Di pedalaman Himalaya, ada sebuah desa yang bernama desa Limber. Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh BBC, desa tersebut merupakan satu dari 154 desa yang berada di wilayah Kashmir, India yang belum tersentuh oleh jaringan telepon dan internet. Bagaimana perjuangan mereka untuk melakukan pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi? Para murid harus melakukan berjalan kaki satu hingga tiga jam untuk mencapai suatu titik yang terjangkau sinyal internet. Bahkan saat hujan, mereka tetap akan berada di sana walau harus menggunakan mantel dan payung. Mereka membutuhkan waktu setidaknya tiga hari untuk dapat mengunduh satu subjek materi pembelajaran yang diperlukan.

 

Kebayang gak sih jika kita berada di posisi mereka?

 

Di pedalaman Indonesia pun mungkin masih banyak yang merasakan kesulitan seperti para murid di desa Limber yang harus berjuang ekstra untuk menjalani pembelajaran jarak jauh di masa pandemi. Momentum ini menjadi salah satu refleksi bagi saya karena tak menyangka sebelumnya bahwa ternyata saya, kita, yang hidup di kota dan di desa ini ternyata bisa mendapatkan suatu priviledge, yaitu mendapatkan akses sinyal internet, yang walau mungkin belum 5G tapi sudah sangat patut untuk disyukuri.

 

Masalah Yang Dihadapi Dalam Proses Pembelajaran Jarak Jauh

Selain masalah jaringan, perangkat dan metode serta motivasi menjadi problematika yang harus dihadapi oleh anak, orangtua, dan guru dalam proses pembelajaran jarak jauh.

 

Mulai dari anak usia dini hingga murid SMA mengalami kendala dalam pembelajaran jarak jauh, terutama pada murid SD-SMA yang mana kurikulumnya masih belum mengalami penyesuaian di masa pandemi. Walau tak sepelik murid SD, SMP, dan SMA, namun proses belajar anak usia dini juga memiliki drama tersendiri.

 

“Bundanya pusing Mam, nemenin anak belajar. Biasanya yang ngurusin guru di sekolah, sekarang bundanya harus ikut belajar juga…”

“Mam, ada rekomendasi psikolog? Aku kayaknya perlu konsultasi biar tetap waras. Materi dari sekolah ngga cocok untuk anakku, cranky terus. Padahal kalau di sekolah anakku baik-baik saja”

 

Itulah sedikit curhatan teman yang memiliki anak usia dini tentang situasi yang dihadapi di masa pandemi. Tidak satu dua orang yang mengeluhkan pembelajaran jarak jauh selama pandemi. Dalam circle saya, orangtua yang menyekolahkan anak di sekolah formal lebih banyak mengeluhkan permasalahan selama pembelajaran jarak jauh. Tak sedikit dari mereka memutuskan bahwa untuk tidak menyekolahkan anaknya di sekolah formal karena metode yang diberikan guru di sekolah dinilai tidak efektif.

 

Sebetulnya, tidak hanya orangtua yang mengalami masalah selama PJJ, anak dan guru sekolah juga mengalaminya. Coba kita telaah, apa saja sih masalah yang dihadapi dalam pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi.




 

Jika melihat masalah yang mendera seperti penjabaran di atas, rasanya tidak heran jika orangtua, terutama anak usia dini memilih untuk tidak menyekolahkan anaknya di masa pandemi. Kenapa sih? Tentu karena hal ini erat kaitannya dengan kesehatan mental. Baik kesehatan mental orangtua maupun anak tentunya harus menjadi prioritas kan….

 

Makin Berkembang di Tengah Polemik Pembelajaran Jarak Jauh

Kita tak bisa terus terlarut dalam masalah sistem pendidikan. Ketika sistem pendidikan tidak bisa memenuhi kebutuhan maka kita harus berinovasi untuk meraih hasil terbaik.


Ada 3 kunci agar pembelajaran jarak jauh sukses dilakukan.



