Pada tanggal 10 April 2020 lalu Playdate Soloraya menyelenggarakan Diskusi Online (DiskOn) dengan tema Bermain Matematika di Rumah dengan narasumber ibu Yuni Widiastuti, M.Psi,T. Beliau adalah pendiri Rumah Main STrEAM, sebuah wadah dari kumpulan ide bermain yang bertemakan STrEAM (Science, Technology, Traditional, Engineering, Art, and Mathematics). Di sini kami belajar bagaimana menyajikan matematika secara menyenangkan untuk anak usia dini, yaitu anak usia 1-6 tahun.

Berikut ini adalah notulensi dari DiskOn kami, saya berikan gambaran besarnya ya... Namun untuk keseluruhan materi tidak dapat kami bagikan, harap maklum ya moms.

1. Bermain


Ada berbagai kutipan dari tokoh ternama di dunia tentang apa itu BERMAIN.
Bermain adalah suatu bentuk paling tinggi dari penelitian. Peneliti sedang bermain dengan apa yang dia lakukan, bermain uji coba ini dan itu hingga menemukan apa yang dia cari.
Bermain merupakan pekerjaan seorang anak. Dengan bermain anak berlatih apa yang mereka pelajari. Orang bisa menemukan sesuatu saat bermain dibanding dengan berbincang dalam jangka waktu satu tahun.
Dalam KBBI, bermain adalah melakukan aktivitas yang menyenangkan hati baik menggunakan alat tertentu atau tidak, dan melakukan perbuatan untuk besenang-senang baik menggunakan alat tertentu atau tidak.
Bermain ala orang dewasa, misalnya memasak. Karena melakukan kegiatan ini dengan senang hati, memasak membuat hati senang. Dan sangat menyenangkan jika tanpa mencuci peranti memasak.

2. Belajar


Ketika ibu Yuni melakukan pelatihan bagi guru maupun orangtua murid, seringkali guru maupun orangtua bertanya-tanya akan aktivitas Main STrEAM, “Kapan belajarnya? Kok main terus di dalam kelas?”.
Sesungguhnya seluruh perjalanan hidup kita adalah sebuah pembelajaran.
Belajar adalah satu-satunya yang membuat otak/pikiran kita tidak akan pernah takut, capek, atau menyesal. Karena kita belajar dari mana saja, kapan saja, dan tentang apa saja. Pembelajaran adalah harta karun yang selalu  kita bawa seumur hidup kita. Jika kita sudah memahami cara kita belajar maka itu dapat dikatakan sebagai harta karun.
Jadi, kapasitas kita untuk belajar adalah bakat, kemampuan kita belajar adalah skill, dan keinginan kita belajar adalah pilihan. Dengan kita belajar di grup ibu Main STrEAM kita sudah memutuskan secara sadar, berarti kita sedang mau belajar.
Menurut KBBI, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Berlatih juga belajar.
Dan yang paling penting, yang nantinya akan merubah tingkah laku kita atau tanggapan kita disebabkan oleh pengalaman yang kita dapat selama melakukan proses pembelajaran. Jika kita ingin anak mendapatkan ilmu, berlatih sesuatu, anak merubah tingkah lakunya, jika hanya dengan belajar saja maka akan terasa kurang menyenangkan, oleh karena itu kita bisa gabungkan dengan aktivitas yang menyenangkan, yaitu bermain.

3. Play Based Learning


Anak kita belajar dari bentuk permainan dalam kegiatan bermain yang dia lakukan. Berbanggalah dan berbahagialah jika menemukan TK yang banyak aktivitas bermainnya. Selama kita tahu bagaimana gurunya memastikan bahwa anak-anak mendapat pembelajaran dari aktivitas bermain tersebut. Ada beberapa pertanyaan yang dapat diajukan kepada kepala sekolah/guru dalam proses wawancara guna menentukan TK untuk anak, diantaranya:

Apakah ada worksheet?
Apakah anak saya akan diajarkan menulis?
Apakah anak saya akan bisa membaca setelah pulang?

Jika semua jawaban dari pertanyaan itu adalah IYA, maka bu Yuni kurang merekomendasikan TK tersebut. Namun, semua kembali pada value yang ingin dicapai keluarga kita. Mencari TK sebaiknya yang lebih banyak bermain dan melatihkan kebiasaan positif bagi anak kita, anak dapat menjadi mandiri, berkarakter baik, anak dilatih kebiasaan positif, bukan diajarkan. Anak dilatih terus menerus sehingga dapat menjadi kebiasaan baik. 

