Pada tanggal 29 Mei 2019 lalu saya berkesempatan untuk mengikuti mini seminar Ayah Edy. Acara ini diadakan oleh sekolah alternatif Destiny Learning Community (DLC). Sekolah yang berlokasi di Jl. Kali Simpang No. 23, Jagalan, Jebres, Solo ini mengadakan mini seminar mulai dari pukul 16.00-19.00 WIB. Durasinya cukup panjang ya? Itu juga hal pertama yang saya fikirkan. Namun, pada akhirnya jadwal mundur hingga pukul 17.00 WIB. Saya bersyukur karena bertemu teman-teman, baik keluarga Playdate Soloraya, homeschooler dan keluarga Rangkul, jadi waktu menunggu dapat kami gunakan untuk berbagi cerita.

Acara dibuka oleh Miss Nina, salah satu pendidik di DLC. Perawakannya yang mungil, energik, dan ceria begitu menyemarakkan suasana. Beliau sedikit menjelaskan tentang sejarah berdirinya DLC beserta visi dan misinya. Tak lama, Mr. Keenan hadir untuk menyampaikan beberapa hal terkait kurikulum pendidikan di DLC. Sekolah alternatif ini mengusung kurikulum yang terbilang baru di Kota Solo, yaitu kurikulum ACE (Accelerated Christian Education) yang berbasis di Australia. Namun kali ini kita tidak membahas hal itu ya, semoga ada kesempatan untuk berbagi tentang DLC dan kurikulumnya di lain kesempatan (semoga).

Sesi sempat terhenti untuk berbuka dan tak lama setelah itu, yang ditunggu-tunggu pun tiba. Ya, akhirnya Ayah Edy memasuki ruangan. Semangat para ayah dan ibu dapat dirasakan dari meriahnya tepuk tangan. Secara fisik, Ayah Edy tidak terlalu berbeda dengan sosok beliau yang ada di dunia maya. Banyak senyum dan banyak canda. Berkali-kali tawa pecah karena guyon yang beliau sampaikan.
 "Everything and anything is a lesson"
Ayah Edy mengawali dengan diskusi seputar sejarah pendidikan. Sesungguhnya, kita diajak untuk melangkah dalam sesuatu yang bisa disebut deschooling, yaitu proses perubahan pola pikir tentang pendidikan, di mana bisa kita pahami bahwa pendidikan tidak hanya seputar lingkungan atau gedung sekolah, tapi lebih dari itu. Pendidikan bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, oleh siapa saja, dari siapapun, dan bisa mempelajari apapun tanpa ada batas. Narasumber ilmu tak melulu seorang guru, namun orangtua, keluarga, dan masyarakt bisa menjadi sumber pengetahuan seorang anak.

Siapa tak mengenal Thales, seorang filsuf yang merupakan bapak filsafat dunia. Beliau hidup di abad ke-6 SM, jauh sebelum kita dan merupakan pakar etika, geometri, astronomi, dan politik. Beliau adalah guru dari Socrates, seorang filsuf yang juga merupakan pakar etika. Socrates merupakan guru dari Plato yang merupakan bapak ilmu pengetahuan. Plato sendiri merupakan guru dari Aristoteles, seorang filsuf yang juga merupakah bapak ilmu pengetahuan. Dari sini kita bisa melihat, bahwa etika-perilaku-moral yang baik, dapat melahirkan berbagai macam kecerdasan. Oleh karena itu, etika-perilaku-moral (akhlaq), merupakan suatu hal yang terpenting dalam pendidikan anak. Dari situ otak anak terbuka secara maksimal, anak menjadi terpantik dalam menggali segala bentuk pertanyaan apa dan mengapa.

