Mataku berbinar setiap kali pintu ruangan dibuka

Kulangkahkan kaki berlahan memasuki ruangan itu

Ada ratusan buku tersimpan rapi di deretan rak buku yang tertata

Aroma lembab menyeruak, tapi ku tetap bersemangat membuka buku satu per satu

 

 

Ketika saya duduk di bangku sekolah dasar, saya hidup bersama kakek dan nenek saya. Bisa dibilang, masa penting inilah yang membentuk diri saya saat ini. Saya menghabiskan waktu 6 tahun masa pendidikan di sebuah SD Negeri. Walau di desa, namun saya menyukai sekolah ini. Saat itu perpustakaan sekolah adalah salah satu tempat favorit saya. Sayangnya, ruangan itu jarang sekali dibuka. Bahkan murid-murid tidak diizinkan membawa pulang buku koleksinya. Jadi, ketika guru kami membuka perpustakaan, tak perlu menunggu terlalu lama bagi saya untuk segera memasukinya dan menikmati tiap lembar buku yang ada di depan mata.

 



Berbagai jenis buku bisa diperoleh di dalam perpustakaan kesayanganku. Ada buku ensiklopedia, kumpulan puisi, berbagai kisah pahlawan nasional, dan tentunya buku dongeng. Kesenangan membaca itu saya bawa pulang. Sayangnya di rumah kami tak banyak buku untuk anak, kakek saya berlangganan majalah seperti Tempo dan koran, karena tidak ada pilihan lain, maka saya pun menghabiskan sebagian waktu luang untuk membaca berita di dalamnya. Ternyata membaca berita di majalah politik dan koran lumayan juga. Banyak isu menarik yang bahkan bisa membantu saya dalam mengerjakan tugas di masa SMA, saya juga lebih nyambung saat ngobrol dengan kenalan lintas usia.


 

Semangat membaca berawal dari dongeng

 

Reading is dreaming with opening eyes - anonymous

 

Kesukaan saya pada buku tidak serta merta terjadi begitu saja. Kakek saya ikut andil dalam proses ini lho. Hmmm… Kok bisa?

 

Saat saya masih kecil, kakek saya sering sekali menceritakan dongeng untuk saya sebagai pengantar tidur. Biasanya beliau menceritakan dongeng nusantara seperi Timun Mas, Si Kancil, Legenda Rawa Pening, Jaka Tingkir, Ande-Ande Lumut, dan masih banyak lagi. Mendengarkan dongeng kakek saya membuat saya hanyut dalam imajinasi. Saking sukanya mendengar dongeng, saya sering meminta kakek saya untuk mengulangi sebuah cerita bahkan hingga tiga kali atau hingga saya benar-benar terlelap. Untung kakek saya sabar meladeni cucu perempuan kesayangannya ini.

 


Di antara banyak dongeng yang diceritakan, yang menjadi favorit saya adalah Timun Mas, mungkin karena tokoh utamanya adalah seorang anak perempuan sehingga tercipta chemistry lebih dalam.

 

Pada suatu hari di perpustakaan sekolah dasar, saya menemukan sebuah buku tentang dongeng Timun Mas. Jika tidak salah, saya berusia sekitar 8 tahun ketika membacanya. Saya sangat senang melihat ilustrasi di dalamnya. Itu kali pertama saya bisa melihat visualisasi Buto Ijo dan Timun Mas, ternyata mirip dengan imajinasi saya, hahaha... Walau merupakan suatu ketidaksengajaan, namun saya menyukainya. Hal itu menjadi salah satu pemicu bagi saya untuk mencari dan membaca buku lainnya lagi dan lagi.


 


Bagi saya pribadi, seorang anak yang bisa menikmati dongeng adalah anak yang beruntung. Ada berbagai manfaat yang bisa didapatkan anak tersebut. Bahkan pada realitanya, manfaat dongeng tak hanya dinikmati anak, orangtua yang menceritakan dongeng juga akan merasakan manfaatnya.

