAK ENAK. Misalnya :
- Anak tidak mau mandi, beri pilihan mau mandi sendiri atau dimandikan?
Jika anak menolak hak pilih jadi milik kita sehingga kita yg menentukan. Sampaikan pilihan kita,walau anak menangis tetap kita mandikan, namun emosi kita harus tetap stabil & santai. Di sini anak belajar bernegosiasi & mengambil keputusan sulit, ia akan sadar bahwa keputusan yang diambil orang lain lebih tidakk enak jika dibanding ia sendiri yang mengambil keputusan itu. Hal ini akan sangat berguna saat anak beranjak dewasa. Misalnya saat anak kita sudah bekerja. Dia akan mengalami mutasi kerja, pilihannya tidak ada yang enak, yang satu mutasi ke Surabaya, satu lagi mutasi ke Bandung. Tentu lebih nyaman tetap di kota sendiri. Namun ia harus memutuskan. Setelah ditimbang-timbang, di Surabaya dekat dengan anggota keluarga lain, jika ada hal mendesak bisa saling membantu. Maka akhirnya ia memutuskan pindah ke Surabaya. Pasti ada pergumulan batin, tetapi anak lebih siap dan lebih matang dalam mengambil keputusan dan memahami konsekuensi-konsekuensi yang ada.
Demikianlah sedikit hal yang bisa saya bagikan kali ini. Semoga kita senantiasa diberikan kewarasan dalam membersamai putra-putri tercinta.
Salam Hangat,
sapamama
Ada 3 hal dalam utama dalam menjaga kewarasan :
1. Mengelola Emosi Diri.
- Belajar Nafas Secara Sadar
- Salurkan Emosi Dengan Aman Nyaman
Praktik Nafas Sadar Didampingi Bapak Angga Setyawan |
2. Mengenal Ego Diri.
Ego berawal dari rasa takut Pemicu Ego :
➡Opini Orang Lain.
➡Perlakuan Orang Lain Pada Anak Kita.
➡Anak Tak Sesuai Harapan.
➡Anak Menolak Mau kita.
3. Mengelola Anak.
Membuat Anak Setuju Tanpa Memaksa :
▶Dibikin Terpikat
▶Dibikin Bersepakat
▶Dibikin Memilih
Tentunya ketiga point tersebut harus melalui serangkaian perjalanan panjang ya moms, makin besar anak makin besar pula tantangannya. Yang penting kita tak lelah CARI CARA agar kita dan anak dapat bertumbuh ke arah yang positif dan lebih baik.
Yang harus kita ingat adalah, anak-anak masih menggunakan otak primitif mereka sehingga saat terjadi sesuatu yang tidak diinginkan mereka akan mengamuk, membanting sesuatu, menggigit dsb. Sebagai orangtua kita adalah role model anak. Untuk dapat mengajarkan cara mengelola emosi,hal terbaik yg bisa kita lakukan adalah memberikan contoh nyata.
Kita dapat mengajarkan anak bagaimana menyalurkan emosi dengan AMAN & NYAMAN. Saat emosi memuncak, kita dapat membicarakannya dengan anak, bahwa kita marah dan akan melakukan sesuatu untuk menyalurkan emosi misalnya menyendiri, menggambar, menulis dan lain-lain hingga kita merasa lega. Betul-betul lega dan plong. Jangan sampai kita hanya menekan emosi kita. Kenapa? Saat emosi ini di tekan, maka yang terjadi adalah kita menumpuk emosi negatif itu. Jika emosi kita masih tersimpan maka kita hanya tingaal menunggu pemicunya untuk meledak. Siapa yang akan menjadi korban ledakan itu? Bisa anak kita, suami kita, orangtua kita, teman kita, namun biasanya yang paling sering terjadi adalah ledakan itu berdampak pada anak kita.
Bapak Angga Setyawan, Founder Anak Juga Manusia |
Selain itu yang mungkin dibutuhkan banyak ibu adalah bagaimana mengelola anak kita. Mmembuatnya setuju tanpa paksaan. Bagaimana caranya?
- Buat Anak Terpikat
Anak itu sederhana, ia akan menjalani hal yg ia anggap enak & tidak menjalani yg ia anggap tak enak. Kita harus memahami yg ia rasakan. Anak adalah peniru ulung, ia akan meniru apa yg ia lihat dan yang ia rasa kita melakukannya dengan gembira. Jangan paksa anak memahami logika kita, karena anak usia dini paling berkembang di pusat RASA, jika kita memaksanya, maka lama kelamaan ia tidak melatih pusat RASAnya, padahal itu penting unt menumbuhkan RASA PEDULI pada sesama.
- Buat Anak Bersepakat
Sesuaikan tawaran dengan hal yang sangat ia inginkan sehingga ia semangat untuk memenuhi kesepakatan. Misalnya :
- Anak ingin menonton video selama 30menit, maka anak harus memakan 5 sendok sayur.
Letakkan motivasi di depan kalimat, itu bukan bentuk sogokan ataupun pemberian upah, tapi untuk memotivasi anak mencapai targetnya. Jika anak gagal, bukan karena kita melarang, tapi karena anak belum sanggup melakukan syarat yang disepakati.
- Buat Anak Memilih
Jika anak sudah bisa bersepakat, kita bisa melangkah ke tahap MEMILIH. Pilihan yang diberikan: GAK ENAK vs GAK ENAK. Misalnya :
- Anak tidak mau mandi, beri pilihan mau mandi sendiri atau dimandikan?
Jika anak menolak hak pilih jadi milik kita sehingga kita yg menentukan. Sampaikan pilihan kita,walau anak menangis tetap kita mandikan, namun emosi kita harus tetap stabil & santai. Di sini anak belajar bernegosiasi & mengambil keputusan sulit, ia akan sadar bahwa keputusan yang diambil orang lain lebih tidakk enak jika dibanding ia sendiri yang mengambil keputusan itu. Hal ini akan sangat berguna saat anak beranjak dewasa. Misalnya saat anak kita sudah bekerja. Dia akan mengalami mutasi kerja, pilihannya tidak ada yang enak, yang satu mutasi ke Surabaya, satu lagi mutasi ke Bandung. Tentu lebih nyaman tetap di kota sendiri. Namun ia harus memutuskan. Setelah ditimbang-timbang, di Surabaya dekat dengan anggota keluarga lain, jika ada hal mendesak bisa saling membantu. Maka akhirnya ia memutuskan pindah ke Surabaya. Pasti ada pergumulan batin, tetapi anak lebih siap dan lebih matang dalam mengambil keputusan dan memahami konsekuensi-konsekuensi yang ada.
Demikianlah sedikit hal yang bisa saya bagikan kali ini. Semoga kita senantiasa diberikan kewarasan dalam membersamai putra-putri tercinta.
Salam Hangat,
sapamama
2 Komentar
makasih sharingnya bermanfaat
BalasHapusTerima kasih. Senang bisa membantu.
Hapus