Hidup Bersama Keris, Merawat Kekayaan Budaya Sekaligus Merawat Alam Nusantara
Kota Solo dikenal sebagai salah satu kota pusat budaya. Kota yang istimewa ini memiliki dua keraton, yaitu Keraton Kasunanan dan PuroMangkunegaran. Kedua kekuatan besar ini pernah bersatu dalam Daerah Istimewa Surakarta (DIS) di awal masa kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu DIS dipimpin oleh gubernur Sri Susuhunan Pakubuwono XII dan wakil gubernur Sri Mangkunegoro VIII. Keberadaan DIS hanya sementara karena adanya revolusi sosial yang diusung Tan Malaka, oleh karena itu wilayah DIS tersebut berubah menjadi wilayah Karesidenan Surakarta yang kini dikenal dengan Solo Raya, terdiri dari Surakarta, Boyolali, Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, dan Klaten.
Walau bukan lagi sebuah Daerah Istimewa selayaknya Yogyakarta, namun wilayah eks Karesidenan Surakarta ini masih memiliki kekuatan budaya yang luar biasa. Kita bisa menemui berbagai pusat kebudayaan yang masih berkembang dan terawat hingga saat ini.
1. Batik
Pusat batik di
wilayah Solo Raya bisa kita temui di Kampoeng Batik Laweyan dan Kampong Batik
Kauman yang terletak di jantung kota Solo. Sejak dulu hingga kini, banyak karya
batik yang bisa kita nikmati di kedua kampung batik ini. Ada batik tulis, batik
cap, batik kombinasi, bahkan kini ada batik warna alam yang dikenal lebih ramah
lingkungan. Selain kedua kampung tersebut juga ada Kampung Batik Masaran di
Sragen yang memiliki motif khas yang memukau.
2. Wayang Kulit
Wayang kulit lekat dengan budaya Jawa. Kesenian yang awalnya diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga sebagai metode asimilasi budaya ini masih dicintai masyarakat hingga saat ini. Desa Butuh di Klaten, Desa Kepuhan di Wonogiri, dan Desa Wirun di Sukoharjo dikenal sebagai penghasil wayang kulit berkualitas.
3. Gamelan
Gamelan adalah suatu perangkat alat musik yang biasanya digunakan untuk mengiringi kesenian wayang kulit atau menghasilkan musik langgam Jawa. Satu set gamelan terdiri dari 26 alat musik yang dibanderol sekitar Rp 300 juta lebih. Nah, Desa Wirun di Sukoharjo selain sebagai penghasil wayang kulit juga dikenal sebagai penghasil gamelan yang handal.
4. Keris
Selain batik,
keris juga dikenal sebagai warisan budaya tak benda dunia yang sudah ditetapkan
oleh UNESCO. Di Desa Wonosari, Karanganyar terdapat sebuah padepokan dan museum
keris tempat empu muda menempa dan menghasilkan keris masterpiece.
Di sana juga banyak koleksi keris lawas yang sudah berusia ratusan tahun.
Nah, di antara keempat hasil budaya di atas, di artikel kali ini saya akan mengupas tentang keris. Alasan subyektifnya, karena memang kami hidup bersama keris dan merupakan suatu kebanggan bagi saya untuk berbagi pada teman-teman tentang apa yang kami miliki dan kami ketahui.
Keluarga dan Keris
Kami tinggal di
tepi kota Solo. Beruntung kami tumbuh dalam lingkungan yang masih mengedepankan
nilai luhur nenek moyang dalam kehidupan sehari-hari. Sejak kecil kami sudah
diajarkan untuk melakukan tirakat, menahan diri dari kehidupan duniawi
untuk lebih dekat dengan Ilahi.
Sejak belia kami
sudah dekat dengan Keris. Kakek kami tidak hanya memperkenalkan seluk beluk
budaya Jawa, namun beliau juga mengajarkan kami pengetahuan tentang keris. Ada
beberapa keris yang sudah lebih dulu dimiliki mbah dan masih terjaga
dengan baik hingga saat ini.
Salah satu saudara
kami, Basuki, memutuskan untuk mempelajari dan berkomitmen dalam melestarikan
dan mengabdikan diri dengan ilmu tentang keris sejak menempuh studi di
perguruan tinggi, yaitu di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Beliaulah
yang kemudian menjadi empu keris di padepokan kami.