 

Ada dua cara yang umum digunakan untuk menikmati dongeng,

1. Menceritakan dongeng secara lisan

2. Membacakan buku dongeng

 

Jika kakek saya kerap melakukan cara yang pertama, maka saya lebih memilih cara kedua. Biasanya saya membacakan dongeng untuk anak saya melalui media buku cerita. Tak terasa sudah lebih dari tiga tahun membaca buku sebelum tidur menjadi agenda rutin kami.

 

 

Tips Membaca Nyaring Bersama Anak

Di sela-sela dongengnya, kakek saya sering memberikan variasi cerita dengan nembang. Ini membuat dongeng yang dibawakan makin asyik. Hal itu tentu menginspirasi saya. Tapi sayangnya anak saya kurang suka saat saya menyanyikan lagu di sela-sela cerita, padahal suara saya lumayan bagus lho, menurut saya, hehehe… 

 


Saya juga ingin anak saya menikmati dongeng yang saya bacakan, jadi saya belajar cara lain agar saya bisa membuat anak saya tertarik dan menikmati momen membaca nyaring. Untuk mencapai itu saya mengikuti berbagai kelas yang dibuat oleh beberapa pendongeng ternama seperti kak Rona Mentari, kak Andi, kak Awan, dan kak Aio. Nah, berikut ini adalah beberapa tips bisa kita praktikkan:

 

1. Belajar berbagai jenis suara

Dalam sebuah dongeng biasanya ada beberapa tokoh. Untuk membantu anak kita membedakan karakter, maka kita bisa bermain dengan jenis suara yang kita miliki. Untuk suara narator, kita bisa menggunakan suara asli kita. Untuk karakter pertama kita bisa menggunakan suara kecil kita. Caranya adalah dengan membuka mulut kita sedikit saja saat bicara, maka suara kecil secara otomatis keluar. Kemudian untuk tokoh lainnya kita dapat menggunakan suara besar kita, caranya adalah dengan membuka mulut menyerupai pelafalan huruf “O” ketika bercerita, dengan begitu suara besar kita akan tercipta.

Dengan tiga jenis suara ini saja cerita yang kita bacakan bisa menjadi lebih menarik. Jika sudah terbiasa, maka kita bisa mengeksplorasi jenis suara lainnya. Kita juga bisa menggunakan dialek daerah untuk membuat tokoh yang kita bacakan lebih hidup dan menarik.

 


2. Menjadi ekspresif

Membaca buku juga perlu ekspresi lho. Coba kita berkaca, saat kita senang, sedih, takut, atau kecewa, kita bisa memiliki beragam ekspresi di wajah kita. Dengan memasukkan unsur ekspresi ini, anak akan makin menghayati kisah yang kita baca.

 

3. Pahami intonasi

Ini juga merupakan faktor penting lho. Intonasi akan mempengaruhi atmosfer cerita. Jadi, kita harus memahami benar tanda baca dalam buku. Posisi titik, koma, atau penekanan kata harus disesuaikan dengan jalan cerita.

 

 

Hanya dengan bermodal ketiga hal di atas, kita sudah bisa membuat proses membaca nyaring makin menyenangkan dan berkesan.

 

 

Keajaiban membaca nyaring untuk anak

Semakin modern kita semakin lekat dengan teknologi. Teknologi bisa mempercepat segala kebutuhan kita, contohnya dalam berkirim pesan. Jika dulu kita harus menunggu berhari-hari untuk bisa berkirim pesan melalui surat, kini dalam hitungan mikro detik kita sudah bisa berbalas pesan melalui berbagai aplikasi percakapan. Dengan teknologi yang melekat dan segala hal yang serba cepat ini tanpa sadar kita berpikir tumbuh kembang anak juga bisa dipercepat. Contohnya pada kemampuan anak membaca.

