Kemarin sore saya dan rekan saya berbincang tentang agenda kami pada hari Selasa, tanggal 17 Maret 2020. Rencananya kami dan anak-anak akan mengunjungi Basarnas Kota Surakarta untuk belajar mengenai edukasi tanggap bencana alam dan simulasi penyelamatan diri.
Namun kemarin siang, Jumat, 13 Maret 2020 dikabarkan bahwa ada satu pasien suspect Corona  Covid-19 meninggal dunia di RS Moewardi Surakarta. Melalui hasil pemeriksaan diketahui bahwa almarhum positif virus Corona. Berita selengkapnya bisa di cek di sini.

Setelah membaca berita tersebut, saya menjadi ragu dengan agenda kami. AH, ternyata kami sudah sedekat ini dengan virus Corona. Apalagi saat ini Basarnas dan kondisi SIAGA. Jadi harus standby setiap saat, jika ada panggilan maka segala aktivitas dihentikan dan segera melakukan penyelamatan. Akhirnya saya dan rekan saya memutuskan untuk membatalkan acara demi keamanan dan kesehatan anak-anak.

Di momen ini saya dan suami juga sempat berbincang, bagaimana ya jika dilakukan lock down? Kami hanya memiliki stok beras (alhamdulillah kami keluarga petani, jadi setidaknya kami panen beras sendiri). Saya pribadi berpikiran untuk membeli daging ayam dan disimpan di chest freezer dan membeli frozen food. Ini lebih kepada persiapan untuk anak. Selebihnya belum kepikiran apa-apa, hehe...

Tak lama berselang, pemerintah Kota Surakarta mengeluarkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) Corona Covid-19 dan mengeluarkan himbauan kepada masyarakat untuk sementara waktu tidak berkegiatan dikeramaian. Fyuh.. Pas sekali ya timingnya.


Menghadapi himbauan ini perasaan dominan saya masih cukup tenang. Mungkin karena memang sudah bersiap. Walaupun mendadak tapi sejak awal kami dalam kondisi siaga. Yah, walau sampai detik ini kami tidak memiliki masker kesehatan karena hingga saat ini masker ini masih sulit ditemui. Gemas rasanya, masak iya sih, masker ini hilang dari peredaran. Sungguh terlalu.

Salah satu harapan saya dengan kondisi kota Solo yang berstatus KLB adalah tidak terjadi panic buying. Tak terbayang kalau sampai terjadi panik seperti di ibu kota. Saya juga berharap pemerintah tegas dalam mengatur regulasi terkait bahan-bahan kebutuhan sehari-hari. Jangan sampai ada penimbunan barang ataupun kelangkaan barang, yang berujung pada kenaikan harga secara luar biasa. Semoga ada tindak tegas bagi oknum-oknum yang mempersulit sesamanya.

Saya masih heran, Indonesia ini merupakan negara yang mayoritasnya beragama. Namun bagaimana bisa mereka membuang sisi kemanusiaannya dengan menjual barang kebutuhan dengan harga yang luar biasa. bahkan bisa mencapai lebih dari 10 kali lipat harga normal. Sedih rasanya melihat fenomena ini.

Namun, tak perlulah kita terlalu larut dalam berbagai kekhawatiran. Kekhawatiran ini bisa kita rubah menjadi kesiapan. Kita juga harus senantiasa berpikir positif. Ya, seperti warga Tiongkok yang kini mulai bangkit dan berangsur pulih dari serangan Coronavirus. 

Lalu, bentuk sikap positif apa saja yang bisa kita lakukan untuk tanggap terhadap situasi ini?
1. Tetap tenang dan tidak panik, ingat selalu kunci utama menjauhkan kita dari virus ini adalah menjaga kebersihan dan kesehatan. Selalu cuci tangan menggunakan sabun setelah beraktivitas.
2. Jaga jari-jari kita. Saat kita memperoleh suatu informasi, cek sumber informasinya. Gunakan telepon pintar kita untuk validasi di media kredibel. Pastikan sesuatu yang akan kita bagikan bermanfaat bagi orang lain dan bukan hoax (berita bohong).
3. Ajarkan anak kita mengenai apa yang terjadi saat ini. Beberapa flyer ini mungkin bisa membantu.



Demikian yang dapat saya bagikan hari ini. Postingan ini adalah spontanitas karena kepedulian saya dengan apa yang terjadi di kota Solo yang tercinta. Mari hadapi Coronavirus bersama-sama. Kita pasti bisa. Kita pasti kuat.


Salam Hangat,
sapamama

0 Komentar