Saat itu saya masih berusia sekitar 5 tahunan. Namun ingatan itu sangat terpatri dalam pikiran saya. Ibuk saya mengajak saya ke balai desa. Kami berjalan kaki bersama-sama dengan tetangga lainnya yang juga memiliki anak sesusia saya. Sesampainya di balai desa, satu persatu anak di timbang, kemudian secara bergantian kami di suntik oleh tante-tante yang berbaju putih yang ternyata bidan desa. Katanya sih, disuntik itu rasanya hanya seperti digigit semut, padahal disuntik lumayan bikin senut-senut. Tak sedikit temanku yang menangis memanggil ibu mereka. Bahkan ada adegan lari-larian mengejar anak lelaki yang terlalu takut untuk disuntik, hehehe...

 

Bagi kami yang sudah selesai disuntik, maka kami diberi kacang hijau, roti, dan buah untuk dibawa pulang. Menyenangkan. Yang tadinya menangis, sekarang mereka tertawa riang.

 

Suntikan yang diberikan ternyata imunisasi/vaksinas dan balai desa disulap menjadi Poyandu. Hingga saat ini program Posyandu juga masih rutin di gelar. Untuk imunisasi, pemberian vitamin, serta edukasi kesehatan dan tumbuh kembang anak bayi hingga balita. Di awal tahun 90-an akses kesehatan masih sangat terbatas dan adanya program Posyandu ini sangat membantu masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan. Saya merasa bersyukur tinggal di pedesaan yang masyarakatnya cenderung mendukung program-program kesehatan. Hingga saya dewasa, di wilayah kami tidak pernah ditemukan kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular seperti yang terjadi di wilayah lain, misalnya saja kasus KLB Difteri di Kota Malang pada tahun 2014 yang untungnya dapat segera ditanggulangi.

 

Berbeda lagi dengan pandemi yang terjadi selama satu tahun belakangan ini. Kasus Covid-19 merupakan kasus baru sehingga para peneliti memerlukan proses panjang untuk menemukan formula vaksinnya. Alhamdulillah saat ini proses distribusi vaksin sudah berjalan sedikit demi sedikit. Tak sabar rasanya saya ingin mendapatkan vaksin Covid-19, selain agar tubuh saya lebih kuat, siapa tahu bisa mendapatkan bubur kacang hijau, roti, dan buah seperti saat saya kecil dulu, hihihi...

 

Minggu ke-empat bulan April merupakan World Immunization Week 2021, yaitu merupakan suatu peringatan untuk mengedukasi dan mengingatkan kita tentang pentingnya vaksin, terutama bagi anak-anak.

 


Nah, hari Jum'at, 30 April 2021 saya mengikuti Webinar 101 VAKSINASI: KUPAS TUNTAS VAKSINASI ANAK bersama dr. Attila Dewanti Sp.A(K) dengan moderator idola masa SMA, mom Sissy Prescilia. Webinar ini merupakan hasil kerjasama antara Kenapa Harus Vaksin dan The Asian Parent Indonesia.

 

Dalam webinar kita belajar tentang berbagai pengetahuan tentang vaksin. Kita kupas tuntas satu persatu yuk...



KENAPA HARUS VAKSIN?

Baik orang dewasa maupun anak-anak sama-sama memerlukan vaksin. Secara umum ada 4 alasan utama kenapa harus vaksin.

- Mencegah Kematian

2-3 juta kemarian dapat dicegah dengan menggunakan imunisasi.

- Mencegah Penyakit

Vaksin dapat mencegah lebih dari 26 jenis penyakit berbahaya.

- Mengurangi Resistensi Antibiotik

Membantu membatasi/mengurangi terjadinya resistensi antibiotik karena dapat mencegah penyakit pada tahap awal.

- Menyelamatkan Orang

Meningkatkan cakupan imunisasi secara global dapat menyelamatkan lebih dari 1,5 juta orang setiap tahunnya.

 

#LindungikuLindungimu mengndung makna bahwa vaksin tak hanya dapat melindungi diri kita, namun juga sekaligus melingdungi orang-orang di sekitar kita.

 


APA ITU HERD IMMUNITY?

Sejak masa pandemi, seringkai terdengan gaung kata herd immunity. Sbenarnya apa sih yang dimaksud herd immunity? Herd immunity atau kekebalan kelompok dapat diperoleh dengan meningkatkan cakupan imunisasi.