 

Jika dulu kita baru belajar membaca di kelas 1 SD, maka kini banyak yang meyakini bahwa sesungguhnya anak bisa belajar membaca sejak usia dini. Ngga heran kalau sekarang muncul berbagai les bimbel untuk anak PAUD dan TK. Walau begitu, saya lebih memilih pendekatan holistik dalam mengajarkan membaca pada anak.

 


Seperti yang disampaikan oleh Ellen Kristi, pendiri Komunitas Charlotte Mason Indonesia, sebuah basis pendidikan karakter untuk anak. Mengajarkan membaca perlu disesuaikan dengan tumbuh kembang anak, jika orangtua terlalu ambisius, justru hal itu akan dapat menyebabkan dampak negatif pada anak. Dampak tersebut bisa jadi saat ini tak nampak, namun akan mulai terlihat ketika anak beranjak besar. Contohnya anak tidak berhasrat untuk belajar untuk mengisi keingintahuan namun sekedar rutinitas harian, anak tidak mampu berpikir kritis dan memahami bacaan, bosan belajar, dan sebagainya.

 

Karena anak saya usianya di bawah 6 tahun dan belum masuk fase belajar terstruktur (belajar formal), maka saya menggunakan membaca nyaring untuk pondasi awal anak saya. Sejak berusia 6 bulan saya kenalkan anak dengan buku, yaitu jenis buku bantal yang terbuat dari kain. Kemudian secara berlahan saya membacakan buku untuknya. Untuk usia di bawah 3 tahun saya menggunakan boardbook picture book agar tidak mudah rusak. Agenda membaca buku kami bisa tiga kali sehari sesuai keinginan anak.

 

Kami sering meminjam buku di perpustakaan untuk variasi bacaan.


Saat anak sudah mampu berkomunikasi dengan baik, biasanya anak saya akan menceritakan kembali kisah yang sudah dibacakan. Mana saja bagian yang ia sukai, apa yang paling menarik baginya kami diskusikan. Dari kebiasaan ini kosa kata yang dimiliki anak juga meningkat tajam dan makin variatif. Ia
 akan mampu memahami makna suatu kata, tidak hanya mengenali simbol/hurufnya.

 

Kami juga kerap bermain permainan huruf dan kata. Misalnya saja nama ibu huruf awalnya apa ya, huruf akhirnya apa, dan sebagainya. Dari situ kami merambah ke nama benda-benda, hewan, tumbuhan, dan apa pun yang menarik perhatiannya.

 

 


Kemudian di usianya yang menginjak 4 tahun 10 bulan akhirnya anak saya mampu membaca sendiri. Saya juga cukup kaget, tapi ternyata dia bisa. Dalam teori mengajarkan anak membaca ala Charlotte Mason memang kerap dibahas bahwa ada tahapan yang harus dilalui anak. Di antaranya adalah dibacakan nyaring oleh orangtua, anak belajar menarasikan apa yang dibacakan, anak mampu membaca dan memahami, anak mampu menuliskan kata-kata, hingga akhirnya anak bisa menghasilkan suatu karya tulis. Ah… The magic of readaloud.

 

 

Keajaiban membaca nyaring untuk ibu

Sebagai ibu yang rutin membaca nyaring untuk anak, saya juga merasakan dampak positifnya. Dulu saya pernah mengundurkan diri sebagai seorang trainer di sebuah radio swasta ternama karena terkendala logat yang sangat medhok. Pada suatu hari saya merekam suara saya saat sedang membaca nyaring, betapa kagetnya saya karena ternyata tidak ada jejak logat kedaerahan sama sekali.

 

Dari pengalam itu saya memberanikan diri untuk membuat sebuah kanal YouTube khusus buku anak SAPAMAMA BERCERITA. Beberapa bulan kemudian saya memantapkan diri membuat podcast bertajuk sama untuk membaca nyaring buku anak dan cerpen untuk remaja. Saya berharap dengan hal kecil yang saya lakukan ini orangtua bisa makin bersemangat dalam membaca nyaring untuk anak-anaknya.

