Pada tahun 2023, kota Surakarta didapuk sebagai kota paling toleran ke-4 di Indonesia. Selain adanya peran aktif tokoh-tokoh masyarakat, kekuatan budaya ternyata mampu menjadi salah satu hal yang merekatkan perbedaan antar masyarakat.


Terapi Melalui Budaya di Solo Kota Toleran

Dengan mengangkat tema budaya sebagai perekat keanekaragaman  bangsa, Playdate Soloraya yang digawangi oleh mama Era Wijaya S dan mama Eno Wibowo mengadakan kegiatan Guyub Kabudayan. Kegiatan ini diikuti oleh 35 perempuan yang memiliki berbagai latar belakang yang berbeda, mulai dari usia, status, agama, dan kepercayaan.


Tiga puluh lima perempuan dari berbagai latar belakang berkumpul dalam acara Guyub Kabudayan

Foto: Dok. Pribadi


Dalam kesempatan ini, para peserta belajar tentang beberapa produk budaya yang mampu menyatukan keragaman atau sebagai solusi suatu konflik, misalnya dalam seni arsitektur, keris, dan batik.

Salah satu narasumber Guyub Kabudayan, bapak Basuki Teguh Yuwono, empu keris dan dosen ISI Surakarta, menyampaikan bahwa keris, salah satu produk budaya Indonesia, kerap menjadi media penyelesaian konflik agama ataupun juga kondisi politik yang tidak stabil, contohnya adalah Keris Sengkelat, keris yang digunakan untuk menetralisir kondisi Majapahit yang saat itu kondisi politiknya tidak stabil dan kerap terjadi kerusuhan.

Berbeda lagi jika ditilik dari seni arsitektur, bapak A. Bamban Yuuwono, Kaprodi Arsitektur Universitas Tunas Pembangunan menyampaikan bahwa terdapat akulturasi budaya dalam desain arsitektur Jawa, contohnya bangunan masjid, dimana tempat ibadah agama Islam tersebut mengadopsi desain dari pura agama Hindu, hal ini bisa dilihat dari atap masjid Jawa yang bersusun tiga, contohnya di Masjid Al Wustho Mangkunegaran.

Tampak depan Masjid Al Wustho yang memiliki 3 susun atap

Foto: Dok. Pribadi


Dalam rangkaian Guyub Kabudayan peserta diajak menjelajah kota Solo dan melihat beberapa bangunan dengan arsitektur yang mengadopsi beberapa unsur keberagaman, misalnya Monumen Pers, Pura Mangkunegaran, dan Pasar Gede. Peserta juga diajak menjelajah sejarah keris dan melihat koleksi dan proses produksi keris di Museum Keris Brojobuwono.

Edukasi sejarah keris secarang langsung bersama Empu Basuki Teguh Yuuwono  dari Padepokan dan

Museum Keris Brojobuwono

Dok. Pribadi


Setelah itu para peserta Guyub Kabudayan diajak relaksasi dengan art therapy melalui media batik tulis.


Apa Kata Mereka Yang Ikut Guyub Kabudayan?

Mickyta, salah satu peserta Guyub Kabudayan menyampaikan, bahwa ia senang sekali ikut kegiatan ini. Sebagai muslim, ia baru tahu bahwa masjid dengan arsitektur Jawa di Solo ternyata bagunannya mengadopsi filosofi dari agama lain. Ia juga mengaku senang bisa bertemu dengan banyak teman baru dari berbagai latar belakang agama yang berbeda.

Tim art therapy paling mindfull saat proses membatik, hasilnya bagus banget

Foto: Dok. Pribadi


Beberapa contoh batik hasil art therapy dengan media batik tulis di acara Guyub Kabudayan

Foto: Dok. Pribadi


Hal senada disampaikan Puput, salah satu peserta beragama Katolik di acara Guyub Kabudayan. Ia senang bisa belajar lebih detail tentang budaya Solo seperti arsitektur, keris, dan wayang. Salah satu kegiatan yang paling ia sukai adalah momen art therapy menggunakan media batik tulis. Ia bisa sangat relaks, begitu pula rekan satu timnya. Ia bisa melihat, bahwa meski berbeda kepercayaan, ternyata mereka bisa menyatu dalam sebuah kegiatan budaya.