Empu adalah sebuah gelar yang diberikan kepada seniman dan budayawan yang karya-karyanya tergolong mahakarya (masterpiece), terutama dalam bidang seni pembuatan keris. Seorang empu keris harus seorang seniman yang menguasai seni tempa, seni ukir, seni bentuk, dan seni perlambang. Empu keris juga merupakan seorang rohaniwan yang banyak berdoa, berpuasa, bahkan bertapa.
Kenapa Kita Harus Melestarikan Keris?
Untuk dapat memahami alasan itu, ada baiknya jika kita mengenal keris terlebih dahulu.
Makna Keris
Sudah menjadi
kenyataan bahwa karya tosan aji yang paling menonjol adalah Keris. Keris
merupakan senjata penusuk pendek, atau senjata tikam yang terdiri dari dua
bagian utama, yaitu bagian bilah dan ganja yang
melambangkan lingga dan yoni. Persatuan lingga dan yoni
merupakan lambang harapan atas kesuburan, keabadian (kelestarian), dan
kekuasaan.
Secara etimologi,
dijelaskan bahwa keris sebagai artefak berasal dari gabungan dua suku kata,
yaitu kata ke dari kata "kekeran", dan ris dari
asal kata "aris". Kata kekeran memiliki makna
"pagar, penghalang, peringatan, atau pengendalian", sedangkan aris memiliki
arti "tenang, lambat, atau halus". Munculnya
istilah keris ini diperkirakan dari bahasa Jawa Ngoko yang
terbentuk melalui proses jarwa dhosok atau othak athik
gathuk, yaitu ungkapan dalam bahasa Jawa yang menghubung-hubungkan
beberapa kata sehingga dianggap memiliki arti tertentu. Dalam pemahaman ini,
bahwa keris merupakan 'peranti' untuk kekerasan, lalu melalui pengertiannya
yang diperhalus ini tersimpan harapan bahwa keris dapat berfungsi untuk
melindungi pemiliknya dari ancaman yang bersifat fisik mau pun non fisik. Namun
terdapat pendapat lain bahwa kata "keris" yang berasal dari
bahasa Jawa Kuno sebenarnya tumbuh dari akar kata kres dari
bahasa Sansekerta.
Keris adalah suatu karya yang utuh dan memiliki karakteristik yang khas sehingga dapat dibedakan dengan tosan aji lainnya. Keris merupakan senjata tajam yang dilengkapi dengan warangka (penutup bilah) dan hulu (ukiran). Sebuah senjata dapat dikatakan sebagai keris jika memiliki tiga bagian pokok yaitu ukiran (hulu), warangka, dan wilahan (bilah).
Bagian-bagian Keris
Setelah memahami makna keris, marilah kita belajar
tentang bagian-bagian keris.
1. Bilah
Wilahan atau bilah adalah bagian pokok dari sebuah keris. Bilah keris memiliki banyak ragam bentuk atau tipologi yang disebut dengan dhapur. Dhapur keris merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut tipologi bentuk keris berdasarkan rerincikan-nya.
Bagian lain dari bilah adalah pamor. Pamor dapat diartikan sebagai pancaran kekuatan karismatik dari seseorang atau benda. Secara umum pamor berasal dari kata amor yang artinya mencampur. Dalam dunia tosan aji, teknik pencampuran melalui pelipatan dan penempaan berbagai jenis bahan logam tersebut membuatnya menghasilkan ornamen baik abstrak atau figuratif yang disebut "pamor".
2. Hulu
Biasa disebut ukiran atau deder merupakan bagian pegangan dari bilah keris yang terhubung melalui pesi atau peksi yang berada di bagian bawah bilah. Umumnya hulu dihias dengan mendhak atau selut yang dibuat dari bahan logam mulia. Hulu keris biasanya terbuat dari kayu yang memiliki warna dan pola tertentu untuk meningkatkan nilai estetikanya. Namun ada juga hulu dengan bahan gading atau gigi geraham gajah, tanduk rusa, tanduk kerbau dan lain-lain. Bentuk hulu keris di Jawa merupakan stilisasi figur manusia (roh) atau flora dan fauna.
