Buku Ubur-ubur Lembur karya Raditya Dika ini saya baca di awal tahun 2025 saat klub buku Belajar dari Ibu diaktivasi. Meski terbitan tahun 2018, buku ini justru sangat relevan dengan kondisi saya saat ini. Pada bab terakhir buku tersebut Dika terpantik dengan komentar salah satu temannya, “Lo mau jadi penulis terus? Penulis kan enggak punya karier.” Pertanyaan tersebut menjadi sebuah bahan renungan yang mendalam. Apakah betul keputusan menjadi penulis tidak bisa menjadi pegangan masa depan?

Ternyata ada kesalahan dalam memandang makna karier. Karier secara konvensional memang bergerak secara vertikal, misalnya dari sales menjadi supervisor sales, kemudian merangkak menjadi manajer, atau bahkan naik lebih jauh menjadi direktur sales & marketing.  Saat itu Dika tersadar bahwa karier seorang penulis berbeda, yaitu bergerak secara horizontal. Berawal dari menulis blog, berlanjut menjadi penulis buku, selanjutnya menulis skenario film, menjadi sutradara,  aktor, komika, dan kini penulis lagu. Bahkan, saya yakin masih ada banyak kemungkinan di depan sana.

Setali tiga uang dengan Raditya Dika, ehem, meski belum seperti beliau, saya juga merasakan petualangan menjalani karier horizontal. Berawal dari seorang blogger dengan domain gratisan, belajar html untuk bisa membuat domain sendiri, lanjut menjadi kreator video di media sosial, berbekal ilmu saat kuliah di bidang organisasi dan desain membuat komunitas ibu dan anak. Lambat laun mendalami dunia buku anak, lalu mencoba peruntungan sebagai penulis dan ilustrator  buku anak. Bisa dibilang PALUGADA, apa yang lu minta gue ada. Dengan memperkuat citra diri positif, kini saya dipercaya sebagai edukator dan fasilitator dalam berbagai kesempatan terkait dunia anak dan konten digital.

Untuk bisa berjalan hingga saat ini, ada satu hal yang pasti, yaitu harus mau terus belajar.  Menjadi pelajar sepanjang hayat, tekun, konsisten, dan berkomitmen. Dengan begitu akan datang kesempatan baru untuk menjadi lebih produktif dan mampu menebarkan manfaat lebih  banyak.

Menurut kalian gimana? Ngerasa related juga ngga sih sama buku ini?


Salam Hangat, 

sapamama


7 Komentar

  1. Ku belom baca buku ini. Tapi mau coba ebook version nya untuk kubaca. Judulnya menarik dan lucu. Ubur ubur lembur, hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa banget kak. Yang penting beli e-book yang legal ya ....

      Hapus
  2. Wah menarik ini Mbakk, makasih buat reviewnya Mbak sekaligus juga pengingat bahwa segala sesuatu butuh waktu, kesabaran, konsisten, dan ulet hihiiii

    BalasHapus
  3. Kak saya benar-benar nungguin reviewnya, ternyata di spill dikit aja, huhu. Btw barusan banget denger podcast raditya dika di Podkesmas, jadi tahu tentang dia. Orangnya cukup unik, dan salut karir dia benar-benar bisa berkembang dari blogger hingga sutradara dan komika, padahal dia introvert. Benar-benar jadi inspirasi.

    BalasHapus
  4. Waah...ini buku lama bangeet....tapi tetap enak dibaca. Bukunya Raditya Dika ini gak pernah ngebosenin. Selalu seru untuk dibaca...

    BalasHapus
  5. Sumpah, Raditya dika tuh salah satu penulis yang receh tapi karirnya nggak remeh lho. Sekarang kan ya doi jadi podcaster. Kalau dipikir lagi, memang harusnya karir itu selalu dipandang vertikal tapi juga kemungkinan horizontalnya. Karena ya kemungkinan di luar vertical justru jadi gaya baru yang ternyata menjanjikan.

    Bukunya asli related mbak. ❤️❤️❤️

    BalasHapus
  6. Raditya dika ini memang keren sih dia memulai karir dari blog tapi bisa berkembang jadi komika, bikin film sampai podcast benar-benar orang yang punya banyak bakat menurutku

    BalasHapus