Motif batik Rukun Agawe Santosa Playdate Soloraya sebagai representasi kedamaian yang tercipta dari keragaman

Foto: Dok. Pribadi

Ternyata acara budaya bisa bikin para mamah dan calon mamah kumpul berfaedah ya. Rukun guyub seru-seruan bareng, nge-blend seperti tidak ada batasan apapun.


Pengaruh Budaya Untuk Kemajuan Generasi


“It takes a village to raise a child”

Untuk bisa mendidik anak diperlukan 1 kampung. Jika ingin memiliki generasi yang cinta tanah air, maka harus dimulai dari orang tuanya terlebih dahulu. Inilah yang menjadi kunci penting pendidikan anak Indonesia. Sosok ibu yang mau belajar tentang budaya, mau bersinergi dengan rekan dari latar belakang beragam, punya rasa bangga, dan cinta tanah air. Jika seorang ibu bisa merealisasikan praktik baik itu, maka anak akan melihat dan sikap-sikap positif ini akan terpatri menjadi perilaku positif.

Memelihara budaya dan merawat kerukunan adalah tugas bersama demi anak cucu kita

Foto: Dok. Pribadi


Bukankah kita semua ingin Indonesia senantiasa aman, damai, dan sejahtera?
Mari kita mulai dengan langkah kecil dari diri kita dan keluarga.


Pendapat Psikolog Tentang Pentingnya Sosok Mamah yang Memahami Budaya dan Toleran

Ibu Saprastika Sardjono, M.Psi, Psikolog, Psikolog UPTD PPA Surakarta menyampaikan bahwa peran ibu dalam tumbuh kembang anak sangat penting, sama halnya dengan peran ayah. Ibu merupakan kunci utama dalam keluarga. Rasa toleransi yang tinggi dan cinta akan budaya serta tanah air,  perlu ditanamkan sejak dini dan bisa menjadi kebiasaan positif bagi anak.

Mengajarkan toleransi membuat anak lebih menghargai perbedaan dalam segala hal, baik keragaman agama, sosial, budaya, maupun pendapat. Anak bisa lebih berpikiran terbuka, percaya diri, dan tidak mudah patah semangat ketika gagal, karena ketika dia mampu menghargai orang lain, dia akan mampu untuk menghargai dirinya sendiri.

Pentingnya mengajarkan budaya kepada anak sejak dini.

Foto: Dok. Pribadi


Contohnya dalam filosofi Jawa sudah diajarkan budi pekerti, unggah-ungguh, bagaimana cara mendidik anak, seperti yg disampaikan oleh Ki hajar Dewantoro, Ing Ngarso Sung Tulodho (di depan harus memberi teladan), Ing Madyo Mangun Karso (di tengah harus membangun ide dan gagasan), Tut Wuri Handayani (di belakang harus bisa memberikan dorongan). Jika diterapkan dalam pengasuhan tentu saja memiliki dampak positif. Komunikasi anak dan orangtua juga terjalin dengan efektif. Anak bisa lebih kuat, dan bisa memilah dan memilih hal-hal mana yang baik atau jelek untuknya.

Ternyata kekuatan budaya memang begitu luar biasa ya!

Kamu punya ide kegiatan untuk mamah-mamah? Punya ide produk budaya untuk dibahas lebih jauh? Tulis di kolom komen ya…


Salam Hangat,
sapamama



70 Komentar

  1. Serunyaaa 😍
    Saya selalu kagum sama budaya & keramahan orang2 Solo. Sampe temen saya yg kuliah disana nggak mau pulang lagi ke kampungnya 😬

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... Sudah jatuh cinta ya mba.

      Hapus
    2. Adat dan budaya Solo memang terkenal ya. Jadi pengen mengunjungi sepupuku yang tinggal di Gatak Solo deh, hehe ... Masyarakat Solo emang kreatif dan produktif

      Hapus
  2. Mbak, asli keren banget acara mamah-mamah ini, seru ya? Sepakat dengan adanya kegiatan -kegiatab begini untuk memberikan insight pada khalayak. Perlu dilanjutkan Mbak.

    BalasHapus
  3. Masyaallah, hasil seni batiknya bagus sekali. Indah sekali dipandang. Aku suka menikmati karya seni seperti ini, meskipun kalau bikinnya pasti nggak bisa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dicoba dulu mba... Mamah yang bikin ini juga ngga pernah membatik sebelumnya kok, kecuali 1 peserta ex pembatik.