Dalam Webinar Faber Castell "Refleksi Pendidikan Indonesia: Diantara PJJ dan PTM" juga menyebutkan bahwa bahwa ketika kita sudah memahami posisi dalam proses pembelajaran dan berkomitmen, maka sesungguhnya kita sedang melangkah pasti untuk menyongsong fase Generasi Emas 2045.


D
i tengah kesulitan dalam menjalani pembelajaran jarak jauh ini, ternyata ada juga yang justru mereguk manis dan menciptakan kesempatan baru selama masa pandemi.

 

Contoh nyata yang saya temui adalah komunitas ibu dan anak yang ada di kota Solo, yaitu Playdate Soloraya. Komunitas ini aktif sejak tahun 2019 dan sejak saat itu konsisten membersamai ibu dan anak yang berada di wilayah Solo Raya dengan berbagai aktivitas offline yang menarik. 

 

Tak hanya memberikan aktivitas bagi anak-anak, komunitas Playdate Soloraya juga kerap memberikan edukasi bagi orangtua, dan pandemi tak menyurutkan langkah Playdate Soloraya untuk terus membersamai keluarga. Dari awal pandemi komunitas ini sudah melahirkan berbagai aktivitas dan bekerjasama dengan berbagai kalangan, baik dari pemerintahan maupun sesama komunitas.




 

Menghidupkan kelas dalam format daring ternyata justru membuka peluang bagi Playdate Soloraya untuk makin berkembang luas. Jika dulu anggota komunitas terbatas di wilayah kota Solo dan sekitarnya, kini anggota komunitas justru berkembang hingga kota dan provinsi lain, bahkan hingga manca negara.

 

Lalu, apa sih yang membuat Playdate Soloraya justru berkembang dan anak-anak bisa menikmati pembelajaran jarak jauh?

 

1. Empati

Founder dan Co-founder Playdate Soloraya, mom Eno dan mom Era merupakan ibu dengan anak usia dini. Sebelum mengadakan suatu kegiatan, biasanya keduanya melakukan diskusi,

“Apa sih yang dibutuhkan ibu dan anak?”

“Apa yang bisa membuat anak-anak senang?

“Apa yang bisa memudahkan ibu untuk bergabung di kelas”?

“Bagaimana caranya agar proses belajar minim drama?”

 

Jawaban dari pertanyaan tersebut menjadi kunci agar pembelajaran jarak jauh bisa berjalan lancar. Baik orangtua maupun anak harus mendapatkan kenyamanan agar bahagia dalam menjalani proses pembelajaran jarak jauh.

 

Playdate Soloraya sadar bahwa anak mudah bosan sehingga durasi pertemuan dibatasi, cukup 30-45 menit agar anak-anak bisa tetap happy. Happy kids, Happy mommy.




 

2. Mempelajari teknologi

Untuk bisa berkembang, mau tidak mau kita kita harus belajar tentang teknologi. Perangkat yang biasanya dibutuhkan untuk membantu suksesnya pembelajaran jarak jauh terdiri dari hardware dan software.

Hardware yang diperlukan adalah handphone, laptop, tablet, atau komputer dan tentu alat tulis.

Software yang digunakan diantaranya untuk melakukan pertemuan, seperti aplikasi Zoom atau Google Meet. Aplikasi editing untuk mengerjakan worksheet seperti PixelLab, Picsart, Ibis Paint X dll. Lalu aplikasi untuk mengumpulkan atau melaporkan tugas/tantangan diantaranya adalah Google forum, Google classroom, Google drive, WhatsApp, dll.

 



Multi platform seperti yang saya sebutkan di atas memang memerlukan waktu untuk menguasainya sehingga kita bisa cekatan untuk menemukan troubleshooting. Tak perlu khawatir berlebih juga jika ada kendala, beruntung ada mesin pencarian dan banyak orang baik mau menuliskan atau membuat video berisi konten untuk memecahkan masalah teknis. Jadi, dengan mau meluangkan waktu sedikit saja kendala dapat kita hadapi.