 

Salah satu video di kanal YouTube SAPAMAMA BERCERITA

Tak berhenti sampai di situ, menikmati berbagai macam buku anak baik dari dalam dan luar negeri membuat saya terpantik untuk menghasilkan karya buku yang bisa dinikmati minimal oleh orang terdekat saya. Mungkin terasa agak ambisius, namun saya berencana menulis dan mengilustrasikan karya saya sendiri di tahun 2022. Jadi saat ini saya juga sedang berjuang untuk mencapainya. Terus semangat mempelajari ilustrasi dari seorang ilustrator ternama dan belajar bagaimana menulis buku anak yang baik dari sebuah percetakan asal kota gudeg.

 

Tak pernah saya kira bahwa membaca nyaring ternyata bisa sedahsyat ini.

 

 

Penutup

Terkadang yang kita perlukan adalah meluangkan waktu - Era Wijaya

 

Menjadi orangtua berarti kita harus siap untuk belajar, minimal tentang perkembangan fisiologis dan psikologis anak. Saat ini akses informasi sangat mudah, salah satunya dengan berkunjung ke situs ibupedia. Meluangkan sedikit saja waktu di sela-sela kesibukan domestik atau kantor tentu akan membawa suatu perubahan positif dalam keluarga kita. Sama halnya dengan meluangkan waktu dengan berdongeng lisan atau membaca nyaring untuk anak. Tidak perlu terlalu lama kok, 10-15 menit saja sudah cukup untuk memberikan stimulasi dan kenangan indah bagi anak kita.



Sedikit saja hal baik yang kita luangkan akan memberikan energi positif bagi kita dan keluarga. Semoga kita senantiasa dimampukan dan berbahagia membersamai anak-anak kita. 




Salam Hangat,

sapamama



47 Komentar

  1. Baca artikelnya aku jadi inget masa kecilku mam. Jadi terharu deh. Dulu mbahku juga sering mendongeng dan bercerita tentang masa penjajahan jepang. Seru.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beruntung sekali bisa memiliki kenangan manis dengan kalek kita ya mam. Makanya aku juga jadi semangat untuk memberi kenangan manis melalui media buku.

      Hapus
  2. duh...ikutan nostalgia semasa kecil,aku juga paling suka ke perpustakaan kadang isinya cm berdua,dongeng timun mas jg favoritku. dan betul sekali yang kita butuhkan hanya meluangkan waktu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yeay.. Toss. Ternyata sama2 pecinta timun mas.
      Iya,sekali kita meluangkan waktu, dampak positifnya besar. Semangat ya kita...

      Hapus
  3. wah ini benar banget, aku kangen dulu nenek bercerita sebelum bobo, kini semua siudah berganti dengan gadget, wajib nih aku aplikasikan lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap kakak... Kita berikan kenangan indah unthk si kecil ya...

      Hapus
  4. Rasanya penting banget emang menjaga komunikasi dan hubungan dengan anak, salah satunya dengan cara-cara ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul kak. Salah satu cara efektif untuk memperkuat bonding orangtua dan anak

      Hapus
  5. Anak2 emang sneng bngt kalau dibacakan dongeng dengan nyaring apalagi suaranya beda2 sesuai karakter di dongeng seru deh inget saat anak2ku kecil dlu bsa menambah kedekatan kita smaa anak2 kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mam, teknik ini bisa memberikan pengalaman yang beda untuk anak kita dan bikin anak ketagihan dibacakan nyaring.

      Hapus
  6. Wah maksudnya ini ya membaca nyaring. Tips yang bermanfaat untuk tumbuh kembang literasi anak!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul kakak. Terima kasih sudah mampir. Salam sukses selalu...