4. Mitos Mengajarkan Matematika Pada Anak Usia Dini



Matematika hanya untuk anak pintar yang gen matematikanya kuat.
Kata orang matematika hanya untuk anak yang secara genetik pintar matematika, anak laki-laki lebih jago matematika dibanding anak perempuan, ataupun ada bangsa/ras tertentu yang sangat menguasai matematika. Menurut penelitian, hal tersebut adalah mitos. Karena tidak ada hubungannya antara faktor genetik dengan kepandaian seseorang dalam bidang matematika.
Banyak faktor yang mempengaruhi seorang anak tertarik atau jago di bidang matematika. Misalnya faktor alamiah dan pola asuh. Faktor yang sangat mempengaruhi anak adalah faktor pola asuh. Bagaimana orangtua memberikan stimulus yang baik untuk anak kita agar bisa suka dan jago matematika. Jadi semua anak sebetulnya punya kesempatan yang sama untuk menguasai matematika.  Dengan bermain, pastinya kita dapat mencoba untuk membuat matematika menjadi hal yang menyenangkan bagi anak.
Belajar tentang bilangan, berhitung sederhana, nama-nama bentuk sudah cukup bagi anak usia dini. Tapi sebetulnya yang bisa kita lakukan bagi anak bisa lebih dari itu, lebih dari sekedar menghafal angka atau nama bidang, tapi anak belajar tentang pola, kemampuan spasial ruang, yang nantinya dapat membantu memaksimalkan kreatifitas dan yang pasti dapat disesuaikan dengna tumbuh kembang anak.

Katanya kita butuh buku teks matematika untuk mengajar matematika.
Dapat dikatakan bahwa buku teks merupakan buku yang berisi tentang bagaimana anak dapat menyelesaikan sebuah masalah menggunakan rumus dll.
Matematika sangat luas, jadi, sejak dini kita bisa melakukan atau mengajak anak bermain matematika dengan menyenangkan dan tidak terbatas dari worksheet saja.

Belajar matematika harus duduk fokus dan mengerjakan lembar kerja/worksheet?
Banyak sekolah yang meanak dikatakan belajar jika ank mengisi lembar kerja siswa yang diberikan guru. Tidak hanya dari worksheet, sebetulnya banyak yang bisa dilakukan anak untuk belajar matematika. Sambil bermainpun kita dapat mengenalkan hal-hal yang berbau matematika kepada anak kita.

Bahasa dan literasi lebih penting dari matematika.
Sama pentingnya. Di negara maju, kurikulum anak usia dini yang dipelajari pertama kali adalah literasi, matematika, motorik kasar dan halus, sosial emosional, seni, dan pengenalan tentang alam (science).

Di kurikulum Indonesia, antara matematika dan science masuk pada kategori kognitif. Dan matematika di sini bukan hanya tentang bilangan dan operasi bilangan, tetapi visual dan spasial juga penting dipelajari anak.

5. Ruang Lingkup Matematika


Secara umum ruang lingkup matematika dibagi menjadi:
Bilangan dan operasi bilangan
Tentang bagaimana anak mengerti tentang konsep bilangan, jumlah, hubungan antara satu dengan lainnya.
Contoh sederhana yang mungkin sering kita lakukan namun tidak menyadari bahwa anak sedang belajar matematika, “Kak…kita lihat yuk. Boneka kakak ada matanya, kita hitung ya... satu…dua…”
Contoh lain, “Kita makan biskuit yuk nak. Kita hitung ya… punya adik ada satu.. dua.. Punya ibu ada satu.. dua.. Wah, jumlah biskuit kita sama jumlahnya…” J
Dari contoh di atas dapat dilihat dari hal sederhana anak sudah belajar matematika dengan menyenangkan.
Apakah boleh memakai worksheet? Boleh tetap memakai worksheet yang penting disesuaikan dengan usianya, yang penting dipastikan aktivitas tersebut sudah sesuai kemampuan anak, apakah anak sudah mampu menarik garis atau memegang pensil dengan benar.

Aljabar
Bagaimana anak belajar tentang pola, hubungan dan perubahan. Anak mengenali sebuah pola yang ada, tak hanya pola warna seperti contoh ini :
Namun ada pola yang lebih nyata seperti : Setelah bangun tidur apa yang dilakukan, merapikan tempat tidur, lalu mandi, sikat gigi,  sarapan dst, hal tersebut kita mengajarkan pola kepada anak.
Contoh lain : Kita bermain dengan anak menggunakan tema tepukan, setelah 2x tepuk tangan ganti tepuk paha, kembali ke 2x tepuk tangan, lalu tepuk paha. Permainan sederhana ini juga termasuk anak belajar mengenai pola.
Contoh lain lagi : Saat main air, ibu memasukkan air, kakak keluarkan, ibu memasukkan air, kakak keluarkan, dst. Hal sederhana tersebut sudah dapat menjadi dasar dari aljabar.