 

Di dalam komunitasnya, Playdate Soloraya juga memberikan support ketika orangtua mengalami kendala teknis sehingga bisa membantu mencarikan solusi sehingga semua peserta bisa maksimal dalam menerima pembelajaran.

 

3. Inovasi

Kenapa diperlukan inovasi? Dengan peserta pembelajaran jarak jauh anak usia dini, proses harus dikemas dengan inovatif sehingga anak tidak bosan. Pertemuan pun tidak setiap saat digelar sehingga anak bisa merasakan kerinduan dengan suasana kelas. Hal ini juga dapat mengurangi risiko anak terpapar gawai. Dalam tiap kesempatan, biasanya Playdate Soloraya menyediakan paket bermain anak yang digunakan bersama-sama, jadi walau terbatas ruang dan waktu anak tetap bisa bermain dan belajar dengan teman sebayanya.

 

Di awal kelas, biasanya anak akan diajak bernyanyi dan melakukan gerakan untuk mengasah motorik kasar menggunakan lagu Playdate Soloraya. Iya, mereka memiliki lagu khusus untuk anak-anak yang terinspirasi damai kegiatan pembelajaran jarak jauh. Kegiatan anak pun akan diiringi story telling bekerja sama dengan SAPAMAMA BERCERITA.




Ide-ide inovatif di atas ternyata terbukti ampuh untuk membangun hubungan positif antara komunitas, orangtua, dan anak-anak.

 

Rekomendasi Alat Tulis Yang Menunjang Pembelajaran Jarak Jauh

PJJ kok butuh alat tulis? Iya dong… Apalagi untuk anak usia dini ya… Mereka masih membutuhkan keseimbangan antara alat tulis manual dan digital. Minimal anak-anak memerlukan pensil, penghapus, rautan pensil, dan stylus.

 

Biasanya kita beli alat-alat itu secara terpisah, tapi untungnya sekarang ada yang satu paket. Makin praktis ya… Untuk itu, kita bisa memilih Paket Belajar Online dari Faber Castell. Produsen stationery yang sudah berdiri sejak tahun 1761 ini merespons kebutuhan masyarakat dengan menciptakan paket belajar online yang inovatif, memiliki harga terjangkau, dan praktis digunakan. Tidak hanya untuk anak usia SD-SMA saja, anak usia dini pun bisa menggunakannya.




Paket Belajar Online Faber Castell terdiri dari kotak pensil, pensil, penghapus, rautan, bolpoin, dan stylus. Stylus adalah senjata pamungkas yang bisa digunakan untuk belajar online, apalagi jika kita menggunakan handphone yang memiliki layar lebih kecil dibanding tablet atau laptop.

 

Berdasar pengalaman saya, stylus Faber Castell memiliki beberapa keunggulan yang patut untuk diacungi jempol. Apa saja?

  1. Stylus Faber Castell bisa dipakai untuk menggambar, menulis, tanda tangan, dan scrolling.
  2. Stylus Faber Castell bisa dipakai di semua merk smart phone.
  3. Stylus Faber Castell memiliki karet lembut sehingga tidak akan melukai permukaan layar smart phone.

 



Untuk bisa tahu lebih jelas tentang produk Paket Belajar Online Faber Castell dan produk lainnya, teman-teman bisa berkunjung ke laman Faber Castell.

 

Teman-teman punya pengalaman menarik selama proses pembelajaran jarak jauh?

Share di kolom komen ya…

 

 

Salam Hangat,

sapamama

 

 

 



Sumber tulisan:
1. Webinar Faber Castell "Refleksi Pendidikan Indonesia: Diantara PJJ dan PTM"
2. Interview dengan komunitas Playdate Soloraya


 

 

 

 

23 Komentar

  1. Super duper challenging ya Maaakk, metode belajar jaman now.
    Semoga kita semua (termasuk ortunya) bisa adaptasi dgn kondisi sekarang ini.
    Alhamdulillah, ada faber Castell yg bisa jadi andalan, yeayy!