Sejatinya, ilmu pengetahuan sudah tertanam di dalam diri anak. Sedangkan etika-perilaku-moral harus dibentuk dan tenggak waktunya adalah usia Sekolah Dasar. Jika terlewat dari masa itu, maka kepribadian moral sudah tertanam hingga dewasa. Anak adalah peniru ulung, jika anak melakukan hal buruk, bisa jadi dia mencontoh perilaku orangtua. Sebagai orangtua tentu kita tidak ingin itu terjadi, oleh karena itu kita harus selalu belajar memperbaiki diri agar menjadi orangtua yang pantas bagi anak-anak kita.

Kembali seputar pendidikan dan sekolah, Plato merupakan pendiri sekolah pertama di dunia yaitu  Academia. Di sini anak memiliki kebebasan dalam mengeksplorasi diri dan pengetahuan. Guru hadir sebagai penuntun sehungga lahir banyak ilmuwan dan temuan. Dengan adanya hasil temuan lahirlah dunia industri. Dan terjadinya revolusi industri membuat perubahan besar dalam dunia sekolah. Karena tuntutan sumber daya manusia/tenaga kerja yang besar, maka masyarakat dididik untuk memiliki kemampuan setara dan seragam untuk dapat menggerakkan roda perindustrian. Sekolah tak lagi di alam bebaas dan anak bisa mengeksplorasi apa saja, namun mulai saat itu sekolah dilakukan di dalam gedung, dengan kursi yang berjajar dan sistem yang berjalan seperti di dalam pabrik.

Namun, kini kita sudah berada dalam roda industri 4.0. Dengan adanya tuntutan baru, tentu sistem sekolah juga akan mengalami pergeseran.Hal ini semata-mata agar anak kita dapan bersaing dan bertahan hidup di masa yang akan datang.


Mari kita mulai langkah awal kita dalam dunia pendidikan anak kita. Dimulai dari erubahan attitude baik dari anak dan orangtua, belajar bersama-sama dan penilaiannya pun kini mengalami perubahan. Penilaian hasil belajar secara dividu sesuai kemampuan anak. Anak dimonitor satu per satu. Placement test untuk mengetahui titik mulai tiap anak. Perlu kita analisa usaha seperti apa yang harus kita terapkan untuk mengejar dan berapa lama hingga sesuai target. Tiap anak bisa diprediksi kesuksesannya karena setiap etape bisa tercatat prosesnya, bahkan bisa dipersiapkan tujuan universitas untuk pendidikan lanjut sesuai dengan potensi dan minat anak. Dengan hal tersebut, anak dapat terfasilitasi dan mendapatkan pendidikan yang tepat (tidak salah jurusan).

Target yang dimaksud pada paragraf sebelumnya bukan untuk menekan anak, namun target dapat menjadi tolok ukur. Kita dapat mengajarkannya sejak dini dengan cara yang sederhana, yaitu awalahi hari dengan menanyakan pada anak apa yang inin dia lakukan agar setiap harinya anak memuliki tujuan dan pencapaian.

Setiap anak sudah memiliki peta yang dibawa dalam dirinya tentang menjadi apa dan di bidang apa. Jika kita masih kesulitan dalam memetakan, kita bisa meminta bantuan pakar dalam pemetaan sebagai salah satu acuan dalam membersamai anak.Yang harus elalu kita ingat adalah sangat penting mendidik anak kita tumbuh menjadi manusia yang baik, yang disenangi setiap orang. Dan anak yang dibahagiakan, tidak akan melupakan orangtuanya.
"Above all problems, everything is a wisdom"
Perjalanan dalam membesarkan dan mendidik anak-anak kita tidak akan mudah. Pasti akan ada berbagai problematika di dalamnya, namun kita harus ingat bahwa dalam setiap permasalahan, kita akan mendapatkan kebijaksanaan.


Salam hangat,
sapamama

4 Komentar

  1. Terima kasih untuk catatannya, Mbak.. Jadi ingin melakukan sesuatu di liburan panjang ini. 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih telah berkenan mampir. Semoga liburannya menyenangkan 😉

      Hapus