Review Aplikasi Yummy App dan Perjuangan Menghapus Bias Gender Mulai dari Dapur
Pada suatu hari sahabat saya mengirimkan sebuah pesan yang membuat perasaan saya campur aduk. Antara prihatin, sedih, heran, dan juga marah. Singkat kata sahabat saya itu mengabarkan bahwa ia sudah putus dengan kekasihnya. Yang membuat saya geregetan, alasannya adalah karena teman saya ini dianggap tidak becus melakukan pekerjaan domestik terutama memasak.
Sebetulnya sahabat saya ini sudah
berusaha untuk belajar memasak. Namun, namanya memasak kan tidak hanya bicara
tentang suatu proses menghasilkan makanan, namun, kita juga harus ada modal
untuk membeli bahan makanan berkualitas untuk mendapatkan cita rasa yang
nikmat.
Sahabat saya belum lama ini mengundurkan diri, lalu bekerja di perusahaan baru yang gajinya tidak seberapa. Jadi dia harus pintar-pintar berhemat. Belum lagi ia tidak bisa mengendarai kendaraan bermotor sehingga ia harus berganti setidaknya 2 kendaraan umum antar kota untuk bisa bertemu kekasihnya. Jadi, jika harus membeli bahan makanan, memasak, lalu mengirimkan pada kekasihnya tersebut maka hal ini akan memerlukan pengorbanan dari sisi waktu, energi, dan biaya.
Hhhhh... Gemas rasanya. Setiap perempuan berhak memiliki hubungan yang sehat tanpa adanya desakan, paksaan, dan rasa takut. Menekan dengan berlebihan tanpa memberi solusi pasti hanya akan menciptakan relasi yang toxic. Jujur saja saya justru senang sahabat saya berpisah dengan kekasih yang saat itu. Dia berhak untuk menjadi perempuan yang dihargai. Syukurlah pada akhirnya ia bisa bertemu lelaki yang memiliki sudut pandang terbuka tentang peran perempuan dalam rumah tangga di mana ia memahami bahwa peran seorang perempuan tak hanya sebatas aktivitas dapur, sumur, dan kasur.
Memahami Seksualitas dan Gender
Dalam masyarakat kita masih
banyak kesalahpahaman terkait makna gender dan seksualitas. Saat kita bicara di
ruang publik, kata seks dianggap tabu, namun gender dianggap lebih sopan.
Padahal, dua kata itu memiliki makna yang berbeda.
Seks adalah pembagian 2 jenis kelamin, yakni laki-laki dan perempuan, yang ditentukan secara biologis. Seks juga berkaitan dengan karakter dasar fisik dan fungsi manusia, mulai dari kromosom, kadar hormon, dan bentuk organ reproduksi. Sedangkan gender adalah persepsi masyarakat yang mengacu pada peran, perilaku, ekspresi, dan identitas seseorang, baik laki-laki maupun perempuan. Gender biasanya diasosiasikan dengan sifat maskulin dan feminin, maskulin cenderung bersifat kelaki-lakian, rasional, gagah, kuat, atau memimpin. Sedangkan feminin diasosiasikan dengan sifat yang emosional, lemah, lembut, perasa, bahkan patuh.
Selama ini lahir beberapa stigma gender dalam masyarakat kita, di antaranya tugas domestik rumah tangga seperti memasak, mengasuh dan mendidik anak, mencuci, atau membersihkan rumah adalah tugas perempuan. Sedangkan bekerja, mencari nafkah, dan menjadi kepala keluarga adalah tugas laki-laki. Padahal, banyak kasus seorang istri kehilangan suami sehingga harus menjadi orang tua tunggal yang memaksanya menjadi ibu sekaligus ayah bagi anaknya.
Jika melihat kasus peran sebagai
orang tua tunggal di atas, apakah kita masih bisa membatasi peran gender dalam
rumah tangga?
Pembatasan Peran Gender Dalam Rumah Tangga, Masihkah Relevan?
Saya setuju bahwa seorang
perempuan harus bisa masak. Tapi saya juga meyakini bahwa seorang lelaki juga
harus bisa memiliki skill itu. Sama halnya dengan tanggung jawab dalam
keluarga, suami wajib menafkahi keluarga, namun jika seorang istri mampu dan
bisa membantu secara ekonomi, kenapa tidak?