    BalasHapus
  2. Saya akui bahwa sekolah jarak jauh memang ada kendalanya. Dan dengan adanya stylus Fabel Castell ini memudahkan ya anak buat belajar juga walau online :)

    BalasHapus
  3. Saya juga pakai stylus Faber Castell kak. Nyaman dipakai padahal saya gambar dari hp, sebagus itu😭❤️.

    BalasHapus
  4. Whuaa.. keknya psikolog2 laku ya dijaman sekarang banyak yg mau Konsul biar tetep waras menangani anak PJJ, padahal masih pada usia dini.
    Semoga saja buibu semakin kreatif, legowo, happy biar mendampingi anak2nya.
    Seperti faber castle yg selalu kreatif dan inovatif memberikan solusi buat kita yang sedang menjalani PJJ.
    Yeay Stylus pastinya membantu anak2 untuk belajar online 😍Semangat Maak!!

    BalasHapus
  5. Ah iya, pjj emang kadang banyak drama ya mbak
    memang harus tahu tips dan triknya
    termasuk dengan memiliki paket Faber castle ini

    BalasHapus
  6. Anakku SMA dan SD, Mbak...Dan keduanya masih butuh alat tulis. Beberapa guru lebih senang memberi tugas dengan meminta dikerjakan dengan tulisan tangan. Katanya untuk melatih motorik anak dan membuat anak membaca dan menuliskan ulang dan tak sekedar copy paste jawaban. Dan set Faber Caste pasti membantu sekali dan jadi salah satu solusi perangkat PJJ. hemat pula harganya yaaa

    BalasHapus
  7. Setiap orang tua, siswa dan guru memiliki kesulitannya masing-masing dalam pembelajaran jarak jauh ini. Sungguh menantang, memang. Sebenarnya ini bisa menjadi kesempatan bagi masing-masing pihak untuk lebih mengasah kreativitas baik dalam mengajar, belajar maupun mendampingi. Saking lamanya kondisi pandemi ini, sampai-sampai PJJ sudah seperti tuntutan zaman. Tapi PJJ anak usia dini beda lagi tantangannya, ya. Beneran butuh banyak ide supaya anak tetap happy saat belajar. Produk Faber Castle, terutama Stylus-nya bisa banget nih dijadikan tools untuk membangkitkan mood anak. Eh, mood ibunya juga deng :)

    BalasHapus
  8. Ngerasa banget sih perbedaan belajar offline sama online. Anakku cepat bosan :( perlu adanya sesuatu yang bikin dia semangat belajar, seperti stylus faber castell ini ya. bisa dicoba nih.

    BalasHapus
  9. PJJ bukan saja bikin orang tua pusing yaa... tapi semua unsur masyarakat. Para guru, siswa hingga pejabat terutama yang menangani soal pendidikan.
    Semoga dengan adanya Faber Castell ini, anak-anak bisa lebih asyik belajarnya.

    BalasHapus
  10. Fabel castle meringankan pekerjaan anak anak dan emak juga tidak beli melulu. Soalnya pulpen hilang melulu. Fabel castle ada tempat pensil dan komplit

    BalasHapus
  11. Untuk anak usia dini memang memerlukan tantangan tersendiri kalau harus belajar dengan cara PJJ ya. Karena di usia mereka harus lebih banyak belajar langsung dibandingkan hanya belajar dari materi melulu.

    Salut untuk faber castle yang bisa mempermudah anak-anak dalam belajar, stylusnya bisa sangat membantu anak dalam belajar

    BalasHapus
  12. Dulu kalau guru bilang belajar di rumah rasanya seneng banget ya. Sekarang setelah lebih dari setahun anak-anak belajar di rumah rasanya kok gimana gitu yaa..Ada banyak drama, orangtua juga ikut pontang-panting haha..