 

Kekebalan sebagian sasaran suatu populasi melalui imunisasi, secara tidak langsung akan turut memberikan perlindungan bagi kelompok usia lainnya, sehingga bila ada satu atau sejumlah kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) di masyarakat, maka penyakit tersebut tidak akan menyebar dengan cepat dan timbul Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah dapat dicegah.

 

Kekebalan kelompok hanya dapat terbentuk apabila cakupan imunisasi pada sasaran tinggi dan merata di seluruh wilayah. Upaya pencegahan penyakit melalui imunisasi, sejatinya akan jauh lebih hemat biaya bila dibandingkan dengan upaya pengobatan.

 

Ada contoh kasus yang pernah saya temui saat anak saya masih berusia sekitar satu tahun. Jadi ada 2 anak seusia anak saya, yang satu sudah diimunisasi PCV dan yang satunya belum. Keduanya kemudian terdiagnosis pneumonia dan menjalani perawatan di rumah sakit. Anak yang sudah mendapat imunisasi PCV dapat sembuh dan recovery lebih cepat dibandingkan anak yang tidak mendapatkan imunisasi PCV.

 


Jadi, penting bagi orangtua untuk dapat mengetahui apa saja jenis vaksin untuk balita dan kapan waktu yang tepat untuk melakukannya.


CARA BACA JADWAL IMUNISASI ANAK

Pertama-tama, pastikan dulu bahwa jadwal imunisasi yang kita miliki adalah Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18 Tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 2020. Jika belum memilikinya, maka kita dapat mengungduh jadwal imunisasi IDAI.

Jadi ada beberapa perubahan terkait jadwal dan jenis vaksin wajib di tahun 2020, misalnya:

- Vaksin BCG sekarang boleh diberikan sejak bayi lahir.

- Vaksin JE (Japanesse Encepalitis) menjadi imunisasi wajib di daerah endemi seperti Jawa dan Bali.

- Vaksin Hep. A sekarang sudah bisa diberikan sejak anak berusia 1 tahun dengan dosis 2 kali dan interval 6-36 bulan.

 

Berikut ini adalah Jadwal Vaksin dan bagaimana cara membaca jadwalnya. Perhatikan warna biru (Primer-vaksin sesuai usia), kuning (catch-up), merah (vaksin booster/penguat), dan oranye (daerah endemi) ya.

 





APA YANG TERJADI BILA BAYI/BALITA TIDAK MENDAPATKAN VAKSINASI LENGKAP?

Penelitian di berbagai negara sudah membuktikan bahwa bayi dan balita yang tidak diimunisasi lengkap maka tidak mempunyai kekebalan sehingga mudah tertular penyakit, beresiko menderita penyakit berat, menularkan kepada anak-anak lain, menyebar luas, terjadi wabah, menyebabkan banyak cacat dan kematian.



BAGAIMANA BILA IMUNISASI TERLAMBAT/TIDAK TERATUR?

Jika hal ini terjadi maka kita harus segera melakukan imunisasi yang tertunda sesuai jadwal. Bila kita lupa status imunisasi, maka dianggap belum pernah melakukannya dan vaksin diberikan ulang. Dalam webinar ini dr. Attila Dewanti Sp.A(K) menyampaikan bahwa belum pernah ditemukan kasus karena imunisasi diberikan lebih dari dosis yang dijadwalkan, masalah timbul justru karena tidak dilakukan imunisasi.

Namun, akan lebih baik jika kita dapat mendokumentasikan imunisasi anak dengan baik. Kalau saya sendiri mendokumentasikan setiap aktivitas imunisasi di Buku Informasi Pasien Anak yang diberikan rumah sakit. jadi ada info rekam medis anak termasuk imunisasi di dalamnya sehingga saya dapat mengetahui kapan anak harus mendapatkan vaksin pertama dan kapan anak mendapat vaksin booster.






KAPAN ANAK TIDAK BOLEH DIVAKSINASI?

Ketika anak dalam kondisi sehat maka anak dapat diberikan vaksinasi. Namun, ada kondisi di mana anak tidak boleh vaksinasi, yaitu:

- Anak dengan keganasan (kanker) atau sedang menjalani kemoterapi

- Anak yang sedang mengkonsumsi obat-obatan immunosupresi

- Anak dengan riwayat alergi berat pada pemberian vaksinasi yang sama pada dosis sebelumnya.

