Sejak awal tahun 2000-an media sosial mulai menjadi pilihan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang terdekat. Mulai saat itu, berangsur-angsur orang mulai terikat dengan media sosial. Coba deh Jakadara hitung, berapa jumlah media sosial yang kalian miliki? Apakah 3, 5, atau lebih dari itu?

Dengan banyaknya media sosial yang ada dalam genggaman kita, kita bisa memperoleh banyak hal, contohnya saja teman-teman kita yang menjadi content creator yang entah sengaja atau tak sengaja dapat menjadikan media sosial sebagai sumber mendapatkan cuan.

Layaknya dua sisi mata uang, keberadaan media sosial tak hanya membawa manfaat positif, namun juga bisa memberikan dampak negatif seperti terobsesi untuk mendapatkan banyak 'likes' dan followers, berkurangnya waktu tatap muka dengan orang terdekat, cyberbullying, menurunnya kemampuan bersosialisasi, membandingkan diri dengan orang lain, mengalami gangguan tidur, bahkan kebocoran data pribadi.

Jika sudah merasa ketergantungan, kita bisa mencoba untuk melakukan detox media sosial alias tidak menyentuh media sosial sama sekali. Sulit? Pasti! Oleh karena itu ada beberapa langkah yang bisa kita ambil agar tidak menyentuh dunia maya.

1. Menghapus aplikasi media sosial dari gadget, meminta bantuan dari keluarga untuk mengingatkan bahwa Jakadara sedang detox media sosial, serta membuat rencana kegiatan selama detox media sosial.

2. Kita bisa mencoba untuk detox media sosial selama 7 hari, jika berhasil, kita bisa memperpanjang menjadi lebih lama lagi. Bahkan, ada yang sukses tidak menyentuh media sosial selama satu tahun lho!



Dalam suatu kesempatan, Menteri Pendidikan Nadine Makarim mengungkapkan bahwa langkahnya menghapus media sosial justru membuat hubungannya dengan keluarga dan sahabat semakin dekat. 

Kalau kalian bagaimana? Apakah teman-teman berencana detox media sosial atau justru mengambil tindakan yang mungkin dianggap ekstrim oleh sebagian orang, yaitu menghapus akun media sosial?


Punya pengalaman tentang ini?

Share di kolom komen ya...


Salam Hangat,

sapamama

1 Komentar

  1. Saya sih sebenarnya tidak suka bermain media sosial Mbak. Cuma karena sedang membangun bisnis yang berbasis digital, saya harus bisa memanfaatkan media sosial demi promosi karena FB, Twitter, atau Instagram menyediakan platform promosi yang murah dan terjangkau.

    Secara pribadi sih, saya memandang medsos itu seperti pisau. Mau dipakai berbuat kebaikan, maka baiklah dia, dan kalau dipakai keburukan maka jeleklah dia.

    Kalau soal detox, ya sebenarnya tergantung pada kontrol diri sendiri. Saya pernah tidak bermaind medsos selama bertahun tahun (sampai saya memutuskan mencoba berbisnis) dan tanpa uninstal aplikasi. Kalau kontrol dirinya ga kuat, biar sudah diuninstal, ya tetap saja bisa diinstal ulang.

    Gitu sih menurutku

    BalasHapus