      Hapus
  7. Mbak Era, aku sudah membuktikan sendiri proses anak gemar membaca salah satunya karena peran besar orang tua telaten membacakan buku atau mendongeng setiap hari. Kadang capek ngomong atau sampai ketiduran (akunya), tapi anakku alhamdulillah jadi cinta buku.

    BalasHapus
  8. Nenek memang selalu diridukan ya ka apapun momennya. Kangen banget sm nenek jadinya

    BalasHapus
  9. Saya juga suka membaca nyaring Mbak, baik untuk anak-anak maupun saya sendiri, hihihi ... Pada dasarnya saya kan suka ngomong, nah, dengan membaca nyaring tuh keinginan ngecipris terus bisa tersalurkan di situ. Apalagi saat pandemi nggak bisa kemana-mana begini, ya. Keinginan cuap-cuap bisa teredam dengan membaca nyaring, buku atau apapun itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk memenuhi 0ribu kata sehari ya Mam, hehe… semangat terus kita…

      Hapus
  10. Aku membaca buku Membaca Nyaring ini, kak...karangan Jim Trelease. Dan sangat terkejut dengan fakta-fakta yang dipaparkan ketika anak-anak dengan keluarga, terutama Ibu membacakan nyaring anak-anak dengan ibu yang tidak membacakan cerita apapun.

    Sungguh ini bukan investasi yang useless.
    Semoga Gerakan Membaca Nyaring ini dipahami dan dilakukan oleh banyak Ibu di seluruh dunia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga demikian ya kak… Aamiin…

      Hapus
    2. Menjadi Ibu itu ternyata tidak pernah berhenti belajar dan berproses yaah... Dengan mambaca nyaring yang baik, dijamin anak-anak semakin sayang sama orangtuanya.

      Hapus
  11. Bener loh Mbak, ngebiasain anak buat read aloud dari kecil itu bikin anak seneng sama buku. Sekarang anakku kalo liat huruf udah sok-sok baca tulisannya gitu. Biarpun bacaannya salah tapi dia bisa sebut hurufnya bener semua 😂

    BalasHapus
  12. Perpustakaan di SD-ku dulu juga selalu ditutup, Mbak... Ngga tau deh, fungsi perpustakaannya lalu buat apa. Padahal kan guru-guru selalu ngajarin untuk "rajin membaca di perpustakaan", tapi malah muridnya ngga dikasih kesempatan. Wkwkwk...

    Karena aku berasal dari keluarga yang pas-pasan, buku bukan jadi prioritas untuk kami. Buku paket sekolah aja kalau bisa pinjam kakak kelas yang punya.

    Nah, aku baru bisa baca buku sepuasnya kalau pas main ke rumah Pakde di Jogja, soalnya sepupuku langganan Bobo. Seneng banget deh. Liburan seminggu jadi ngga berasa kalau di sana.

    Memang manfaat membaca tu banyak banget, yaa.. Salah satunya jadi bisa menulis runtut kayak Mbak Era. Kereeen...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ternyata ngga cuma SD ku yang begitu ya, hehehe...

      Bobo ini memang penyelamat sekaligus barang mewah pada masanya ya mam. Dulu aku juga pengeeeeeen... Banget langganan Bobo, tapi apa daya, karena kondisi sesekali beli saja sudah alhamdulillah.

      Yang penting kita tetap semangat walau ditengah keterbatasan ya mam..