 

Namun jika anak sakit dan menunjukkan gejala ringan, maka anak dapat diberikan vaksinasi walaupun sedang:

- Demam sub febris

- Gejala salesma (batuk, pilek)

- Diare

 

Vaksinasi tidak akan membuat penyakit anak bertambah parah. Anak yang sedang minum antibiotik pun boleh melakukan vaksinasi.


 

BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT IMUNISASI

Demam setelah imunisasi

Demam setelah imunisasi adalah reaksi normal. Gejala demam menunjukkan bahwa vaksin di dalam tubuh sedang di membentuk antibodi. Pada umumnya reksi ini akan menghilang dalam 24-36 jam. Pemberian ASI dapat membantu menurunkan demam setelah imunisasi.

 

Vaksin beresiko demam tinggi :

- DTwP

- Campak

 

Pemberian lebih dari 1 vaksin dalam waktu bersamaan

Semua vaksin dapat diberikan bersamaan. Imunisasi dilakukan pada anggota tubuh yang berbeda, misalnya di paha/lengan kiri dan kanan.

Bila tidak diberikan bersamaan ada jarak waktu yang perlu diperhatikan:

- Jarak injeksi antara 2 vaksin hidup yang dilemahkan adalah 28 hari.

- Vaksin mati tidak memiliki jarak khusus.

 

Kapan bayi prematur boleh imunisasi?

Vakinasi pada bayi prematur diberikan setelah bayi berusia 2 bulan atau mencapai berat lebih dari 2000 gram. Jadwal vaksin sama dengan jadwal vaksin IDAI.


 

TIPS AGAR SI KECIL NYAMAN SAAT VAKSINASI

Agar anak merasa nyaman saat vaksinasi, kitadapat memberikan sentuhan dan pelukan karena hal itu membuat anak kita merasa tenang dan nyaman. Hal ini juga memermudah kinerja tenaga kesehatan saat akan menyuntikkan vaksin.

 





TIPS VAKSINASI ANAK KE FASILITAS KESEHATAN SAAT PANDEMI

Selama pandemi, saya sudah pernah mengantarkan anak saya untuk imunisasi. Ini bukan imunisasi satu-satunya di usianya yang kelima. Jadi kami harus bolak-balik ke klinik untuk vaksinasi. Oleh karena itu saya memiliki klinik yang cenderung sepi dan ada pemisahan antara pasien yang sehat dan yang sakit.

 

Berikut ini adalah beberapa hal yang harus kita pertimbangkan saat akan melakukan imunisasi di masa pandemi:

 



 


APA YANG DIMAKSUD DENGAN IMUNISASI KEJAR IMUNISASI GANDA DAN KEAMANANNYA

Catch-up immunization atau imunisasi kejar adalah salah satu strategi yang dianjurkan untuk meningkatkan cakupan imunisasi.

 

Multiple injection atau imunisasi ganda adalah pemberian lebih dari satu vaksin dalam satu kali kunjungan yang bermanfaat untuk mempercepat perlindungan kepada anak, meningkatkan efisiensi pelayanan karena kita tidak perlu datang ke fasilitas kesehatan berkali-kali.

 

Pemberian imunisasi ganda terbukti aman, efektif, dan tidak meningkatkan resiko Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) pada anak.


 

KESIMPULAN

Vaksinasi lengkap sangat penting untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Pastikan vaksinasi anak kita lengkap hingga dosis booster. Agar optimal, berikan dosis booster tepat waktu. Vaksin aman untuk dilakukan bahkan di masa pandemi. Yang harus menjadi perhatian adalah kita harus disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan di manapun kita berada. Jadi, sebaiknya kita segera melengkapi imunisasi anak yang masih tertunda.



Saya ingin membagikan sedikit kenangan saya akhir Januari 2021 yang lalu saat anak saya mendapatkan vaksin tambahan, yaitu vaksin Tifoid. Dokter anak kami menganjurkan untuk melakukan vaksinasi influenza sebagai tambahan imunitas di masa pandemi. Vaksin influensa harus diberikan satu tahun sekali. Karena saya belum memperoleh vaksin Covid-19, saya juga berencana untuk memproteksi diri dengan vaksin influensa. Bonus dari vaksinasi hari itu adalah bisa berjumpa dengan kawan lama. Senangnya...

 

 

Salam Hangat,

sapamama




21 Komentar

  1. Wah makasih infonya mom. Anakku sejak komplit imunisasinya ngga pernah aku cek lagi. Apalagi pandemi ya. Tapi baca artikel ini jadi tercerahkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Syukurlah jika bisa tercerahkan mam. Terima kasih sudah mampir ya

      Hapus
  2. Saya juga masih inget dulu waktu kecil pernah mau disuntik rame-rama sama temen, saya termasuk salah satu yang nangis kalo disuntik, enaknya abis disuntik juga dikasih permen sama petugas kesehatannya hahah.