3. Warangka
Warangka adalah bagian penutup bilah. Di dunia perkerisan di luar Jawa, tepatnya di wilayah Bali, Lombok, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Sumatera warangka biasa disebut dengan istilah sarung keris atau sampir keris. Biasanya warangka dihiasi dengan pendok pada bagian gandhar-nya. Pendok sebagai penghias gandar terbuat dari logam seperti emas, perak, tembaga, dan kuningan sebagai pelindung sekaligus penghias warangka.
Pembuatan keris
bersifat eksklusif, artinya setiap orang memiliki keris yang berbeda. Hal itu
dikarenakan adanya perbedaan sifat pada setiap diri manusia, sehingga keris
milik si A tidak akan sama dengan keris si B. Oleh karena itu saat kita ingin
membuat keris kita harus melalui proses konsultasi dan melalui rangkaian
tahapan sehingga kita dapat menemukan atau membuat keris yang cocok dengan diri
kita.
Saat akan membuat
keris biasanya diperlukan serangkaian upacara wiwitan dan nantinya
akan diakhiri dengan kirab pusaka.
Tiga Unsur Penting dalam
Pelestarian Keris
Sebagai salah satu pusat pelestarian keris Indonesia, Museum dan Padepokan Keris Brojobuwono memiliki 3 (tiga) pilar sebagai tonggak utamanya.
Pilar Pertama
Menghormati masa lampau dengan merawat keris yang dicipta oleh empu di masa lalu dan menyebarluaskan kepada masyarakat. Ini bisa dilihat dari koleksi keris yang ada di museum. Banyak diantaranya berasal dari masa Kerajaan Majapahit, Mataram, dan lainnya. Masyarakat pun bisa mengakses keris-keris yang luar biasa tersebut secara gratis.
Pilar Kedua
Menyebarkan
informasi seluas-luasnya kepada masyarakat. Kegiatannya meliputi aktivitas
dalam workshop, seminar, penyebarluasan informasi melalui media buku,
termasuk menulis beberapa buku tentang keris. Mengabadikan ilmu tentang keris
ke dalam bentuk tulisan merupakan upaya menjaga budaya melalui literasi menulis dan membaca.
Berikut ini adalah
beberapa buku yang telah ditulis :
Keris Naga, Keris
Bali, Keris Lombok, Kujang, Keris Minangkabau, Keris Dholog, Keris Jawa, Ensiklopedia
Keris, Mandau, dan lain-lain.
Selain buku
berbahasa Indonesia kami juga memiliki buku dalam bahasa Inggris, yaitu Indonesian
Kris – An Introduction dan Padepokan Brojobuwono, The Indonesian Kris
Preservation Center.
Pilar Ketiga
Pembuatan
keris-keris masterpiece, yaitu keris yang berkualitas
tinggi. Beberapa keris untuk tokoh nasional dibuat di besalen Padepokan Keris
Brojobuwono. Di antaranya ada keris Ki Naga Minulya yang dibuat dari lahar gunung Merapi dan
sebuah keris untuk Presiden Joko Widodo yang digunakan dalam Kirab 1000 Keris
di kota Solo pada bulan September 2019.
Menimba Ilmu Di Padepokan dan Museum Keris Brojobuwono
Padepokan dan
Museum Keris Brojobuwono adalah nama padepokan keluarga kami. Padepokan
sejatinya merupakan tempat para pemuda berguru (ndepok) untuk
menimba ilmu dan berlatih ketrampilan pada seorang guru yang dipercaya memiliki
ilmu dan ketrampilan tinggi. Padepokan dan Museum Keris Brojobuwono diresmikan
pada tanggal 26 Mei 2012. Jika dihitung dari tanggal peresmian usia museum kami
baru menginjak 9 tahun 2 bulan, namun sesungguhnya praktik kami dalam mendidik
generasi muda sudah berjalan jauh sebelum itu.
Lalu, siapa yang
boleh belajar di Padepokan dan Museum Keris Brojobuwono? Semua orang boleh
belajar di sini. Siapa pun yang memiliki semangat dan niat tulus untuk belajar
tentang keris kami terima dengan suka cita. Semua fasilitas di Museum dan
Padepokan Keris Brojobuwono dapat digunakan secara cuma-cuma. Yang perlu
dicatat adalah kita harus senantiasa menjaga sopan santun, memperhatikan norma
yang berlaku merupakan suatu keharusan, karena di mana kaki berpijak, di
situ langit dijunjung.