Geometri
Mengenal dan mengetahui nama-nama bentuk. Yang lebih penting adalah hubungan spasial dan ruang.
Ada beberapa orang yang saat dewasa sulit menghafal jalan, bingung arah, kesulitan membaca peta dsb. Hal itu disebabkan karena kurangnya ketrampilan spasial ruang. Namun, kini kita bisa melatih anak kemampuan tersebut sejak anak usia dini.
Contoh sederhana :
Saat melihat ayahnya, ajak anak berkomunikasi, “Lihat nak, ayah ada di dalam mobil, kita ada di luar mobil”
Saat duduk bersantai, “Sekarang kakak duduk di sebelah kanan bunda, siapa ya yang sedang duduk di sebelah kiri bunda?”
Saat makan klepon, “Wuah, enak sekali keponnya.. bentuknya apa ya…”
Jadi sebetulnya kapanpun dan dimanapun anak bisa belajar matematika, tergantung bagaimana kita bisa memberikan stimulus bagu mereka.

Pengukuran
Berarti belajar mulai dari ukuran, berat, jumlah, volume, waktu, dan uang. Math talk adalah saat kita bicara mengenai matematika, contoh sesederhana :
Ada sebuah meja dan kursi di rumah, “Ibu coba mendorong mejanya berat sekali nak… wah, ada kursi. Sekarang coba ibu dorong kursinya ya… wah, bisa. Ternyata kursinya lebih ringan.”
Tadi kakak tidur lama sekali, dari  jam 2 sampai jam 4. Anak sedang merekam pembicaraan kita yang nantinya akan dihubungkan saat ia mulai betul-betul belajar tentang itu. Ia akan merekonstruksi pengetahuannya tentang matematika.
“Dari tv sampai sofa kita ada berapa langkah ya…. 1,2,3.. wah, ternyata ada 10 langkah kakinya adik.” Pengukuran bisa dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang tidak baku (langkah kaki). 
Jadi anak dapat belajar matematika dengan sederhana dan menyenangkan sehingga nantinya anak tidak takut dan menjadi matematika sebagai momok seperti orangtuanya, karena banyak sekali orangtua yang takut pada matematika sehingga tidak berani mengajari anaknya sendiri.

Analisis data
Anak belajar mengumpulkan dan mengorganisir isi informasi yang didapatkan. Mengumpukan data, mengelompokkan, memilah dan memilih data, lalu menganalisis informasi yang didapatkan. Nantinya hal ini akan berhubungan dengan kemampuan sosial emosionalnya.
Contoh :
Math talk ibu dan anak sat sedang bersantai, “Adik selalu tersenyum ya, saat mama colek sedikit atau mama sayang, elus kepalanya…”, di sini anak belajar memilah, memperhatikan, dan mengumpulkan informasi yang dia dapatkan.
Contoh :
Ada 3 botol berukuran besar, sedang, dan kecil. Ajak anak untuk menutup botol menggunakan tutup botol yang sesuai. Dari sini anak sudah belajar bagaimana mengelompokkan dan klasifikasi.
Bisa juga mengklasifikasi sesuatu berdasarkan warna atau tekstur.
Contoh :
Sediakan 2 kotak mainan/kardus A & B. Ajak anak menyimpan mainan boneka di kotak A dan mainan mobil di kotak B. Hal sederhana ini sudah merupakan aktivitas anak belajar matematika, di sini anak memilih dan memilah, mengumpulkan data yang dia punya, dan mengklasifikan berdasar kebutuhannya.

Demikian yang dapat kita pelajari dari DiskOn Playdate Soloraya-Rumah Main STrEAM kali ini ya moms, semoga dapat membuka wawasan kita tentang matematika yang ternyata sangat luas dan bisa disajikan dengan menyenangkan.

Untuk mendapatkan informasi terkini aktivitas Playdate Soloraya silahkan berkunjung ke instagram-nya ya..
Dan untuk informasi berbagai permainan menarik dan edukatif dapat langsung berkunjung ke profil Rumah Main STrEAM.

Selamat membersamai anak-anak tercinta...^^


Salam Hangat,
sapamama









0 Komentar