Mengenal Kurikulum Merdeka Bersama Playdate Soloraya
Saat berselancar di media sosial, saya kerap menemui miskonsepsi tentang makna merdeka belajar. Contohnya pada salah satu postingan instagram yang menganggap bahwa dengan merdeka belajar, anak-anak belajar sesukanya, tidak boleh dipaksa-paksa. Padahal tidak seperti itu. Belum lagi tentang implementasinta di masyarakat. Di mana kerap ditemui antara satu sekolah satu dengan lainnya memiliki praktik kurikulum merdeka yang berbeda, bahkan masih ada masih full menggunakan kurukulum tiga belas (kurtilas). Lalu, seperti apa sih kurikulum saat ini?
Nah, beberapa waktu lalu saya berkesempatan untuk mengajak mama-mama Playdate Soloraya untuk mengenal lebih dalam tentang apa itu Kurukulum Mereka?
Nah, berikut ini adalah rangkumannya ...
Arti Kurikulum Merdeka
Dilansir dari BSKAP atau Badan Standar, Kurikulum, dan Assessment Pendidikan (BSKAP), Kurikulum Merdeka memiliki makna sebagai Kurikulum pembelajaran yang mengacu pada pendekatan bakat dan minat. Di sini, para pelajar (baik siswa maupun mahasiswa) dapat memilih pelajaran apa saja yang ingin dipelajari sesuai dengan bakat dan minatnya.
Kurikulum Merdeka dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik.
Kenapa Ada Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka lahir karena adanya kemerosotan kemampuan generasi muda kita terutama di bidang literasi membaca dan matematika, yang dibuktikan dari hasil survei PISA, dimana diketahui bahwa ternyata banyak anak usia 15 tahun di negara kita mengalami kesulitan dalam memahami bacaan sederhana. Bukan hanya bisa membaca ya, tapi bagaimana seorang memahami isi bacaannya.
Hal ini diperparah dengan adanya pandemi sehingga terjadi learning loss. Agaar hal ini tidak berlarut-larut, maka ditengah pandemi dibuat Kurikulum Darurat, yaitu Kurtilas yang disederhanakan. Ternyata, sekolah yang menerapkan Kurikulum Darurat ini memiliki capaian yang lebih baik dibanding sekolah yang tidak menerapkannya. Sehingga, kini bentuk advance dari kurikulum tersebut, yaitu Kurikulum Merdeka, sedikit demi sedikit dipraktikkan dalam kehidupan sekolah formal di Indonesia.
Kenapa Kurukulum Sekolah di Indonesia Berbeda-beda
Kadang kita heran, kenapa di sekolah A menerapkan Kurikulum Merdeka, dan sekolah lainnya memiliki kurikulum yang berbeda. Karena memang saat ini ada tiga jenis kurikulum yang digunakan di sekolah dari jenjang SD hingga SMA. Ketiga kurikulum tersebut adalah Kurikulum Kurtilas, Kurikulum Kurtilas yang disederhanakan, dan Kurikulum Merdeka. Salah satu keistimewaan Kurikulum Merdeka adalah sekolah memiliki otoritas untuk mempraktikkan Kurikulum Merdeka sesuai dengan kemampuan sekolah dan tenaga didik.
Peran Orangtua dalam Kurikulum Merdeka
Dalam Kurikulum Merdeka, orang tua memiliki peranan yang sangat penting. Mereka harus bekerja sama dengan sekolah untuk menjadi fasilitator sehingga pendampingan pada anak dapat maksimal. Tujuannya apa? Agar kita lebih peka terhadap minat dan bakat anak sehingga mampu menfasilitasi, mengasah bakat tersebut, dan anak kita mampu menjadi expert di bidang yang ia pilih.
Bagaimana cara kita sebagai orang tua untuk bisa menjadi fasilitator yang baik?
Kita akan bahas di kesempatan yang berbeda ya, jika ingin berkenalan dengan Kurikulum Merdeka lebih jauh, sila kontak saya. Senang jika makin banyak orang tua yang mau memahami dan mendukung Kurikulum Merdeka ini.
Salam Hangat,
sapamama
15 Komentar
Namanya perubahan memang kerap bikin ngga nyaman.
BalasHapusTermasuk kurikulum yg berganti
Tapi klo udah dijalani....insyaAllah makin enjoy kok.
Senang sekali ada Kurikulum Merdeka yang disesuaikan dengan minat dan bakat anak. Jadi, mereka bisa belajar sesuai dengan passionnya. Beda dengan zaman kita dulu, Mbak, semua diseragamkan. Mudah-mudahan dengan kurikulum ini, anak-anak semakin termotivasi untuk terus semangat belajar di sekolah
BalasHapusMirip dengan homeschooling bukan sih? Kurikulum belajar yang lebih fleksibel dan tidak kaku buat anak. Jadi minat dan bakat anak lebih terakomodir.
BalasHapusBersamaan dengan hadirnya kurikulum merdeka, semoga kita selaku orangtua juga belajar memahami minat bakat anak. Tidak membiarkan mereka begitu saja, tetapi mendukung mereka belajar sesuai minat bakatnya.
BalasHapusWah, terima kasih penjelasannya, Mbak. Jadi lebih paham dengan maksud Kurikulum Merdeka. 🤩
BalasHapusIya mbak, kurikulum merdeka ini memang pas banget untuk memaksimalkan semua bakat yang dimiliki anak
BalasHapusDan butuh peran aktif dari orang tua dalam pelaksanaannya
Oalah, ini kaya homeschooling ya konsepnya. Jadi kurikulumnya emang disesuaikan dengan minat dan bakat anak, bagus buat mengasah kemampuan anak nih, unik banget
BalasHapusHebat juga ya kurikulumnya.cuma tidak semua orang tua bisa membersamai anak mereka menerapkan kurikulum merdeka
BalasHapusKebetulan anakku yang kelas 10 SMK menerapkan kurikulum merdeka yang memang mengharuskan siswa belajar secara mandiri dan guru sebagai fasilisatornya. Meskipun aku merasa anak-anak belum terbiasa, tapi basic tujuan dari kurikulum ini memang menuntut siswa untuk eksplor lebih banyak ilmu di luar sekolah.
BalasHapusAda tiga jenis kurikulum yang berjalan berarti ya. Menarik juga. Sekolah bisa milih mana yang tepat dipraktikkan di sekolahnya sesuai kondisi anak didiknya. Tapi bener sih kondiai learning loss itu dialami keponakan saya. Susah paham bacaan.
BalasHapusYa betul masih ada beberapa sekolah yang menerapkan kurikulum lama. Mmmm, kalau ngomongin kurikulum merdeka itu artinya anak-anak belajar sesuai minatnya kan, ya. Dari dini sudah dikotakkan kemampuan yang mereka punya itu bagus, lo. Dibanding sudah besar nanti bingung apa yang mereka mau lakukan, apa minat mereka, huhuhu
BalasHapusSaya tunggu bahasan selanjutnya tentang cara orang tua jadi fasilitator penting banget ini
BalasHapusMirip homeschooling tapi ini dibawa ke sekolah gtu buat belajar bareng anak-anaknya ya mba?
BalasHapussaya masih belum paham banget dengan kurikulum merdeka, sempat tahu dari teks book anak saya kok ada yang rumit ya, saya coba pendekatan dengan cara lain, dia lebih paham
BalasHapusSekarang ini, di SD tempat anakku bersekolah juga pakai kurikulum Merdeka. Memang harus kolaborasi antara guru juga ortu dalam proses pembelajaran. Anak pun bisa lebih aktif belajar
BalasHapus