Melalui video ini teman-teman bisa memperoleh gambaran aktivitas empu keris dan proses pembuatan keris
Sumber: Kanal YouTube NetMediatama
Jangka waktu proses pembelajaran dalam membuat keris sangat beragam. Jika ingin mendalami ilmunya, maka diperlukan waktu belajar berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Semua tergantung pada pribadi murid tersebut. Jika ingin belajar secara singkat juga diperkenankan. Misalnya dengan mengamati workshop keris secara langsung dan melakukan wawancara dengan para empu keris. Sudah banyak sekolah dan universitas baik dari dalam dan luar negeri yang telah berkunjung dan belajar di Padepokan Keris Brojobuwono.
Keris dan Kelestarian Alam
Keris punya kaitan erat dengan alam. Bahan-bahan keris harus ramah lingkungan dan melestarikan dari berbagai bahan-bahan yang diperoleh dari alam. Salah satu upaya yang diambil adalah penanaman pohon-pohon langka, pengolahan bijih besi secara manual, dan lain sebagainya. Hal ini merupakan suatu aspek untuk mencapai keseimbangan alam dan lingkungan. Di sisi lain, keris sering kali menggunakan unsur-unsur dari tulang atau tanduk dari binatang sementara ini menjadi bagian yang dilindungi. Oleh karena itu dengan upaya kelestarian keris ini bisa menjadi bagian membangun kesadaran masyarakat terhadap unsur-unsur binatang yang dilindungi dengan baik. Selain itu melestarikan kesadaran menangani alam semesta, contohnya dengan perhitungan pawukon, penanggalan, pranatamangsa, dan sebagainya, menunjukkan agar kesadaran manusia terhadap keberadaan alam senantiasa terbangun dengan selaras. Dari situ kita bisa melihat bahwa bagaimana kita menjaga lingkungan hidup dapat berkontribusi dalam memelihara keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia.
Melestarikan budaya artinya ikut menjaga lingkungan, begitu juga sebaliknya. Di dalam budaya Jawa menyebutkan tentang manusia yang memiliki hawa patang prakara (empat hawa nafsu) yang bisa gambarkan pada empat unsur alam yaitu Api, Bumi, Air, dan Angin.
- Kamurkan/Kemurkaan
pada unsur api merupakan penggambaran perilaku jahat, serakah, ambisius, suka
marah, dan perilaku sejenisnya.
- Kasantosan/Kesentosaan
pada unsur bumi menggambarkan sifat yang abadi, mengabdi, nrimo, penurut, dan
perilaku sejenisnya.
- Kanepson/Kenapsuan
pada unsur air bermakna duniawi, berahi, percintaan, kekayaan, dan perilaku
sejenisnya.
- Kawicaksanan/Kebijaksanaan
pada unsur angin berarti bijaksana, berbudi luhur, menegakkan kebenaran, dan
perilaku sejenisnya.
Dalam akultirasi budaya Jawa, keempatnya disebut sebagai Amarah, Aluamah, Sophiyah, dan Mutmainah.
Untuk dapat mencapai
keseimbangan, manusia harus menguasai empat hawa nafsu tersebut dengan konsepsi
Memayu Hayuning Bawana, yaitu manusia harus mampu menjaga keseimbangan
dunia dalam arti luas, melestarikan alam semesta untuk kesejahteraan penduduk
dan kehidupannya.
Dari situ kita
anak menemukan suatu perenungan tentang nilai kautaman yang dimaknai luhurnya budi
pekerti. Tanpa budi pekerti, manusia akan menyimpang dari perilaku luhur dan
keluar dari konsep Memayu Hayuning Bawana, akibatnya banyak terjadi
bencana alam, peristiwa-peristiwa alam ekstrim, kerusuhan akibat konflik ras
dan agama, penindasan hak asasi manusia, dan sebagainya.
Menuliskan artikel
ini membuat saya merinding sekaligus berefleksi. Apakah apa yang saya lakukan
sudah cukup untuk merawat alam dengan perilaku luhur dan berbudi pekerti, atau
justru saya masih menjadi manusia yang diliputi hawa patang prakara yang
membuat alam kita rugi?
