Kucing adalah salah satu hewan peliharaan yang sangat digemari oleh masyarakat di Indonesia. Sejak saya kecil, keluarga kami sudah terbiasa memelihara kucing. Tujuan utamanya sih untuk berburu tikus, hehehe... Apalagi jaman dulu kucing ras belum sebanyak sekarang, jadi kucing-kucing generasi lama biasanya adalah kucing domestik murni yang daya tahan tubuhnya kuat dan 'bandel'. Entah ini mitos atau fakta, rasanya kucing jaman dulu lebih panjang umur, padahal di rawat dengan seadanya. Dulu, kucing kami bisa berumur lebih dari 3 tahun, tapi kucing-kucing kami yang sekarang, biasanya hanya bertahan maksimal 1,5 tahun saja.

Ternyata, walau memiliki status kucing peliharaan, kucing keluarga kami sebetulnya merupakan kucing yang hidurp di alam bebas. Dilansr dari laman cats.about.com, usia kucing yang hidup bebas hanya 2-3 tahun. Jika dirawat dengan baik, di dalam rumah, kucing bisa mencapai usia 21 tahun, bahkan lebih.

Melihat fakta itu, usia kucing kami ternyata masih muda saat mereka mati. Terakhir adalah kucing kami Mona dan Choku. Keduanya mati saat usianya belum genap 2 tahun. Sedihnya, mereka mati karena alasan yang sama, yaitu serangan virus Panleukopenia.

Kenangan beberapa saat setelah Mona berhasil membawa pulang Choku. Awalnya musuhan jadi temenan.

Sedih sekali karena ada perasaan bersalah, terlalu santai dan lalai memberikan vaksin untuk proteksi kesehatan mereka. Saya pernah sedikit membahan Mona dan Choku di artikel Bagaimana Menemukan Kucing Hilang Dengan Bantuan Kucing Lain.

Ternyata, suka kucing saja tidak cukup untuk para kucing tersayang. Lalu, apa saja yang harus kita perhatikan jika ingin memelihara kucing?

1. Sayangi kucing sepenuh hati

Memang kucing ras nampak lebih menggoda. Bulunya panjang dan tebal, ada yang bertubuh mungil menggemaskan, dan ada juga yang memiliki corak bulu yang eksotis sehingga lebih menarik perhatian. Bagi sebagian orang, memelihara kucing ras adalah prestis tersendiri. Padahal, jika kita memang sangat menyukai kucing atau binatang yang lain, ras atau domestik tak menjadi soal. 

Bagi saya, ini juga langkah untuk mengajarkan anak saya untuk menghargai tanpa memandang latar belakang. Kita saja merasa ngga nyaman kan kalau dibandingkan dengan suku dan ras tertentu. Lalu, kenapa kita memandang binatang dengan sudut pandang seperti itu.

Mona, si kucing kampung yang tangkas

Ketidak pahaman dan cinta bersyarat paca pemelihara kucing ras bisa menjadi masalah dikemudian hari. Sekarang, para pecinta kucing sering sekali menemukan kucing ras yang terlantar. Biasanya, kucing-kucing itu dibuang karena sakit dan orang yang memelihara enggan merawatnya. Sedih ya...

Kucing kami, si Choku juga merupakan kucing mixdome yang terlantar, Mona juga sama, kami adopsi dari adopter yang menyelamatkannya dari pasar. Walau belum maksimal, namun terbukti kalau kita merawat mereka, kucing juga nampak menggemaskan kok. Mona saja bulunya jadi berkilauan dan lembut, si Choku juga sama, bahkan terakhir nimbang beratnya 4 kilogram.

Choku yang selalu menemani setiap aktivitas

Jika memutuskan memiliki kucing ras berbulu lebat seperti Persia atau Naggora, jangan lupa untuk rajin grooming agar kucing kita tidak berkutu dan berjamur.

Jadi, walau kucing kita kucing kampung, mixdome, atau tas, kita harus merawatnya sama baik.

2. Pakan yang berkualitas

Jika dulu kami sering memberikan kucing kami dengan pakan nasi dan pindang goreng, kini kami tidak melakukannya kaena ternyata bisa menjadi pemicu kerontokan bulu kucing. Sebaiknya konsultasi dengan dokter hewan untuk mengetahui pakan terbaik.Usahakan memberi makan kucing yang sesuai, bisa dry food dikombinasi dengan wet food. Untuk kucing jantan, sebaiknya dipersering memberikan wet food, salah satunya untuk mencegah kekurangan vitamin B (cmiiw) pada kucing.