      Hapus
  4. Menarik sekali kegiatan para mamah ini. Jadi pengen ikutan nih. Tapi sayangnya jauh ya. Kegiatan seperti ini boleh juga direplikasi ya supaya kumpulan mama-mama nggak hanya julid-julidan saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo, coba bikin acara serupa di kota mba Ririn aja mba... Biar meet up-nya berfaedah.

      Hapus
  5. ide kegiatna untuk mamah2 bikin workshop kak, biar makin produktif dan bisa dijadikan penghasilan sampingna gitu

    BalasHapus
  6. Bener-bener bermanfaat mbak, suka sama hasıl baiknya. Andaikan ibu" muda klo kumpul milih kegiatan yang beginian ya.

    BalasHapus
  7. Wah seru kegiatannya Kak, bahas permainan tradisional yuk Kak, salah satu produk budaya kan atau makanan tradisional juga bisa Kak, pasti seru deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, menarik... Permainan tradisional catet dulu ya, masih jadi wishlist. Kalau makanan kita belum, tapi pernah bikin acara Jelajah Jamu.

      Hapus
  8. Senang ya mba punya teman satu vibes gitu. Seru kegiatan yang diadakan menggali ilmu dan pengetahuan

    BalasHapus
  9. Serunya, menarik. Nih punya teman yang satu vibes gitu

    BalasHapus
  10. Kegiatan para mamah-mamah ini beneran berfaedah ya. Selama ini kalau ada komunitas semacam itu, citranya cenderung negatif seperti ghibah dan berantem antar perempuan. Tapi tidak dengan grup dalam artikel ini. Kereeen.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaduh, iya kah mba Nieke... Lebih enak rukun dan produktif saling support ya. Women support women, hehehe...

      Hapus
    2. Hal yang saya suka adalah kegiatan komunitas itu tuh positive vibes banget. Lebih ke pemberdayaan perempuan. Belajar sejarah dan kebudayaan. Ini di kota Solo ya? Bagus nih untuk menciptakan komunitas yang toleransi.

      Hapus
  11. Produktif dan berfaedah sekali ya. Jadi inspirasi buat mamah lainnya.

    BalasHapus
  12. Menarik nih, aku belum pernah ke Solo yang katanya orangnya ramah banget. Setuju sama kalimat untuk mendidik anak ya harus dari orangtuanya dulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup, dari ortu teredukasi, nanti bisa mengajarkan ke anak-anak, syukur-syukur lingkungannya kan mba...

      Hapus
  13. seru banget acaranya, mbak. apalagi ada kegiatan membatik yang merupakan salah satu budaya nasional kita. saya penasaran juga nih sama kota Solo dan arsitektur masjidnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo mba, kapan-kapan main ke Solo. Berkabar ya, insyaAllah siap jadi guide.

      Hapus
  14. Wah, menarik sekali acara Guyub kebudayaan ini mbak
    Tak sekadar berkumpul, tapi bisa sekalian belajar kebudayaan ya

    BalasHapus
  15. Seru sekali acaranya, ga hanya kumpul aja ya acaranya tapi sangat produktif sekali

    BalasHapus
  16. Keren acara perkumpulannya. Mamah-mamah kan emang suka ngumpul untuk sedikit melepas penat kan, ya. Kalau ngumpulnya semacam ini, sih, refreshing-nya dapet, manfaatnya juga dapet.

    BalasHapus
  17. Keren acara perkumpulannya. Mamah-mamah kan emang suka ngumpul untuk sedikit melepas penat kan, ya. Kalau ngumpulnya semacam ini, sih, refreshing-nya dapet, manfaatnya juga dapet.

    BalasHapus
    Balasan
    1. The real healing ya mba. Healing yang membawa manfaat positif jiwa raga.

      Hapus
  18. Jujur saya malah baru ngeh ini ada kegiatan para mama yang produktif seperti ini. Keren lah orang Solo emang inspiratif banget. Jangan kaget setelah ini daerah lain bakalan muncul kegiatan sejenis yang ngikutin dari ide ini...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Justru harapannya bisa menularkan virus positif, produktif, toleran ke seluruh wilayah Indonesia mba...

      Hapus
  19. Bagus nih kegiatan seperti ini, kita jadi makin sayang dan bangga dengan kebudayaan yang kita miliki. Jadi saat kumpul2 tidak hanya bersenang2 saja yaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yupse mba... Kalau mamanya berkegiatan dengan happy, nanti di rumah juga happy.