Tidak perlu berumit ria
dengan penemuan teknologi nirkabel “wi fi” tak kasat mata yang
ditemukan Heidy Lamarr, bahkan wiper kaca mobil berbalut bahan karet pun
ditemukan oleh seorang perempuan bernama Mary Anderson. Penemuan-penemuan ini
tak akan pernah ditemukan jika para perempuan hebat itu terkukung dalam pengkotak-kotakan
aktivitas berdasar bias gender yang melekat dalam masyarakat kita.
Baca Juga : Langkah Diet Sehat Dan Mudah, Dilengkapi Dengan Resep Overnight Oat
Agar tidak ada lagi kisah sedih seperti yang terjadi pada sahabat saya, maka perlu sekali kita menghapuskan bias gender yang melekat di dalam kehidupan keluarga. Nyatanya, kesetaraan gender terutama dalam relasi keluarga merupakan salah satu fondasi mewujudkan ketahanan keluarga masa kini. Di dalam lingkup keluarga, kesetaraan gender dapat dimulai dengan berbagi peran antara suami dan istri dalam mengerjakan aktivitas kehidupan keluarga, termasuk praktik pengasuhan anak.
Menghapus Bias Gender Dalam Keluarga Mulai Dari Dapur
Seorang anak yang terbiasa menyaksikan ayah dan ibunya bekerja sama dalam kesehariannya, maka ia pun memahami bahwa baik ayah maupun ibunya dapat fleksibel sesuai dengan kebutuhan keluarga. Apalagi, sebetulnya aktivitas-aktivitas keseharian seperti mencuci, membersihkan rumah, memasak dan sebagainya adalah sebuah life skill yang wajib untuk dimiliki baik laki-laki maupun perempuan.
Dalam hal memasak, minimal anak bisa memasak makanan sederhana seperti memasak nasi telur ceplok/dadar, nasi goreng, dan sayur sup. Tentunya biasakan juga setelah masak ia juga berbenah dan mencuci peralatan agak dapur kembali bersih dan rapi. Kalau berantakan, bisa-bisa dimarahi chef Arnold lho... Hihihi...
Dengan adanya latihan kebiasaan
baik dan pemahaman tentang peran dalam keluarga, maka niscaya generasi anak
kita di masa depan akan lebih menghormati dan memahami peran tiap
individu di lingkungannya, entah itu lingkungan keluarga maupun lingkungan
tempat ia bekerja.
Baca Juga : Resep Chicken Stew With Mashed Potato
Untuk mengobarkan semangat di
dapur, biasanya saya mencoba untuk mengeksplorasi resep masakan. Yang paling
sering sih permintaan khusus dari si kecil ada kalanya ia terinspirasi dari acara
televisi kesayangannya.
Kenalan Yuk, Dengan Aplikasi Memasak Yummy App
Kemarin anak saya meminta buah nanas. Untung saja ada stok karena kebetulan sehari sebelumnya suami saya belanja beberapa jenis buah untuk stok. Selama ini anak saya hanya menyukai buah apel, jadi ketika ia meminta buah nanas, maka saya pun semangat untuk mengupasnya. Ternyata anak saya menolak untuk memakan nanas secara langsung. Saya kembali memutar otak untuk menemukan resep yang cocok. Setelah berseluncur di dunia maya, saya menemukan sebuah aplikasi memasak yang menarik dan mengunduh aplikasi tersebut. Aplikasi tersebut adalah Yummy App.
Untuk menggunakan aplikasi memasak Yummy App caranya cukup mudah. Pertama, kita unduh dulu aplikasi Yummy App melalui Google Play atau App Store. Yummy App merupakan aplikasi yang user friendly, jadi walaupun pertama kali kita mengunduh aplikasi ini, dengan mudah kita bisa langsung menggunakannya. Setelah itu, kita buat akun di Yummy App menggunakan alamat email. Ternyata proses pembuatan akun di Yummy App sangat cepat. Setelah akun kita aktif, kita bisa menjelajah dan menggunakan berbagai fitur di dalam aplikasi Yummy App. Ehm, yang bikin hidung kembang kempis, ada kata Chef disematkan di depat nama kita. Jadi berasa selevel sama master Armold khan, hihihi...
Ada fitur pencarian untuk menemukan resep sesuai dengan bahan makanan yang kita miliki. Saya segera mencari menu dengan kata bantu nanas. Dari fitur ini kita bisa mengerucutkan pencarian menggunakan filter lain seperti filter budget, penilaian, popularitas, maupun proses memasak.
