Belajar adalah hal yang harus dilakukan seumur hidup, karena mempelajari hal baru itu menyenyangkan - Suamiku, 2021


Yup, itulah sepenggal kalimat nasihat suami tersayang untuk anak saya saat kami sedang berbincang dengan santai. Sayapun meng-amini hal itu. Sejak memutuskan untuk menjadi SAHM alias IRT, saya justru merasa tak pernah berhenti belajar. Di awali dengan belajar tentang kehamilan, persalinan, kiat-kiat mengASIhi, pengasuhan, bahkan berkaitan dengan hobi seperti menulis dan menggambar. Entahlah, otak saya justru tak henti-hentinya aktif. Dan saya menikmatinya.

Pada artikel sebelumnya saya sempat menyebutkan bahwa di awal tahun 2021 saya memiliki proyek baru, yaitu membuat channel YouTube SAPAMAMA BERCERITA yang berisi tentang bagaimana saya membaca nyaring atau read aloud buku-buku bermutu yang bisa menunjang pembentukan karakter anak-anak.

Rencana membaca nyaring ini sebetulnya sudah lama ada, yaitu sejak tahun 2019, namun, baru bisa direalisasikan di tahun 2021. Tak apa, lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Sebelum melangkah, ada beberapa hal yang harus saya persiapkan untuk membaca publik di platform digital, yaitu:


Belajar Teknik Membaca Nyaring a.k.a Read Aloud

Saya belajar teknik membacakan dongeng dari Rona Mentari, seorang story teller yang sudah lama terjun di dunia dongeng anak. Beruntung saat itu ada kelas dongeng gratis untuk orangtua dan guru hasil kerjasama komunitas dongeng dari Solo, yaitu DOING Project dengan salah satu lembaga yang mendukung keberagaman. 

Selain itu saya juga mengikuti kelas belajar yang diadakan oleh KEB Solo, yaitu kelas Podcast dan kelas public speaking yang diinisiasi Playdate Soloraya, keduanya mendatangkan narasumber Sara Neyriza, founder speaking.id, former announcer, dan seorang dosen.

Mantul banget kan...


Meminta Ijin Penerbit

Selanjutnya, hal yang paling penting menurut saya sebelum melangkah membaca nyaring di platform digital adalah meminta ijin penerbit selaku pemegang Hak Cipta buku. Tanpa ijin, tentu saya tak berani melakukannya. Bisa-bisa terjerat kasus hukum.

Setelah mengajukan ijin ke beberapa penerbit, alhamdulillah PT Kanisius yang berkantor di D.I. Yogyakarta memberikan dukungannya kepada saya. Setelah mendapat lampu hijau, akhirnya saya bisa gas poll membuat video membaca nyaring dan mempublikasikan di YouTube. 


Upgrade Perlengkapan Agar Menghasilkan Video dan Suara Yang Berkualitas

Saat akan mempublikasikan video, saya meminta masukan dari pihak penerbit tentang kualitas video saya. So far sudah bagus, namun perlu ditingkatkan di bagian suara. Alhadulillah setelah dua video publish saya diberikan rejeki untuk dapat membeli perengkapan voice over. Walaupun channel YouTube saya masih rintisan yang belum menghasilkan apapun kecuali karya, namun saya berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan konten berkualitas sehingga penerbit yang mempercayai saya dan para penikmat video merasa puas saat menikmati buku-buku yang saya bacakan.


Memahami Hak Cipta, Pencipta, Ciptaan, dan Pemegang Hak Cipta

Ijinkan saya berbagi tentang seputar hak cipta ya... Alhamdulilah saya berkesempatan belajar sedikit tentang hukum perlindungan hak cipta dari mba Nanda Permata, SH, MH, seorang pegiat literasi sekaligus anggota dari Komunitas Read Aloud Jateng. Beliau menyampaikan bahwa ada aspek hukum yang harus diperhatikan saat kita akan membaca nyaring di media sosial. Beberapa poin ini diambil dari Undang-Undang Republik Indonesia  Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UUHC).


Baiklah, kita akan belajar sedikit-sedikit agar mudah memahami pasal penting dalam UUHC ya...

Yang pertama adalah Pasal 1 angka 1, di sini menyinggung tentang apa itu hak cipta. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


Kemudian, penulis buku yang bukunya kita bacakan disebut sebagai Pencipta seperti yang diatur dalam Pasal 1 angka 2, yang menyebutkan, Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi.


Buku yang kita baca disebut Ciptaan sebagaimana yang disebut dalam Pasal 1 angka 3, Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.


Lalu, ada Penerbit sebutan bagi Pemegang Hak Cipta seperti yang diatur dalam Pasal 1 angka 4, Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah.