Hal ini pernah terjadi pada Cokoruto, dia mengalami defisiensi vitamin B dan menyebabkan matanya berair dan merah. Dia sembuh setelah kami bawa ke dokter dan diberikan suntikan vitamin.

Kucing-kucing di Kafe Kucing bersemangat makan bersama

Kita juga sebaiknya tidak gonta-ganti makanan kucing (terutama dry food). Jika sudah cocok, pakai saja pakan itu. Ketidak cocokan pakankucing bisa menyebabkan kucing diare dan muntah.

Pemberian susu sapi juga tidak disarankan ya, hal ini bisa menyebabkan diare. Pilih susu khusus kucing yang tersedia di pasaran.

3. Pemberian vaksin

Ini adalah yang paling penting dan harus diperhatikan. Jangan sampai kita lalai karena bisa berbahaya bagi kucing kita. Pemberian vaksi pada kucing memerlukan komitmen dari kita karena biayanya jelas tidak murah. Untuk vaksin virus Feline Panleukopenia (FVP) saja harga vaksinnya Rp190.000; belum termasuk biaya dokter sekitar Rp30.000-50.000; (di Solo, kota lain bisa berbeda ya). Dosisnya pertama dua kali dengan jeda 2-4 minggu, selanjutnya vaksin ulang setahun sekali.Vaksin ini sudah bisa diberikan kepada kucing sejak usianya 6-8 minggu.

Kucing yang sakit menjadi lemas, tak bersemangat, tidak berselera makan, dan berat badannya turun drastis

Virus lain yang sering menyerang kucing adalah:

- Virus Feline Immunodeficiency (FIV) yang menyerang kekebalan tubuh kucing,

- Virus Rhinotacheitis, yaitu virus herpes yang menyerang saluran pernapasan bagian atas,

- Virus Feline Calicivirus (FCV) yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas, mata, dan mulut pada kucing,

- Virus Feline Laukimia (FELV) yang merupakan virus darah yang menyerang tulang belakang.

Dari daftar virus di atas, dapat terlihat betapa banyaknya tanggung jawab dan komitmen yang harus kita ambil kan. Baik secara fisik dan tentu saja materi.

Perlu kesabaran dan telaten merawat kucing sakit. Kucing sakit harus disuapi saat makan, minum, dan minum obat secara rutin.


4. Steril

Kucing jalanan adalah kucing rumahan yang tidak di steril. Apakah teman mama setuju dengan ungkapan itu? Familiarkah dengan pendapat berikut ini:

"Anaknya lucu-lucu. Kalau anaknya udah di sapih, induknya dibuang aja"

Mau mengakui atau tidak, banyak orang disekitar kita yang masih memiliki oemikiran seperti itu. Untuk mencegah tidakan membuang/menelantarkan kucing, teman mama bisa mensterilkan kucing kita. Berdasarkan diskusi saya dengan drh. Daniel Christian Kuntadi, kucing betina sudah bisa disteril mulai usia 5-6 bulan, sedangkan kucing jantan usia 6-8 bulan.

Kucing jantan yang disteril akan lebih betah tinggal di rumah. Kucing yang tidak disteril sering keluyuran saat masa birahi. Bikin cemas!

Biaya proses steril kucing beragam, mulai dari Rp250.000-750.000; tergantung dokter hewan yang menangani. Sebelum eksekusi steril kucing kesayangan, sebaiknya kita konsultasi dulu dengan dokter hewan kepercayaan kita.

Dengan melakukan steril pada kucing, selain membuat kucing makin betah di rumah, hal ini juga meningkatkan usia harapan hidup kucing kita. 

5. Vitamin dan obat cacing

Sama seperti manusia, kucing juga memerlukan asupan vitamin untuk menjaga tubuhnya tetap sehat. Selain itu, kucing juga memerlukan proteksi dari cacing yang berbahaya bagi kesehatan. Obat cacing bisa dibeli di pet shop, dosisnya sudah ada, disesuaikan saja dengan kucing kita. Kalau saya dulu beli saat sekalian periksa ke dokter hewan. harganya juga sama kok, sekitar Rp20.000/butir.

6. Potty training

Kucing adalah binatang yang menyukai kebersihan. Secara alamiah dia akan buang air besar dan air kecil di tanah atau pasir. Oleh karena itu ada baiknya kita melatihnya untuk terbiasa buang air di wadah khusus agar kucing kita tidak buang air sembarangan.


Wadah untuk buang air terbuat dari plastik sederhana yang di tutup kayu agar tetap indah dipandang.