Untuk resep buah nanas, kebanyakan resep makanan yang tersedia menggunakan tepung, di goreng, atau versi pedas. Karena merasa kurang cocok, maka saya mencoba mengambil jeda dan menekan tombol undo. Tak lama berselang muncul notifikasi pop up yang memperlihatkan informasi tentang Resep Menjaga Imunitas. Saya coba klik dan muncul berbagai resep menarik yang bermanfaat untuk menjaga imunitas tubuh. Resep-resepnya didominasi oleh jenis minuman herbal. Perhatian saya tertuju pada resep Ginger Lemon Grass Tea. Melihat 90% bahannya tersedia di dapur saya, maka saya memodifikasi resep tersebut dengan menyertakan nanas impian anak saya.
Membuat Resep di Aplikasi Memasak Yummy App
Setelah semua bahan terkumpul maka saya punya ide untuk membuat resep. Tercetuslah sebuah resep minuman penjaga imunitas yang saya beri nama Teh Nanas Jahe Serai Sehat. Bahannya sangat mudah diperoleh, di antaranya adalah teh daun lokal, buah nanas, jahe, serai, gula jawa/aren/pasir, air, dan es batu jika perlu.
Untuk menuliskan resep masakan di Yummy App ternyata sangat praktis, yang diperlukan adalah:
- Deskripsi tentang resep kita
- Takaran bahan
- Langkah proses memasak (minimal 5 langkah)
- Foto pendukung untuk tiap langkah memasak dan foto utama makanan.
Jika ada satu saja langkah yang belum dilengkapi, maka akan muncul pop up pemberitahuan tentang kekurangan resep kita. Jika sudah selesai, kita bisa mengunggah resep dan menunggu persetujuan tim editor apakah resep kita ini layak untuk ditayangkan atau tidak. Jika ada kekurangan, maka akan ada pemberitahuan revisi. Jika sudah tayang, maka kita akan memperoleh poin lho, 100 Yummy Point sama dengan Rp10.000; bisa untuk tambahan uang belanja, cihuy...
Memberdayakan Anak Ketika Memasak
Manfaatkan Kolom Resep Ide Jualan Untuk Jadi Cuan
Melihat semangat memasak anak saya yang cukup baik, rasanya tidak ada salahnya jika memaksimalkan potensi ini untuk meraih peluang penghasilan alias cuan. Ini sekaligus menjadi sarana mengajarkan anak saya kecakapan dalam mengatur waktu dan uang. Beruntung Yummy App memiliki fitur Kolom Resep Ide Jualan.
Dengan memanfaatkan fitur ini kita bisa mendapatkan berbagai resep untuk berjualan yang dijamin enak. Menu yang ditawarkan beragam, mulai dari menu lokal seperti sempol ayam, menu oriental seperti hakau ayam, hingga menu western seperti spaghetti brulee bisa kita pilih untuk dijual.
Saya mencoba memodifikasi salah satu resep, yaitu Bolu Kopi Crumble menjadi Roti Kopi Crumble, tapi sayangnya belum bisa dikatakan berhasil, hehehe... Tapi, saya ngga mau menyerah, lain kali kita coba memasak resep Bolu Kopi Crumble lagi dengan bahan yang benar. Nabung dulu sis...
Jika teman-teman menginginkan budget dalam memasak lebih terkendali, kita bisa menggunakan fitur Filter Budget. Di sini kita bisa memilih resep-resep berdasarkan harga bahan dasarnya. Makin maknyus khan..
P e n u t u p
Dua puluh tahun yang lalu saya masih membuka-buka majalah dan tabloid mama saya untuk mencari resep masakan, kini anak saya hanya perlu menggenggam gawai, scroll up-scroll down untuk bisa mencari resep yang dia inginkan. Lebih hemat waktu, energi, dan tentu hemat bahan baku kertas karena sudah tidak perlu mencetak apa-apa lagi.
Semoga segala kemudahan yang kita miliki hari ini bisa memaksimalkan potensi anak kita, menbekalinya dengan kemampuan positif sehingga ia pun akan tumbuh menjadi manusia yang berempati, bijak, bermanfaat bagi keluarga dan lingkungannya. Aamiin....
https://nationalgeographic.grid.id/read/132083193/15-ilmuwan-perempuan-yang-penemuannya-mengubah-dunia?page=all
http://pendidikan-sosiologi.fis.uny.ac.id/berita/analisis-bias-gender-pada-masyarakat-indonesia.html
51 Komentar
Aku nggak pernah menyangka sebelumnya kalau mengajaarkan life skill pada anak bisa membantu menghapus bias gender lho. Insight baru untukku nih. Ohya, aku juga udah instal Yummy App, lumayan lho, sekarang masakanku lebih variatif.