Pasal 4 UUHC menunjukkan tentang hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi. Penjelasan Pasal 4, Yang dimaksud dengan “hak eksklusif” adalah hak yang hanya diperuntukkan bagi Pencipta, sehingga tidak ada pihak lain yang dapat memanfaatkan hak tersebut tanpa izin Pencipta. Pemegang Hak Cipta yang bukan Pencipta hanya memiliki sebagian dari hak eksklusif berupa hak ekonomi.


Dalam video terbaru saya yang berjudul #8 Membaca Nyaring / Read Aloud Buku PETER RABBIT: THE TALE OF A NAUGHTY PETER RABBIT, teman mama dapat melihat perbedaan antara pemegang hak cipta dan penerbit. Pemegang hak cipta utama adalah Frederick Warne & Co dan mereka dapat bekerja sama dengan penerbit yang berbeda-beda. Misalnya, Seri Peter Rabbit terjemahan bahasa Indonesia diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, sedangkan untuk kisah Peter Rabbit edisi khusus diterbitkan oleh Penguin Group.


Kenapa Membaca Nyaring Harus Meminta Ijin?

Tentunya karena kita, sebagai story teller bukan pemegang Hak Cipta yang memiliki hak eksklusif. Dengan meminta ijin kepada penerbit yang memiliki hak eksklusif, maka kita dapat terbebas dari masalah hukum. Oleh karena itu, sebelum teman mama memulai membaca nyari di media sosial, alangkah baiknya jika kita meminta ijin terlebih dahulu dengan santun.

Perubahan bentuk karya dari bentuk buku menjadi video juga ada aturannya lho, seperti yang dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 40 ayat (1) huruf n UUHC bahwa yang dimaksud dengan “adaptasi” adalah mengalihwujudkan suatu Ciptaan menjadi bentuk lain. Sebagai contoh dari buku menjadi film. Dalam hal ini dari buku menjadi video.

Biasanya pihak penerbit akan memberikan beberapa syarat untuk dapat terwujud kesepakatan.

Selain penerbit, kita juga bisa meminta ijin kepada pencipta buku. Jangan lupa untuk mengabadikan proses tercapainya persetujuan tersebut ya, sekedar untuk berjaga-jaga.

Nah, kira-kira mau mulai membacakan nyaring buku apa nih? Saya tunggu ya....



Salam Hangat,

sapamama



27 Komentar

  1. Salah satu Pembicaranya sara neyriza, wah terngiang banget sama suaranya yang empuk banget, memang pinter banget publik speaking beliau.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Indeed mba... Memang beliau sangat menguasai perihal teknik-teknik tersebut

      Hapus
  2. Waaaaa...
    Beneran ini info yg lagi saya cari2 mam..jujur dr kapan waktu uda mau bikin read aloud juga untuk menarik minat baca buku anak. tp ngerasa blm mantep kalo blm tau etikanya. Nah ini infonya cukup lengkap dan jelas. Trimakasih banyak mam.
    Oya kalau boleh nanya:
    1. Gimana nih caranya kt kontak ke penerbit2 besar atau luar (untuk buku2 tertentu yg dr luar negri) ttg masalah ijin nya? Sulit gak kalo dr pengalaman mama?
    2. Misal kita kenal dg penulis/pencipta apa boleh ijin ke pencipta nya saja ya menurut mama?
    Trimakasih jika berkenan dijawab.
    Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai mom Esti, terima kasih sudah mampir ke blog saya.
      1. Pertama saya coba kontak akun official di instagram. Beberapa ada yg responsif, alhamdulillah. Namun, ada juga yang pasif, jika pasif saya coba kirim email. Kalau 2-3x kirim email ridak ada tanggapan, maka saya relakan, hehe.... Mungkin bisa coba untuk telepon mam.

      2. Bisa minta ijin ke penulisnya mam. Saya mengalaminya di antologi cerpen untuk materi podcast. Karena banyak penulis, jadi saya ijin satu persatu.

      Demikian, semoga bermanfaat.

      Hapus
  3. Waahh, aku sempat juga tertarik untuk belajar read aloud, mak. Sempet ada niat buat ngisi yutub juga dulu. Tapi gak pernah kepikiran harus ijin penerbit segala. Tapi untungnya belum pernah jadi sih. Baru sebatas niat doang, hihi

    BalasHapus
  4. Banyak orang yang ga sadar akan hak cipta sebuah karya ya, Mba. Di Indonesia nih masih banyak yang menyepelekan itu padahal kalau kita sudah mengupas buku seseorang dan di upload di medsos. Orang sudah enggan beli buku cetaknya.

    BalasHapus
  5. Wah, jadi pengetahuan baru untuk saya. Ternyata membuat video read aloud itu juga butuh perizinan ya, Mbak, karena kita membacakan karya orang lain.
    Saya juga berniat read aloud buku saya sendiri, tapi memang gak akan dibaca semuanya, hanya selintas-lintas aja.