Wadahnya cukup sederhana kok, teman mama bisa memilih wadah plastik yang lebar dan agak tinggi dan diisi dengan pasir khusus yang dibeli di petshop. Jika kucing masih bayi, teman mama harus sabar karena kucing masih sering mengompol. Jadi, sebaiknya siapkan wadah khusus atau area khusus kucing agar ompolnya tidak mengotori rumah. Yang penting selalu sediakan wadah untuk buang air agar si kucing terbiasa.

Kita juga harus rajin membersihkan wadah agar kebersihan dan kesehatan kucing kita terjaga. Kalau kita malas membersihkan, maka wadah kotoran tersebut akan menimbulkan bau yang tak sedap.

7. Pemeriksaan rutin ke dokter hewan

Sama seperti pentingnya berkunjung ke dokter gigi bagi manuasia, kontrol rutin ke dokter hewan penting bagi kucing kesayangan kita. Di awal masa hidupnya kita bisa kontrol sekaligus melakukan vaksinasi. Untuk selanjutnya kita bisa melakukan check up rutin dan melakukan booster imunisasi agar tubuh kucing kita makin kuat.

Sangat penting rutin membawa kucing ke dokter untuk diperiksa. Temukan dokter terdekat dengan rumah kita.

Jangan tunggu sampai kucing kita sakit ya, semakin rajin kita kontrol, maka jika kucing kita terserang suatu penyakit akan lebih cepat diketahui dan ditangani. Hal ini dpat menghemat biaya pengobatan.


Nah, inilah 7 poin penting yang perlu diperhatiakn sebelum memutuskan merawat kucing versi sapamama. Kira-kira, apa saja yang masih kurang dan perlu di tambahkan? Silahkan tulis di kolom komentar ya...



Salam Hangat,

sapamama




30 Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Kucingku semua betina, sih. Padahal niatnya punya sepasang. Jadi sekarang lagi jagain agar enggak pergaulan bebas sama sembarangan kucing jantan. Soalnya ada yang udah melahirkan terus dia dan anak2nya mati karena kena virus bawaan pacar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau bisa disteril aja mba. Biar tenang, hehehe....

      Hapus
  3. Anakku tuuh yg pengen banget pelihara kucing. Ternyata hrs siap banget yah. Sementara ini sih dia suka jalan aja di kompleks smbil bawa botol isi makanan kucing. Ntar dia kasih makan deh yg ketemu di jalan...wkwkwk...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, keren mba Hani. Seperti itu malah bagus lho. Gapapa. Karena tanggung jawab terhadap hewan peliharaan ternyata luar biasa

      Hapus
  4. Wah..detail sekali penjelasan tentang hal hal yang harus diperhatikan sebelum kita memelihara kucing ya..

    Setuju..jangan sampai, di kemudian hari kita malam membuat hewan peliharaan terabaikan.

    Wah, ternyata memberi makan nasi dan pindang bukanlah hal yang baik ya. Dulu saya suka memberi makan kucing kampung yang kerap main ke rumah pakai menu itu 🙈

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya memang itu menu andalan orang Indonesia ya mba.... Kalau terpaksa ngadih sebaiknya ikan pindangnya mentah aja, ga usah di goreng lagi. Sama tulangnya dibuang biar kucing ngga kelolodan.

      Hapus
  5. Saya juga memelihara kucing mba, banyak ada 11 ekor. 2 bulan lalu banyak yang mati gara-gara kena virus, padahal sudah ada yg di vaksin juga. Sedih banget rasanya...Tapi memang sih, kalau memelihara binatang memang harus siap dana, gak asal makan cukup.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Turut berduka ya mba.... Setidaknya sudah ikhtiar ya mba... Apalagi kalau kucing sakit, lumayan menguras kantong, hehehe

      Hapus
  6. Wah, ternyata untuk memelihara kucing membutuhkan banyak hal ya Mbak? Info Mbak Era detail banget. Kalau saya pernah pelihara tapi ndak tahan lama Mbak, kadang hilang nggak balik atau tiba-tiba mati pernah kayaknya ada yang meracun, jadinya nggak berani pelihara lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau mati seperti keracunan itu biasanya karena kucing makan tikus yg udah terkontaminasi racun tikus mba. Sering kejadian sama tetangga saya. Semoga suatu saat ada keberanian untuk memelihara kucing lagi ya...

      Hapus


  7. Aku tak suka kucing . Tapi bukan pembeci kucing. Yang mengganggu, ketika dia beol, muntah, dan pipis sembarangan. Kedua anak dan empat cucuku penyayang kucing. Selamat siang, Mbak Era. Saya bukan peserta BW. Sebab blogger dan member baru di IIDN, belum memenuhi persyaratan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal bunda... Terima kasih sudah berkenan mampir ke blog saya. Tante saya juga ada yg tidak suka kucing bun, tapi anaknya suka banget sama kucing, hihihi... Salam untuk cucu di rumah.