BalasHapusKurang lebih, karena dengan menguasai life skill anak kita kan jadi lebih luwes dalam melakukan berbagai peran/tugas dalam keluarga mam.
HapusWah, keren nih ternyata udah sering pakai Yummy app. Sudah sering mengunggah resep buatan sendiri juga mam?
Nggak mam. Kalau aku sih cukup sebagai penikmat aplikasi, hihihi...
HapusSiaaap.
HapusAda temenku yang mencari calon istri harus pinter masak. Katanya, cinta itu berawal dqri perut hahahha. Padahal masak itu basic skill.
BalasHapusSebelum bikah harus sering-serung simasakin dulu dong ya biar tahu masakannya enak atau ngga,hehe...
HapusAku makin nambah insight soal bias gender juga nih jadinya. Dan untuk aplikasi Yummy, aku senang karena membantu kalau lagi buntu ide masak
BalasHapusSiap... Toss dulu mam...
Hapusngomongin peran gender di rumah, aku termasuk yang gak menentukan peran dalam merawat dan mengerjakan tugas di rumah disesuaikan gender, cuma memang suamik gak bisa masak dan nyuci piring jadi bagian itu selalu aku yang pegang perannya, kalo yang lain suamik masih mau bantu
BalasHapusSemangat ya mam, yang penting dikomunikasikan secara terbuka biar ciamik pembagian tugasnya.
HapusAduuhh, jadi mixed feelings banget baca lead artikel ini mba, wkwkwk.
BalasHapusTapii memang sebaiknya kita semua kudu bs masak sih ya. BISA, ngga harus JAGO ala masterchef :D
Alhamdulillah, ada YUMMY App yg memudahkan hidup dan kita bisa mendapatkan banyak ide utk memasak.
Iyalah... Masak kan basic life skill. C+Laki-laki atau perempuan wajib bisa. Apalagi jaman sekarang ada aplikasi Yummy App. Mantul.
HapusOlala..aku pun ikut senang kalau sahabat mak era akhirnya gak jadi sama pacar yang maunya aneh2 hehe..Senang juga kalau akhirnya ketemu yang lebih baik.. Aplikasi Yummy emang cucok ya buat belajar masak atau buat yang experts juga.. Pilihannya banyak..menunya juga enak2 tuh...
BalasHapusBener, untuk pemula Yummy App bisa jadi sumber inspirasi dan ilmu. Untuk expert, Yummy App bisa untuk berbagi resep.
HapusJadi kita bukan sekedar tau resepnya, tapi biaya yang dikeluarkan dalam membuat resep itu ketahuan ya? Keren nih, pas kantong tipis kita bisa cari menu yang low budget.. xixixi
BalasHapusBener mam.. Bahkan kita bisa cari resep 10ribuan udah enak dan bikin kenyang, heheheh...
HapusAku termasuk produk perempuan yang ga pintar masak loh heheheee.. alhamdulillah tidak menjadi masalah dalam keluarga sependek hampir 20 tahun pernikahan. Yaa masak yang gampang2 sih bisa lah, tapi kalau sudah yang rumit, tentu butuh bantuan. Ada Yummy App kan sekarang, jadi ga perlu pusing lagi. ;)
BalasHapusMantab. Alhamdulillah paksu juga bisa memahami ya mam.. Yang penting masakan kita bisa dimakan dan anak serta suami doyan ya... Klaau pakai Yummy App sih hasil masakan kita bisa makin variatif dan enak .
HapusWoow...ngomongin gender sampai ke urusan masak kereen banget. Tapi aku sendiri kalo diberi rezeki untuk punya anak laki-laki aku pun akan mengajarkan dia mengurus rumah dan masak loh, karena menurutku itu kan Life skill ya baik perempuan dan laki-laki ya harus punya kemampuan itu.
BalasHapusMantab.. Setuju deh. Kalau anak bisa masak kan lebih mandiri, dan tetunya jadi lebih punya empati.
