“Dibalik kesuksesan seorang anak, ada sosok ibu luar biasa yang mendampinginya.”

Saya yakin teman mama sepakat dengan ungakapan di atas. Memang benar bahwa ayah juga berperan dalam tumbuh kembang anak, namun tidak dapat dipungkiri bahwa ibu mengambil peran besar dalam kesuksesan pengasuhan. Sebagai seorang wanita dan seorang ibu, kita dapat menyadari bahwa membesarkan seorang anak tidaklah mudah. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama jika anak kita adalah sosok yang kreatif dan aktif. Dalam kesempatan ini saya ingin membagikan perbincangan saya dengan mama Ira, ibunda Lorca Biru, seorang desainer interior asal Solo yang sukses menyabet penghargaan  internasional Good Design Award 2020.

Memberikan Mainan Edukatif

Ilustrasi: M_W - Pixabay

Bermain merupakan sarana belajar bagi anak. Salah satu mainan edukasi yang digemari anak-anak adalah permainan Lego. Menurut penuturan mama Ira, mainan jenis ini merupakan mainan favorit Lorca. Dan ternyata ada banyak sekali manfaat yang diperoleh dari mainan ini lho... Seperti yang dilansir dari laman The Scots College, mainan Lego bermanfaat untuk:
- Mlatih motorik halus
- Melatih kerjasama tim
- Meningkatkan kreativitas anak
- Mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan pikiran sistematis
- Meningkatkan keterampilan komunikasi
- Menunjukkan kegigihan
- Meningkatkan kepercayaan diri
- Mengembangkan pemikiran lateral dan kemampuan perencanaan.
Hmm... Pantas saja Lorca dapat tumbuh menjadi pribadi yang kreatif ya...
 
Ilustrasi: aselimalang.com

Selain itu, Lorca kecil juga menggemari bermain dengan mainan tradisional, mama Ira menyampaikan bahwa Lorca tidak menyukai mainan dari remote control dan memilih berlama-lama dengan mainan truk kayunya. Tahukah teman mama, ternyata mainan mainan tradisional juga memiliki banyak manfaat seperti halnya mainan Lego lho... Bahkan, mainan tradisional memiliki keunggulan lain di mana anak dapat belajar tentang aspek spiritual, aspek ekologis, dan aspek nilai hidup/moral.

Mempercayai dan Mendukung Anak Sepenuhnya

Menjadi seorang desainer interior adalah pilihan pribadi Lorca. Baik ayah maupun ibunya memberikan kepercayaan penuh kepada Lorca untuk meraih mimpinya. Begitu pula saat memilih sekolah, kala itu Lorca lolos ujian masuk 3 universitas, yaitu di Singapura, Malaysia, dan Australia. Namun, Lorca memilih untuk berkuliah di Curtin University, Perth, dengan program studi Product and Furniture Design. Setelah lulus SMA, tanpa ditemani siapapun Lorca segera meninggakan Indonesia untuk menuntut ilmu di Australia. Saat itu usianya baru 17 tahun sehingga harus didampingi orangtua asuh. Lagi-lagi Lorca menunjukkan kemandiriannya dengan memperoleh orangtua asuh tanpa merepotkan siapapun.

Lorca dan Keluarga
Foto: Dokumentasi pribadi mama Ira

Melepaskan anak remajanya tinggal di negara yang asing tentu bukan perkara mudah. Mama Ira menyampaikan bahwa anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga kita haru belajar melepaskannya. Walau ada kekhawatiran, seorang ibu sebaiknya tidak menyampaikannya kepada anak, karena hal tersebut tentu akan mempengaruhi anak.

Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Keluarga Kita bahwa orangtua harus mampu menerima tanpa drama setiap perkembangan yang ada di dalam diri anak. Saat orangtua dapat menghadapi keputusan dan perkembangan anak dengan tenang, maka keputusan-keputusan yang diambil akan lebih rasional dan realistis. Senada dengan yang disampaikan Charlotte Mason bahwa  anak merupakan pribadi yang utuh, orangtua wajib mempercayai anak bahkan sebelum anak kita sadar bahwa dia bisa melakukannya. Apapun itu, selama hal tersebut adalah sesuatu yang baik dan dapat mendukung peran anak sebagai manusia yang bermanfaat bagi sesama, negara, dan semesta.

Tidak Memberikan Target Nilai/Prestasi

Salah satu karya inspiratif Lorca

Selama Lorca menempuh pendidikan sekolah, mama Ira tidak pernah memberikan tuntutan target prestasi kepadanya. Lorca pun tidak pernah mengikuti bimbingan belajar di lembaga les manapun. Hanya satu kali Lorca memerlukan pendampingan belajar, yaitu ketika duduk di bangku SMA, tepatnya pada mata pelajaran fisika. Selebihnya, Lorca belajar dengan caranya dan belajar dengan bahagia. Ada satu hal yang menarik, Lorca yang memang menggemari desain, sejak usia 12 tahun sudah dapat memahami cara membaca denah bangunan bahkan sampai pada pemahaman elevasinya. Mungkin, hal itulah yang sedikit demi sedikit membimbingnya menapaki dunia desain.

Belajar dapat dilakukan di manapun, kapanpun, dan sumbernya dapat diperoleh dari siapapun yang relevan dan memahami bidangnya. Beruntung pemerintah kita saat ini sudah memahami celah dalam sistem pendidikan di Indonesia dan sedang berusaha memperbaikinya. Salah satunya adalah dengan program Merdeka Belajar. Menteri Pendidikan Nadiem Makarim menuturkan, merdeka belajar akan menciptakan suasana belajar yang bahagia, baik bagi murid, maupun para guru. Dengan program ini, anak-anak tak akan dibebani dengan target-target nilai ataupun ujian yang sekedar hafalan, namun anak-anak akan digiring untuk lebih memiliki kompetensi yang sesuai dengan bakat dan minat anak sehingga anak-anak Indonesia dapat bersaing di era industri 4.0.


Walaupun perjumpaan saya dengan mama Ira cukup singkat, namun hal ini menjadi refleksi bagi saya pribadi. Ketika seorang ibu sudah dewasa dalam berpikir dan memahami anak seutuhnya, maka semesta akan membantu kita dan keluarga dalam menggapai tiap mimpi dan harapan.



Salam Hangat,
sapamama




4 Komentar

  1. Sangar menginspirasi dan patut dicontoh oleh ibu ibi muda yang siap mengawal putra putri nya sukses dunia akhirat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin... Betul sekali mam. Terima kasih sudah berkenan mampir ya....

      Hapus
  2. Aku fokus sama poin tidak memberikan target nilai/prestasi. Agak berat ni, haha. Apalagi kadang ada temen yang dibahas prestasi anak, sekolah anak, dan sejenisnya.
    Semoga aku bisa meniru jejak mamanya Lorca nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.... Selama kita bisa menjadi fasilitator dan teman yang baik untuk anak kita, aku yakin hasilnya akan positif mam. Setuju?

      Hapus