      Hapus
    2. Mba unik, bisa nih gandjel rel bikin juga hehehehe

      Hapus
    3. Seru ya kegiatannya guyub, sesruan, jalin pertemanan juga nambah wawasan tentang daerah sendiri, keren

      Hapus
  20. Soal budaya emang nggak pernah bikin bosan. Apalagi belajarnya bersama rombongan mama-mama. Akan lebih terasa menyenangkan.

    BalasHapus
  21. kangen solooooooooo...... aku dulu sekolah 3 tahun di solooo... happy bgt kegatannya kak

    BalasHapus
  22. seru banget deh ikutan komunitas guyub kabudayaan. layak ditiru oleh warga di kota lain. tentu aja untuk melestarikan budaya lokal dan memperkenalkan nya ke masayarakat juga apalagi kepada turis asing dan anak-anak sebagai penerus ya.

    BalasHapus
  23. seru banget deh ikutan komunitas guyub kabudayaan. layak ditiru oleh warga di kota lain. tentu aja untuk melestarikan budaya lokal dan memperkenalkan nya ke masayarakat juga apalagi kepada turis asing dan anak-anak sebagai penerus ya.

    BalasHapus
  24. Mamah-mamah muda juga wajib nih harusnya ikutan guyup biar nggak jago tik tokan aja ehhh ... Maksudnya biar pengetahuannua bisa ditularkan ke anak-anaknya yang masih kecill gitu

    BalasHapus
  25. Kumpul mamah mamah yg berfaedah banget ini mah. Semoga jadi inspirasi bagi yang lainnya. Aamiin

    BalasHapus
  26. Belajar sambil ketemu orang baru emang seru bangett. Jadi kangen ikut acara kumpul sama temen-temen..

    BalasHapus
  27. Wuih saya juga pengen lho ikutan acara kek gini, di Solo pulak, pasti seru banget

    BalasHapus
  28. Aku suka sekali kegiatan Guyub Kabudayan.
    Rasanya kalau di Solo, aku juga ikutaaan..

    Dan yang paling seneng tuh, karena saling menghargai, saling membantu dan keramahan adalah akar budaya Indonesia. Dan kalau bukan dari keluarga, siapa lagi yang mewarisi kekayaan budaya Indonesia beserta filosofinya.

    BalasHapus
  29. Guyubnya manis banget kak Era.
    Apalagi makin mengenal kebudayaan, dan pada cantik busananya. Semoga terus berkelanjutan ya

    BalasHapus
  30. Kegiatan seru dan menarik nih. Kita memang wajib menghargai dan nguri-nguri budaya. Kalau kumpul kaya gini, jadi lebih berfaedah ya

    BalasHapus
  31. Udah lama pengin bisa belajar membatik, tapi belum kesampaian juga. Kalau bareng teman se frekuensi gini pasti seru ya.

    BalasHapus
  32. waah seruuu banget kegiatan kaya gini. Kereeen dehh! Jadi pengen jg punya komunitas kaya gini kak..

    BalasHapus
  33. Wiih seru juga kalau ada kegiatan budaya buat ibu ibu seperti ini di setiap daerah. Bisa banyak belajar di luar obrolan tentang rumah tangga, ya hihi

    BalasHapus
  34. Solo menarik diulik karena budaya yang kental dan khas. Anakku dulu daftar di UNS tapi ga dapat hahaha.... Acara ibu2 ini sangat berfaedah dan memberikan semangat untuk berkegiatan prositif dan produktif di sela2 kesibukan domestik rumah tangga. Menjawab pertanyaannya, mungkin tema herbal bisa dijadikan event nantinya. TFS mak.

    BalasHapus
  35. Selalu kagum dengan budaya Indonesia. Sejak dulu negara kita memang kaya akan budaya. Tapi, memang kayak kurang diperhatikan. Syukurlah sekarang semakin banyak yang sadar tentang pentingnya mencintai budaya.

    BalasHapus
  36. Keren dan seru banget... Kemarin pernah ke solo sebentar, tapi enggak sempet eksplor, hiks... Asyik nih kalau bahas kulinernya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, cocok ini... Catat dulu perihal kuliner ya...

      Hapus
  37. Bagus banget nih kegiatannya, karena kan para Mama ini yang paling dekat dengan anak, jadi bisa meneruskan informasi yang diperoleh selama kegiatan ini pada anak-anak. Arsitektur, batik dan keris sudah.

    Kalau wayang atau ketoprak gimana mbak?