      Hapus
  8. Wah saya sebenarnya termasuk penyayang kucing. Selama ini yang menghalangi merawat kucing adalah bingung ketika kucing suka buang air dimana-mana. Salut sama yang bisa melatih deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seberulnya kucing itu pada dasarnya suka kebersihan mba. Jadi tinggal kita sediakan wadah, dia akan datang sendiri.

      Hapus
  9. saya punya dua kucing mbak
    memang klo pelihara kucing itu harus care juga soal perawatan kesehatannya ya mbak
    kucing kucing sy blm sy sterilkan
    msh nabung dulu, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Steril kucing memang PR banget mba. Masih ada rasa eman2, hehehe.... Makanya sementara ini (setelah dua kucing saya mati), saya milih ngga memelihara lucing dulu.

      Hapus
  10. Di rumah juga ada kucing liar yang sudah menetap di luar . Kucingnya di rawat sama anak2ku dan keponakan mbak, sampai punya anak, akhirnya di rawat semua. Tapi kami merawatnya di luar rumah, dibuatkan rumah dari kardus buat tempat tinggalnya, dan rutin di kasih makan. Memang kucing adalah hewan peliharaan yang paling di sukai oleh hampir semua usia, terutama anak2 ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, keren... Bisa mengasah rasa kepedulian anak2 juga ya mba....

      Betul mba, rata2 anak kecil suka kucing. Soalnya kucing suka manja, bikin gemas.

      Hapus
  11. Teman saya saking cintanya sama kucing, sampai menampung kucing-kucing yang dibuang. Dipelihara beneran loh. Kalau sakit dibawa ke dokter hewan segala. Memang kasian kucing-kucing jalanan. Kadang liat ada yang badannya luka-luka entah karena diserang atau bekas siram air panas. T__T

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salut sama temen mba Nieke. Semoga dimudahkan dan dilancarkan rejekinya agar bisa merawat kucing2 terlantar.

      Hapus
  12. Di rumah saya juga memelihara kucing. Dulu ada beberapa ekor, sekarang tinggal satu ekor itu pun yang paling tua. Saya pribadi enggak telaten mengurusi hewan, jadi selama ini yang mengurusi adalah suami saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantab... Untung suami kooperatif ya mba. Bisa saling mengisi, hehehe

      Hapus
  13. akujadi inget waktu kecil ga sengaja melihara kucing krn mereka senang dtg ke rmh dikasih makan. dan beranak pinak sampe 3 generasi. tapi dulu ga dikasih vaksin dll, benar kuakui sempat buang mamaknya karena pupup sembarang terus. ternyata kucing bisa ya di toilet training

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maklum ya mba, jaman dulu informasi masih minim dan dokter hewan belum banyak, jd wajar tidak aware ttg vaksin dan steril.

      Hapus
  14. Aku juga tadinya mau melihara kucing ras, kak..
    Mengingat menjadi terapi untuk anak-anakku.
    Tapi kata suami, kita dzolim kalau hanya melihara hewan yang bagus tapi mengabaikan kucing yang ada di sekitar.

    Akhirnya kami memberi makan setiap kucing yang ada di sekitar rumah setiap hari. Dan alhamdulillah, kalau di hitung-hitung, ada 20an lebih. Memang datangnya gak selalu bareng.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah.... Yang seperti ini justru bagus mba.... Hanya membaca saja aku jadi terharu. Semoga banyak yg mengikuti sikap mba Lendy

      Hapus
  15. Didaerahku sini banyak sekali kucing liar berkeliaraan mbak era, bahkan sebulan sekali betinanya melahirkan, terdengar anak kucing diatas genting saya mbak,hehehe. Ada juga kucing bagus banget tapi dibiarkan liar begitu saja, tidak ada pemiliknya. Pernah anak saya mau melihara mereka, tapi saya nya yang menolaknya, karena alasan belum bisa membagi perhatian ke kucing, hahaha. Nah, ternyata benar kan ya banyak yang harus diperhatikan saat melihara kucing,xixixi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keputusan tepat mba. Butuh komitmen materiil dan immateriil, hehe... Mungkin sesekali ngasih makan kicing2 liar aja, sudah cukup membantu.

      Hapus
  16. Wah makasih mbak Era, informasinya sangat membantu membuka wawasan.

    BalasHapus