      Hapus
  13. Menyenangkan bangeett kalo anak bsa menikmati momentum dongeng dgn ortunya ya

    ibu2 jaman now memang harus lebih enjoy aktivitas mendongeng sih.
    kan bisa tingkatkan bonding dgn anak yak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau ibu sudah enjoy, anaknya pun akan lebih enjoy lagi ya

      Hapus
  14. Sepakat bgt kl menjadi orang tua kita harus siap belajar. Belajar apapun karena membersamai anak2 sering kali menemukan hal2 sepele yg justru memiliki nilai. Semoga besok lusa kl aku punya anak bisa membacakan dongeng dan cerita. Pun semoga bisa seperti mbak dalam memenuhi kebutuhan anak terutama dalam hal membaca :)

    BalasHapus
  15. Saya juga cukup rajin membacakan nyaring si bungsu yang berusia 7 tahun. Biasanya menjelang tidur kami melakukan aktivitas ini bersama. Memang efeknya luar biasa mbak. Anak saya jadi suka menulis. Dia rajin sekali menulis surat untuk kakaknya yang di pondok dan suka bercerita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah... Usaha memang tidak akan pernah menghianati hasil ya mam.

      Hapus
  16. Memang menumbuhkan minat membaca pada anak-anak itu tidak mudah ya Mbak? Saya kerap kali meminta anak-anak untuk meluangkan waktu membaca buku-buku cerita di rumah. Alhamdulillah berjalan, walau seminggu beberapa kali saja. Btw, Buku Sawunggaling pernah saya baca saat masih SD dulu Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, yang penting konsisten mam.
      Sawunggaling ini buku bagus mam, bahkan termasuk living books, yaitu buku hidup yang berkarakter.

      Hapus
  17. Semoga target buku di tahun 2022 nya tercapai dengan baik ya. Membaca sejak kecil memang sangat penting dan banyak manfaat. Sayangnya anak jaman sekarang banyak yg malas ...

    BalasHapus
  18. Dulu pas anak 1 suka beliin buku anak, sekarang anak udah 3, tapi jarang banget bacain mereka buku. Jadi agak menyesal melewatkan moment ini. Klo mereka sudah SD masih bisa nggak ya mbak untuk membacakan nyaring ini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa-bisa aja sih mam, tapi memang harus meluangkan waktu khusus karena biasanya akan terbentuk diskusi. Lalu, biasanya kalau anak sudah masuk fase akademis, sistemnya sudah agak beda, saat anak sudah bisa membaca, mereka bisa menarasikan apa yang mereka baca, misalnya tiap satu paragraf, lalu di narasikan. Salah satu manfaatnya untuk membantu anak memahami bacaan.

      Hapus
  19. Usia anak-anak memang saatnya untuk mengeksplor dan belajar mengetahui. Keren mba, dengan membaca nyaring untuk anak bisa menambah imajinasi dan kreatifitasnya.

    BalasHapus
  20. Chemistri antara ibu dan anak juga bisa terjalin sangat intens ya melalui kegiatan ini.

    BalasHapus
  21. wah emang read aloud iti banyak manfaatnya ya mbak
    nggak hanya buat anak, buat ibu juga

    BalasHapus
  22. kalau saya masih belum konsisten mbak bacain buku ke anaknya. mungkin karena anaknya sudah terpapar gadget jadinya nggak terlalu bersemangat kalau dibacain buku. huhu

    BalasHapus
  23. Aku jadi inget alm nenek, Mba Era saat baca ini. Kenangannya terus melekat di hati. Memang membaca nyaring punya manfaat yang bagus buat ibu dan anak. Bisa juga buat memperkuat bonding keduanya

    BalasHapus
  24. Lumayan sering dengar tentang membaca nyaring, ternyata manfaat yang dirasakan nggak hanya untuk sang anak aja ya mbak tapi juga untuk ibu.

    BalasHapus
  25. Alhamdulillah ya, happy banget kalo punya anak yang hobi baca, berasa adem gitu liatnya. Antusias tiap ada buku baru. Karena anak yang senang membaca akan beda pembawaan dirinya.

    BalasHapus
  26. Salut sama Mbak Era yang konsisten bikin konten read aloud. Semoga terus menginspirasi ya, Mbak. Jadi makin banyak ortu yang membacakan nyaring untuk anaknya. Karena emang bermanfaat banget.

    BalasHapus
  27. Kereenn banget ibu ...
    Sukses selalu .. !

    BalasHapus