    Tapi lama-lama mulai terbiasa nih, sudah bisa adaptasi dan untung ada produk yang memudahkan seperti stylus ini. Anak-anak jadi makin semangat menjalani PJJ :)

    BalasHapus
  13. Patut bersyukur sekali yaa...tinggal di kota besar dengan melimpahnya kemudahan, sehingga gak masalah mau PJJ juga.
    Plus ada paket belajar dari Faber castell, makin bahagia dan mudah anak-anak belajar online.

    BalasHapus
  14. Kerjasama yang baik antara ortu, murid dan guru memang jadi kunci kesuksesan PJJ. Tapi memang nggak semua anak cocok dengan belajar daring, kek anak saya. Cuma ya mau apalagi, demi kebaikan dan kesehatan bersama, PJJ masih jadi pilihan teraman. Nah, di tahun ajaran baru nanti kayanya saya mau siapin paket belajar dari Faber Castell deh biar anak-anak bisa lebih mudah ngerjain worksheet di gadget. Nggak harus nunggu mamanya ngeprintkan dulu ya.

    BalasHapus
  15. betul mbak, PJJ ini salah satu tantangannya adalah motivasi belajar yang melemah. apallagi godaan game duh beneran ujian orang tua dan anak banget ini. btw alhamdulillaha da webinar yang mencerahkan ini ya mbak, jadi kita ortu harus bisa melakukan strategi-strategi untuk mendukung anak sekolah daring ini agar anak tidak gagal selama belajar di rumah aja

    BalasHapus
  16. Playdate Solo sangat menginspirasi. Bisa dicontoh juga, nih. Btw, belajar dengan stylus fabercastle bikin belajar tambah semangaaat ya, mbak.

    BalasHapus
  17. Faber Castell ada stylus -nya ya. Aduuh pas banget nih si Narend dari bulan kemaren pengen banget minta beliin stylus. Soalnya dia lagi semangat bgt ikut kelas2 gambar gitu. Cuma aku yg masih maju mundur buat beliinnya. Kalau dari faber castell sih kualitasnya udah nggak diragukan lagi ya

    BalasHapus
  18. Aku seneng bangeeetttt tahu klo faber castell ngeluarin stylus. Dari dulu pengen banget punya gadget yang ada pen-nya. Tapi belum kesampean krn harganya lumayan. Sekarang puas banget pake stylus di gadget. Bisa buat ngegambar, tandatangan. Krucils pun happy banget aku kasih paket belajar onlinenya faber castell

    BalasHapus
  19. Ga kebayang deh misal mengalami seperti yang di Limber itu dududuu... ini di kota aja udah ngos-ngosan rasanya.

    Tapi emang ga bisa mengeluh terus ya, hidup harus terus berjalan. Harus ketemu solusinya ketika mengikuti pelajaran secara daring. Salah satunya ya berkat dukungan perangkat belajar seperti satu set dari Faber Castell ini. Stylusnya sungguh membantu anak mengerjakan soal, misal pilihan yang harus check mark gitu. Trus untuk menggambar juga ya. Kalau untuk mamanya cocok untuk scrolling2 nih. :))

    BalasHapus
  20. Beneran deh habis memakai sytlus terasa evaluasi, proses belajar jadi lebih baik

    BalasHapus
  21. PJJ atau PTM bagai dua sisi mata uang
    Hanya saja semua balik pada diri kita, mau ikut berubah atau enggak.
    Nah PBO dari Faber-Castell nih salah satu contoh solusinya

    BalasHapus
  22. Hmmmm kayanya anak aku juga butuh nih stylusnya faber castel.. soalnya setiao belajar online memang berhubungan banget sama gadget ya maaaak

    BalasHapus
  23. Wah, Inspiratif sekali komunitas playdate Soloraya.. Banyak kegiatan yang bermanfaat. Tahun ini anakku mulai masuk TK, ahahaha.. Yang bikin sedih sepertinya masih harus PJJ ya.. Untungnya sudah siap perangkat alat tulis Faber-Castell, anakku makin rajin nulis pake Stylus

    BalasHapus