Salam Hangat,
sapamama
Sumber tulisan:
Wawancara dengan
empu keris Basuki Teguh Yuwono
Buku:
Ensiklopedia Keris oleh Bambang Harsrinuksmo, 2011
Keris Indonesia
oleh Basuki Teguh Yuwono, 2012
Panduan Museum dan
Padepokan Keris Brojobuwono, 2012
Tafsir Keris,
Kris: An Interpretation oleh Toni Junus, 2012
Video:
Kanal YouTube NetMediatama
Website:
https://jatengprov.go.id/beritaopd/melongok-kerajinan-wayang-kepuhsari-wonogiri/
https://pariwisatasolo.surakarta.go.id/destinations/kampung-gamelan-wirun/
http://dlhk.jogjaprov.go.id/seri-pohon-langka-nagasari
https://kehati.jogjaprov.go.id
https://mediatani.co/ciri-ciri-pohon-cendana/
https://www.mongabay.co.id/2016/07/13/gaharu-adalah-jejak-sriwijaya-di-pesisir-timur-sumatera-selatan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Katimaha
https://id.wikipedia.org/wiki/Kapuk_randu
39 Komentar
Dulu waktu tau keris pertama kali, heran sama bentuknya yang beraneka ragam. Bisa jadi ada makna dari ukiran keris keris itu
BalasHapusDan ternyata dari keris juga termasuk langkah kita untuk ikut melestarikan alam
Betul kak. Ini masih gambaran awal banget mengenai keris. Detailnya jauuuuuuh….lebih banyak jika dijelaskan. Kami bangga dengan keris yang menjadi salah satu dari sekian banyak keanekaragaman budaya Indonesia. Semoga dengan menyebarkan sedikit pengetahuan ini bisa memantik jiwa muda untu merawat keris, sekaligus merawat alam Indonesia.
HapusAh..jadi kangen Solo.. Saat kecil sering ke rumah eyang di Manahan maupun Gremet, sering melihat eyang putri sedang membatik, menikmati wangi malam yg digunakan dan gemulai jari jemari beliau membatik motif2 rumit.. Kenangan indah masa kecilku..
BalasHapusKalau pandemi usai main ke solo mam. Sekarang transportasinya lengkap dan nyaman. Hotel dan penginapan juga banyak yang bagus dan murah.
HapusMuseum di solo banyak yang modern, terasat, HTM terjangkau.
makasih sharingnya, kekayaaan budaya indonesia memang perlu dilestarikan.
BalasHapusSama-sama. Terima kasih sudah berkenan mampir.
HapusSetelah tahu tentang keris, aku jadi pngen koleksi juga nich
BalasHapusWah, salut banget sama mbak Era yang keren tulisan tentang keris dibagikan di blog ini. Jarang sekali orang mengulas keris, kan? Dulu kakek dan buyutku juga memelihara keris. Dimandikan, diberi kembang dan sebagainya. Pernah satu keris diberikan ke papaku, namun akhirnya dikembalikan saja karena kayaknya repot banget memeliharanya dan khawatir ada 'isinya' walaupun kita ga boleh percaya hehehe.
BalasHapusTerima kasih Mam, saya malah baru tahu ada istilah memelihara keris,hehe… Memang banyak sekali stigma dala masyarakat yang harus diluruskan.
HapusSamaan nih kak..keluargaku juga masih koleksi keris..terutama bapak..Banyak informasi budaya dan adat dari sebilah keris ya... dan itu harus dilestarikan..
BalasHapusBetul Mam. Alhamdulillah jika masih menyimpan keris tersebut. Semoga budaya kita khususnya keris tetap lestari, aamiin..
HapusIni lengkap banget ya tentang keris. Baru tau loh saya itu istilah-istilah dalam keris. Dan ternyata setiap lekukan seninya ada makna tersirat ya. Mba, keris-kerisnya tuh perlu dimandiin gitu juga ga sih di malam 1 suro? Jadi kepo deh.
BalasHapusKalau mau dibahas dengan detail kita bisa dapat gelar Sarjana, atau bahkan profesor keris Mam, hehehe… Istilah yang dikenal dalam masyarakat menyebutkan memandikan, namun sebetulnya, lebih kepada membersihkan, agar keris tetap bersih, tidak berkarat, dan sebagainya.