    BalasHapus
  38. Kegiatan seperti ini harus ddidukung. Kita pun jadi belajar tentang budaya daerah lain ya. Termasuk misalnya tahu tentang suatu bangunan yang mengadopsi atau menggambil inspirasi dari sumber lain

    BalasHapus
  39. Wah serunyaaa...aku suka banget acara kek gini mbak selain ketemu temen2 baru dpt ilmu baru mengenai lingkungan sekitar kita. Btw menelusuri motif batik solo lucu juga kayanya. Apa makna dibaliknya sekaligus belajar membatik

    BalasHapus
  40. Kalau pengalaman saya, kumpul dengan mamah-mamah plus anak-anaknya ketika sedang kajian bareng. Dari situ ada acara edukasi untuk anak-anak juga. Mulai dari cerita-cerita inspiratif, dongeng, dan tentang sejarah. Alhamdulillah anak-anak antusias.

    BalasHapus
  41. Setuju tuh ama quote favorit aku, untuk mendidik 1 anak diperlukan 1 kampung. Mendidik generasi yang cinta tanah air ya dimulai dari ortunya dulu yang mengenalkan. Acaranya seru banget, ini mah emaknya yang dapet banyak insight. Belajar arsitektur, keris, batik, hingga wayang. Penasaran pengen ikutan art therapy pake media batik nih.

    BalasHapus
  42. Seru banget memang acara gini tuh yah, menemukan lingkungan baru, seneng dan ada edukasi juga buat anak - anak.

    BalasHapus
  43. Keren banget mak Era acaranya, tapi kalau aku sih memang setuju banget. Budaya Indonesia itu banyak dan sayang kalau tidak kita lestarikan. Kebayang deh ini ya para mamah-mamah kece kalau sudah kumpul pasti seru banget

    BalasHapus
  44. Kalau kehidupan seorang ibu itu dikelilingi suami dan anak, maka untuk bikin ibu nyaman, bikin nyaman juga suami dan anak alias keluarganya. Jadi bikin juga acara budaya yang tak hanya melibatkan ibu, tapi juga suami dan anaknya alias keluarga

    BalasHapus
  45. Yang namanya budaya ini ada produk2 yang ternyata filosofinya begitu kaya ya mbak.
    Seru ikutan Guyub Kabudayaan ini ya mbak, bisa mengenal banyak orang yang memiliki kecintaan yang sama pada kebudayaan.
    Bahwa yang namanya budaya itu mempersatukan walaupun mungkin latar belakangnya beda2 juga.

    BalasHapus
  46. Apa ya, selama ini biasanya klo mamah mamah bisa diajak membuat batik shibori atau membuat ecobrick

    BalasHapus
  47. Budaya kita yang kaya tidak hanya terbatas pada produk bendawi aja. Jiwa tolong menolong juga bisa kita pupuk melalui pelatihan. Hanya saja saya belum kebayang idenya bikin apa gitu mbak...

    BalasHapus
  48. mba,keren banget acaranya, selain bisa menjadi sumber ilmu,bisa untuk healing bermanfaat untuk mama
    Btw ibu yang toleran itu memang perlu sehingga tidakhanya bisa untuk menghargai perbedaan dengan orang lain tapi juga gak lupa menghargai perbedaan didalam keluarga

    BalasHapus
  49. Ahhh ini acara yg kemaren ya, mbak? Seru banget. Sedih blm bisa ikutan. Bikin lagi dong, mengenal permainan tradisional atau wayang jg bs. Atau kita main ke daerah pecinan kayak balongan gitu. Buat lebih mengenal budaya cina di solo.

    BalasHapus
  50. Akar budaya ini gak boleh hilang dan tercerabut ya..
    Justru harus tetap ditumbuhkan dari keluarga, terutama orangtua. Karena setiap budaya, memiliki makna yang mendalam.

    BalasHapus
  51. Seneng deh kalau ada kota yang masih melestarikan budayanya. Jadi generasi selanjutnya nanti bisa terus menikmati dan melestarikan budaya kita. Dan nggak hilang tergerus modernisasi

    BalasHapus
  52. Wuih, asyik sekali kegiatannya. Jalan-jalan sekaligus belajar mengenal budaya. Mungkin untuk kegiatan berikutnya, bisa tuh mengeksplore dari sisi kulinernya. Duh, kalau ngomongin kuliner, jadi pingin ikutan acaranya nanti :D

    BalasHapus