HapusKalo masalah masak-memasak sebenarnya para pria pun boleh kok memasak. Jadi saat mereka hidup jauh dari keluarga gak menggantungkan kebutuhan makan ke warteg, tapi bisa masak sendiri. Apalagi saat beristri, dan misalnya istri sedang sakit atau capek nah boleh deh dibantuin acara masak-memasaknya. Konsepnya itu antara pria dan wanita itu adalah ta'awun yaitu kerja sama/ tolong menolong. Ibarat kata saling melengkapi lah.
BalasHapusSetuju banget mam Mia. Saling support dan saling mengisi saat berbagi peran dalam keluarga ya mam....
HapusAsyik nih, Yummy App bikin memasak terasa mudah. Aku juga udah cobain tadi saat mau nyari resep tentang jamur krispy dan tepungnya mau bikin sendiri, langsung keluar deh resepnya. Praktis banget..Banyak manfaat lainnya juga ya termasuk ide jualan juga ada..Top banget
BalasHapusWuih, jamur krispi enak... favorit banget
HapusWalah ... Salah besar kalau memasak itu hanya urusan perempuan. Lihat master chef sampai penjual nasgor keliling, banyakan laki-laki, Kan?
BalasHapusDi rumahku, yang suka memasak malah suamiku. Trus, anak lelakiku suka ngajak eksperimen di dapur, lho. Dia semangat tiap ikut cooking class.
Hehe... cocok mam.. Kalau aku baca memang pekerjaan di dapur (chef) itu berat, makanya banyak chef laki-laki.
HapusWaah angle tulisannya menarik mbak...
BalasHapusAku sangat sepakat dengan pembagian peran tanpa bias gender ini. Tapiiiiii, faktanya suamiku kurang bisa diharapkan soal kerja domestik hahaha. Ya gimana, dia kayak gitu juga nggak ujug-ujug ya kan....Sampai suatu hari ngobrol2 sama ibu mertua dan ternyata beliau tipe yg rapi dan mending ngerjain sendiri segala sesuatunya (anaknya 4 lakik semua btw).
Dari situ, jadi makin paham kalau pengetahuan tentang perang gender memang tidak bisa diberikan sekali waktu, tapi harus menerus.
Salah satunya ya dari dapur seperti angle tulisan ini. Pas, anak2ku juga dua2nya cowok dan sering aku sertakan dalam kegiatan memasak.
Terima kasih mam.
HapusKalau generasi suami kita mungkin lebih sulit untuk diajak berbagi peran mam, minimal, yang anak menuai hasil adalah generasi anak-anak kita.
Sama denganku mbak, 20 tahun lalu masih buka buku resep kalau mau masak. Kadang baca resep dari tabloid/majalah yang aku gunting dan di kliping di buku lebar. Pas nikah aku pernah dikasih 3 buku resep ama ibu mertuaku, bukunya tebal. Udah kayak kitab keramat wkwkw. Kalau ingat dulu, buku resep menumpuk.
BalasHapusSekarang enak bener, mau cari ide masak tinggal buka aplikasi dari HP. Resep apa aja ada, dan bener-bener bisa ngasih ide yang mudah dan simple, bahkan jadi ide buat bisnis untuk tambahan penghasilan ya.
Hehehe... Iya mam, dulu sampai langganan tabloid karena ngincer resep-resepnya.
HapusLhaaa tapi kan .. tapi kaan... para master chef kebanyakan laki, para salon terkenal yang punya juga laki! Designer busana juga laki!
BalasHapusBias gender pada saat kerja kayaknya sih di otakku malah engga, malahan kalo dipegang cewe tuh aku waktu kecil bingung!
Untuk yummy app,
aku udah pasti pengen donlot bukan karena bias gender tapi biar keren ajaaaah, dikira bisa masak *dikeplak
Mantab banget lah mam tanti...
HapusNah iya banget ini..
BalasHapusMemasakan dan gender.
Kalau di rumah kami, suamiku lebih jago masak. Jadi dia gak ragu buat turun ke dapur. Dan masakan beliau variatif, gak gitu-gitu aja.
Makanya aku kudu bekelin Yummy apps yaa..biar semakin mahir, hehhee..
Bener banget Mam, buatku sekarang urusan dapur itu nggak terbatas sebagai urusan perempuan aja. Nyatanya koki cowok justru banyak yang lebih ahli dalam memasak. Anakku yang nomor dua juga hobbynya memasak, nggak pernah dilarang larang masuk dapur karena mungkin memang passionnya di bidang itu. disupport saja, siapa tau besok gedenya punya restoran ternama. Samiin...