    Ini informasi tentang vaksin/imunisasi anak-nya lengkap banget! Saya yang minim pengetahuan tentang ini jadi banyak belajar juga, hihi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rata-rata anak jaman dulu ingat dengan memori imunisasi di posyandu ya. Memang memorable banget sampai kadang kangen kembali ke masa itu. Hehehe....

      Terima kasih sudah mampir ya.

      Hapus
  3. Kalau ngomongin imunisasi pasti ingetnya pas masa-masa SD, lihat orang puskesmas lewat udah merinding takut di vaksin. Tapi semakin dewasa semakin paham kalau vaksin itu perlu banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, saat itu rasanya deg-degan banget ya, hihi...

      Alhamdulillah bisa tumbuh sehat sampai sekarang salah satunya karena saat kecil menerima vaksin lengkap

      Hapus
  4. Bayangan anak soal imunisasi udah jelek sih ya, makanya kita sebagai ibunya harus yakinkan anak buat mau imunisasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebetulnya bayangan itu muncul bisa jadi karena trauma, jeda imunisasi yang terlalu jauh. Di atas sudah saya jabarkan tips agar anak nyaman menerima vaksinasi dan agar tidak menimbulkan trauma.

      Hapus
  5. Jadi ingat masa kecil dulu ada vaksin di rumahku. Aku kabur setelah ada dokter datang. Sampe dibujuk mau dibeliin mainan, baru aku balik. ��.

    Emang bener sih kak. Vaksinasi lengkap penting untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Smg anak2 kita smua sehat ya kak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, jangan2 bang didik kawanku yang kabur lari-larian? Hihihi...

      Aamiin... Sehat dan tumbuh optimal dengan vaksin lengkap

      Hapus
  6. Orang tua bertanggung jawab dengan pemenuhan imunisasi ataupun vaksinasi untuk anaknya. Misal ada yang tidak memberikan sama aja egois. Karena ketika anaknya kena penyakit bisa menularkan kepada teman bermainnya.

    Dan sekarang juga banyak yang menolak vaksin. Yah terserah juga yang menolak karena masih gak yakin. Aku sendiri menanti jadwal vaksinasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju mam. Mendapatkan vaksinasi adalah hak anak untuk bisa tumbuh secara optimal. Apalagi anak kan belum mampu untuk berpikir. Kita sebagai orang dewasa yang berpikir wajib melindungi anak kita, salah satunya dengan vaksin.

      Semoga yang semangat vaksin masih jauh lebih banyak agar tetap tercipta herd immunity. #LindungikuLindungimu

      Hapus
  7. Wah berarti vaksin itu penting ya bagi anak bayi dan balita. Btw ada gak vaksin yg boleh tidak diberikan bagi anak bayi?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tentu saja sangat penting agar anak tumbuh dengan optimal mam.

      Di atas sudah saya tuliskan kondisi anak yang tidak boleh diberikan vaksin.

      Hapus
  8. vaksin memang perlu ya, sebagai bentuk ikthiar kita agar terhindar dari suatu penyakit

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mam. Tidak hanya untuk melindungi diri sendiri, tapi juga melindungi orang lain yang kekebalan tubuhnya lebih rentan. Semoga jadi ladang ibadah bagi teman-teman yang mau melengkapi vaksinasi ya.

      Hapus
  9. menyelematankan orang & mencegah penyakit tapi masih banyak yang gak mau melakukannya juga ya. Memangsih setelah imunisasi bukan berarti gak akan terkena penyakit tapi setidaknya daya tahan tubuhnya lebih bagus ya untuk menyerang penyakit itu. Alhamdulillah anak-anak sudah lengkap vaksinnya juga nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah... Terima kasih sudah ikut serta menyehatkan bangsa mba. Semoga menjadi ladang ibadah bagi kita semua. Sehat selalu mba...

      Hapus
  10. Program kesehatan yang menyasar ke semua wilayah, jadi memudahkan untuk saling mengingatkan pentingnya vaksinasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali mam. Semangat untuk melindungi diri dengan vaksin. #LindungikuLindungimu

      Hapus
  11. Aku belum melakukan vaksin lagi menunggu giliran vaksin nih kak

    BalasHapus