HapusWah, kakak nya begitu erat dengan kebudayaan dan adat terutama solo dan keris. Yang Aku tau,
BalasHapusBagi masyarakat Jawa, keris memiliki makna dalam. Tidak hanya digunakan sebagai senjata, tapi juga pelengkap pakaian adat
Betul sekali mam, kalau dalam budaya Jawa, seorang pria wajib dikatakan mencapai kesempurnaan jika sudah memiliki 5 hal esensial, yaitu wisma (rumah), wanita (istri), turangga (tunggangan/kendaraan), kukilo (burung/hobi), dan curiga (keris).
HapusMbak Era, kapan2 aku ama suami boleh main ke padepokannya nggak? Suamiku juga penyuka dan koleksi beberapa keris. Penasaran banget pengen liat cara bikinnya.
BalasHapusBtw, mau meluruskan dikit nih, keberadaan wayang itu setahuku sudah ada jauh sebelum masa walisongo. Dan sudah menjadi pertunjukan rakyat di era kerajaan hindu budha. Sampai sekarang pertunjukan wayang yg mempertahankan pakem hindu budha juga masih ada kok. Tapi untuk kalangan terbatas. Biasanya cuma untuk ruwat. CMIIW
Paling suka sama wayang kulit, tapi keris ini aku masih bengong walaupun ayah ku punya beberapa
BalasHapusBengongnya itu yaa karna selalu dengar kisah-kisah mitos yang beredar tentang keris
Sama seperti banyaknya mitos seputar ASI atau ilmu pengasuhan, saat bicara tentang keris, kita juga akan menemui berbagai mitos yang sudah beredar kuat di masyarakat. Agar tidak salah informasi, maka kita bisa belajar dari sumber terpercaya, contohnya belajar dari Empu Basuki yang saya wawancarai di artikel ini.
HapusPenjelasan tentang keris yang sangat lengkap. Tulisan ini harus di-bookmark, sarat pengetahuan yang bagus untuk sumber bacaan tentang keris. Ternyata setiap bagian keris punya makna tersirat yang selayaknya dipahami. Dari sifat manusia itu sendiri sebagai individu, hubungan dengan sesama, hingga dengan lingkungan.
BalasHapusDi rumah nenek saya di Sumatera, tersimpan sebuah keris yang pernah saya lihat sewaktu kecil. Dulu nggak ngerti itu buat apa, saya kira semacam pisau buat potong2 makanan atau apa gitu :D
Entah masih ada apa nggak.
Saya pernah lihat di TV, keris-keris dimandikan gitu, agak2 merinding juga liatnya kalau tampilkan dalam acara ritual tertentu.
Namanya manusia, biasanya ada rasa takut terhadap hal yang tidak kita ketahui. Contohnya anak kecil takut mencicipi makanan saat pertama kali ia lihat. Tapi saat ia sudah merasakan makanan itu, ternyata enak, cocok di lidah, maka ia tidak akan takut lagi. Kita juga sama. Selama ini takut keris, merasa bergidik ngeri karena kita masih belum memahami. Kalau sudah mau belajar memahami, insya Allah ketakutan-ketakutan itu akan hilang.
HapusMbak Era, komplit banget tulisannya... Memang kalau diresapi lagi, Budaya Jawa tu sangat memperhatikan keseimbangan alam. Selain itu juga tak pernah lupa untuk selalu mengingat dan menghadirkan Sang Maha Pencipta dalam setiap kegiatan.
BalasHapusBetul sekali mam, sejatinya memang kita hidup berdampingan dengan alam. Saling memberi, saling menerima.
HapusMenarik sekali mbak, membahas keris. Gak banyak yang paham tentang makna keris ya, hanya orang-orang tertentu. Saya sendiri orangnya penakut mbak. entah kenapa kalau lihat keris itu seperti ada mistisnya gitu heuheu padahal gak gitu juga ya mbak. Ini saya gara-gara sering nonton film dulu itu waktu kecil, jadinya kebayang-bayang keris bisa terbang hehe
BalasHapusWahhh ternyata mba Era dekat banget ya dengan lingkungan yang melestarikan budaya Jawa dalam hal ini Keris. Dulu waktu kecil lingkungan tetangga ada yang merawat keris dan dimandikan tiap malam 1 Suro. Nah yang kirab Keris itu terakhir ya dilakukan, sejak pandemi apakah masih ada?