BalasHapusIkut gereget sama pacarnya teman mbak. Memangnya perempuan aja yang wajib masak. Ujung-ujungnya minta dilayanin aja itu nanti. Haish... Jadi emosi. Padahal, coba kalau dia lihat di yummy app, Chef banyak yang cowok. Malahan kelihatan lebih pro. Suruh download yummy app coba mbak hi hi hi
BalasHapusKalo suami saya, dia yang lebih suka nyari resep masakan dibandingkan saya, Mbak :D
BalasHapusNah, belum saya perlihatkan Yummy padanya, kalau sudah dilihatnya mungkin dia bakal punya ide buat masak :)
Bias gender inilah yang membuat hidup kita terbelenggu. Padahal chef banyak yang cowok loh
BalasHapussepakat banget mbak, memasak bukan hanya keterampilan milik perempuan, tapi juga bisa dilakukan oleh laki-laki yaa. Alhamdulillah suamiku suka masak dan ini membantu banget saat aku kerepotan ngurus anak anak hehe
BalasHapusbtw aplikasi yummynya membantu banget yaa jadi gak kekurangan ide untuk masak menu kesukaan.
asik ya ada aplikasi masak kayak gini, bisa jadi inspirasi mama kalo lagi galau mau masak apa, saa pun juga mulai bnayak buka referensi memasak ini sebab anak sudah mulai tatap muka di sekolah dan diminta membawa bekal. Bisa nyontek di aplikasi ini resepnya
BalasHapusJadi pengen ngajarin anak saya masak juga nih. Memang betul, anak laki harus diajari masak minimal yang sederhana. Biar ga bingung kalau di rumah ga ada Ibu atau sosok perempuan lain
BalasHapusKalau saya di rumah udah nerapin gak ad perbedaan gender sih dan beruntungnya sepaham dengan paksu. Jadi gak cuma saya yang masak, doi jg bisa menggantikan saya di dapur. Btw pakai aplikasi Yummy App membantu kita menemukan resep praktis dan enak
BalasHapusAku butuh aplikasi yummi karena aku setiap cari ide masak masih browsing gitu, kalau ada aplikasi yang lengkap begini kan bikin asyik mau masak apa pun yang baru buat anak-anak
BalasHapusDengan aplikasi Yummy App ini siapapun jadi bisa masak ya mbak
BalasHapustermasuk anak anak, karena resep resepnya sangat mudah dinikmati
Aku sepakat mba bahwa laki-laki harusnya juga bisa masak. Walaupun banyak chef laki yang terkenal dan berkualitas. Tp secara garis besar di Indonesia banyak laki-laki yg ga mau masuk dapur hiks. Aku jadi mikir kudu ngenalin ke anak cowok ku resep2 mudah supaya dia bisa masak sendiri kelak. Wow yummy App lumayan juga ya bisa dapat duit dari sana
BalasHapusmudah banget cari resep masakan di yummy app. bisa buat macem-macem masakan beragam ga cuma satu menu aja di rumah biasanya
BalasHapuseh iya chef kan laki biasanya mak kebanyakannnn
Perempuan emang setidaknya bisa masak lah kalau menurutku Mba, meski engga harus Pinter banget atau ahli banget. Yummy App ini banyak banget resepnya, buat pemula sekali pun bisa nemu resep mudah dan simpel kalau menurut saya
BalasHapusMemang selama ini perempuan identik dengan dapur, harus bisa masak juga. Gimana dengan yang sebelum nikah engga terbiasa memasak, pasti buat menyiapkan menu sehari-hari pasti kesulitan. Untungnya ada Yummy App, banyak pilihan resep di sana. Mau masak simpel juga bisa. Yummy bikin perempuan lebih mudah untuk memasak.
BalasHapusKalau yang paling semangat belajar yummy app sebenarnya malah misua, saya tim hore. Kadang ada rasa segan juga. Sekali terjun dan dapat komplain sudahlah. Perlu waktu beberapa minggu untuk bangun minat lagi.
BalasHapusSepakat dengan pelbatan anak-anak dalam urusan domistik Mbak. Btw, dengan Yummy App kita makin terbantu yah...anak-anak langsung bisa lihat video cara memasaknya pula, seru banget.
BalasHapusTerima kasih untuk tulisannya Mbak. Saya jadi nambah wawasan baru lagi nih tentang bias gender.
BalasHapussaya suka dengan aplikasi yummy jika hanya untuk melihat resep, tapi jika saya ingin mengshare resep saya, peninjauannya lama banget.
BalasHapus