    BalasHapus
  6. Iya sih Mbak, daripada kenapa-napa dan rulenya juga sdh ada jd bener banget nih u.meminta izin kepada penerbit & penulis buk. Oya Mbak, apakah dr pihak penulis & penerbit meminta kompensasi dr kita?

    BalasHapus
  7. Aku nambah ilmu lagi disini, biasanya aku read aloud cuma di Rumah aja untuk Anak-anak. Karena kita membacakan karya Orang lain, maka harus tetap "permisi" ya saat akan mengubahnya menjadi "audio". Selama ini kalau dapat job audio atau sandiwara Radio dan lainnya pasti dapat Naskah langsung dari Penulisnya. Makasih ya Mak for sharing.

    BalasHapus
  8. Aku baru tau lho kalo ternyata untuk read aloud di sosmed harus izin dulu tapi emang make sense si itu kan karya seseorang ya. Makasih infonya mbak

    BalasHapus
  9. Aku pun punya ide 2021 untuk bikin podcast read aloud nih, untung baca artikel ini jadi punya insight apa aja yang harus diperhatikan memang ya. Makasih ya Mba sharingnya.

    BalasHapus
  10. read aloud karya orang lain ternyata ijin dulu ya. saya baru tahu. dan salut dengan yang sudah mematuhi etikanya. bayangin kalau ga ijin dan sang penulis kebetulan denger, duh bikin ga enak hati pastinya

    BalasHapus
  11. Owalah kalau mau membacakan buku dan direkam itu juga wajib ada izinnya ya mbak? Kupikir bebas aja gitu selama ini.
    Oke noted mbak, aku belu pernah mempublikasi video kalau baca gtu sih, mungkin suatu saat kalau mau kupublish videonya mesti izin dulu, makasih infonya

    BalasHapus
  12. Wah aku beberapa kali bareng Rona jadi juri lomba literasi Kemdikbud lho kangen..iya memang amannya izin dulu sebelum mengunggah, jadi kita nggak was-was posting video read aloud ya di media sosial

    BalasHapus
  13. wah mba baru tahu loh ada perizinan gini kirain bisa bebas hehehe tapi emang sebaiknya perlu yah minta izin ke penulis atau penerbit...btw keren banget mba bisa langsung beli perlengkapan voice overnya nih..suamiku juga lagi rintis akun youtube semoga bisa beliin perlengkapan kayak mba

    BalasHapus
  14. Membaca nyaring kalau diupload di sosmed gg bisa ngasal yaa Mak, harus minta izin... Noted Mak...

    BalasHapus
  15. Ternyata ada prosedur untuk minta ijin kepada penerbit ya mom. Sempat kepikiran untuk bikin video seperti itu sih, tapi masih dalam rencana hehe..

    BalasHapus
  16. wah iya, klo mau bikin konten read aloud harus memperhatikan tentang hak cipta juga ya mbak
    aku baru tahu tentang ini

    BalasHapus
  17. Bener sih, bacain buku seseorang di medsos memang bagusnya ijin dulu ya, karena kalau orang dah tahu isinya, bisa aja jadi males beli bukunya, kasihan juga penulisnya. Kecuali kalau si penerbit/penulisnya ga keberatan ya *cmiiw

    BalasHapus
  18. Nah, benar sekali ini ya mbak, masalah HAKI ini jangan pernah dilupakan oleh pegiat literasi. Meskipun tujuannya mulia, tetap harus ada adabnya ya mbak. Seperti meminta ijin dan persetujuan dari penulis atau penerbit. Karena misalnya buku yang masih baru rilis dan dibaca read loud, terus dipampangkan di medsos, apalagi kalau youtubenya di monetize, harus ada kesepakatan antara penulis dan pembaca nyaring agar sama sama enak gitu yaa.

    BalasHapus
  19. Ooo gitu ya mba prosedurnya. Ternyata tetap harus minta ijin kepada penerbit ya kalau mau mengunggah video ataupun audio sedang read aloud gitu. Bener juga ya, hak ciptanya kan melekat pada si penerbit dan penulis.

    BalasHapus
  20. Aku menemukan istilah baru dan pengetahuan baru di postingan ini, mbak. Coba tak channel youtubenya.

    BalasHapus
  21. Wow, makasih banget atas sharingnya ya mba, aku pikir untuk membaca nyaring bebas saja, yang penting kita harus sebutkan penerbit dan penulisnya. Ternyata harus ijin ya, jadi pengen bacain karya sendiri

    BalasHapus
  22. Aku belum pernah read aloud di publik gitu ternyata harus ijin penerbit, memang bener sih malah kalo izin biasanya mereka welkom ya mom

    BalasHapus
  23. aku baru tahu nih mbak kalaukita mau membaca nyaring dan posting ke sosial media, harus izin dulu dan ada aturannya. makasih sudah berbagi mbak.

    BalasHapus