BalasHapusTernyata keris itu bermakna sekali ya hingga bisa dijabarkan dalam beberapa buku pun belum tuntas, artikel mulai menarik banget jadi menambah wawasan
BalasHapusMasya Allah saya jadi paham nih tentang keris yang kental sekali dengan budaya .
BalasHapusMahal juga ya set gamelan hampir 300 juta. Wow kebayang kalau panggil gamelan dan wayang kulit itu berapa tarifnya. pantas jadi masterpiece Indonesia
BalasHapusMantap nih artikel ditulis dari hasil wawancara dengan empu keris langsung. Setahu saya keris juga ada ribuan mandi atau semacam pelesatriannya ,tapi belum pernah liat langsung prosesnya. Nilai baik yang diajarkan untuk sopan santun ini adalah nilai kebaikan universal yg harus kita jaga
BalasHapusngomongin soal keris giniaku jadi inget alm. kakek aku Mbak, biasanya ngobrolin soal zaman dahulu, tentang kejawen, dan aku inget banget alm.kakek aku juga punya keris, tapi enggak tahu deh sekarang di mana. soal keris ini, menurut aku anak2 juga harus dikenalkan deh, soalnya banyak anak sekarang enggak tahu apa itu keris. anak aku sendiri enggak tahu loh apa itu keris, tapi kalau wayang dia tahu dan suka malahan
BalasHapusKeris bukan sekedar senjata ya kalau istilahnya ada 'isi' nya. Ada filosofinya sejak dr pembuatannya. Ga heran perawatannya istimewa
BalasHapuskalau di pulau jawa ada keris, di aceh ada rencong. bentuknya mirip tapj ga sama. jadi pingin nulis tentang rencong jugaaa nih
BalasHapusTulisannya bagus dan informatif :D
BalasHapusWah jd dapat pencerahan soal keris nih. Budaya asli Indonesia ya. DUlu mbahku juga punya keris gitu tapi gak tau skrng di mana, mungkin dibawa sama salah satu saudara.
Baru kali ini saya membaca sejarah keris, mengapa harus dilestarikan, hingga cara pembuatannya. Salut karena bunda bisa menulis sejarah tentang keris dengan cukup lengkap dan menarik. Pastinya setiap nilai sejarah memiliki makna ya Bun, salah satunya dengan keberadaan keris ini.
BalasHapusZaman dulu, leluhurku masih menyimpan senjata khas tiap daerah.
BalasHapusKeris, rencong, dan lain-lain.
Tapi engga tahu sekarang dimana.
Falsafah keris sungguh luar biasa yaa..
Semua yang ada di dalamnya ada budaya asli Indonesia yang harus kita jaga kelestariannya.
Indonesia yang kaya ya mak. kadang aku mikir kalau semua yang serba digital gimana masalah kekayaan budaya ya. tapi ternyata banyak masih yang pemerhati ya mak
BalasHapusbtw ini kan aku baru tahu sejarah keris loh btw
Luar biasa mbak sharingnya. Baru kali ini saya baca sejarah keris. Aku dulu tinggal di dekat pande, jadi lumayan sering banget lihat proses membuat pisau,keris dan sejenisnya.
BalasHapusWah keris, aku dulu waktu kecil selalu amaze dengan keris. Tiap lihat rasanya gimana gitu. Almarhum bapakku kebetulan punya. Yang kecil gitu. Entah deh sekarang di mana. Udah lama gak lihat. Kangen juga deh lihat keris secara langsung :D
BalasHapusBtw, bapak dulu sering cerita tentang pembuatan keris serta maknanya. Bisa begitu ya keris ini.
Benda pusaka yang luar biasa ini sih.
BalasHapusKeris harus dilestarikan ya mba, aku pernahmegang keris tuh pas nikahan kan suami dipakein keris gitu baru itu.
Terima kasih informasinya mbak. Aku harus bawa anak-anakku mengunjungi Padepokan Keris Brojobuwono ini untuk mengenal dan belajar tentang salah satu senjata tradisional di tanah Jawa.
BalasHapus