Sekitar 5 tahun yang lalu, saat saya bergabung di komunitas gendongan, kami sempat dihebohkan dengan orang yang memiliki penyimpangan seksual, yaitu merasakan gairah terhadap kain jarik sehingga mereka memalsukan identitas dan membeli kain jarik second bekas pakai ibu-ibu. Hal itu menyebabkan kami lebih berhati-hati dalam menerima member baru, salah satunya untuk mencegah kejadian yang tak menyenangkan tersebut.

Ternyata, itu bukan kasus satu-satunya yang melibarkan kain jarik. Selain hangat di Tik-Tok dalam beberapa waktu terakhir, sebelumnya, dunia maya sempat dikejutkan dengan berita seorang mahasiswa universitas ternama di Surabaya yang melakukan pelecehan seksual yang dianggap menyimpang. Penyimpangan yang dilakukan oleh pelaku, G, adalah meminta korban untuk dibungkus dengan kain jarik selama 3 jam dengan dalih melakukan riset untuk skripsi. Tak hanya kain jarik, G menyebutkan segala perlengkapan dan langkah yang harus dilakukan dengan sangat rinci. Jika aksi bungkus-membungkus itu dilakukan korban dari jarak jauh, G akan meminta foto-foto dan video proses dan hasil membungkus. Ada korban yang dibungkus langsung oleh G dan menyatakan bahwa si korban sempat diraba-raba saat dibungkus. Apakah kejanggalan yang terjadi pada G disebut dapat dengan fetish? Teman mama akan saya ajak untuk belajar dari kak Dwi Wijayanti, M.Psi, Psikolog tentang serba-serbi fetish. Di simak ya…


Apa Itu Fetish?

Fetish masuk dalam kategori parafilia yaitu penyimpangan seksual. Penyebabnya belum bisa dipastikan, tapi dapat dideteksi yaitu ditandai dengan adanya objek-objek tertentu dan spesifik (contohnya pada kasus G, bisa kita cermati lewat percakapannya bahwa G dapat menunjukkan objek dengan sangat spesifik). Dalam ilmu psikologi bisa merujuk pada grand theory psikologi. Penyebab perilaku penyimpangan seseorang dapat terjadi salah satunya karena proses belajar (behavioristik), misalnya pola asuh yang keras atau ekspos seksual dilingkungan sekitar.


Apakah Ada Terapi Untuk Menyembuhkan Fetish?

Khusus fetish ada yang normal, tidak masalah dan gangguan. Contohnya pada pasutri yang dalam melakukan aktivitas intim mereka suami perlu/harus menciumi bagian non seksual seperti jempol kaki, baju istri, dan lainnya. Namun aktivitas tersebut dilakukan dalam ranah privas, atas kesepakatan bersama, dan tidak ada keluhan dari pasangan.

Penegakan diagnosis parafilia fetish harus ada serangkaian pemeriksaan psikologi, setidaknya 3 kriteria harus terpenuhi :

1. Selama 6 bulan terobsesi terus menerus dengan fantasi terhadap benda yang dapat meningkatkan gairah seksualnya,

2. Ada perasaan tertekan terkait hal tersebut dan beresiko mengganggu aktivitas maupun kehidupan sosialnya,

3. Ada benda-benda yang menjadi objek fantasi tersebut, meliputi benda mati seperti barang-barang tertentu/bagian dari tubuh seseorang (sasaran seksualitasnya).

 

Sehingga, baik psikolog dan psikiater perlu melakukan pemeriksaan dan pengidentifikasian seperti apa aspek kognitifnya. Apa yang dia pikirkan, latar belakang fantasinya, keyakinan-keyakinannya, bagaimana perkembangan emosinya, pengalaman masa lalunya, apakah ada peristiwa traumatik yang kemudian membuatnya berperilaku fetish.


Fetish yang masuk dalam kategori gangguan bisa diatasi melalui terapi kejiwaan dengan psikiater dan CBT (terapi kognitif perilaku) dengan psikolog. Seperti halnya jika dorongan seksual masih bisa dikendalikan oleh orang tersebut biasanya menggunakan terapi perilaku.

Agar kita tak menjadi korban pelecehan seksual seperti ini, pencegahannya bisa dilakukan dengan melakukan pelacakan terhadap informasi ataupun permintaan yang diberikan seseorang berbau hal-hal di luar nalar, maupun terkesan ada penyimpangan. Jika teman mama merasakan sesuatu yang janggal ataupun merasa pernah menjadi korban dan memerlukan pendampingan, teman mama dapat berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater yang terpercaya. Jika ada keterbatasan dana, teman mama dapat berkonsultasi dengan psikolog Puspaga Surakarta di Taman Cerdas Jebres.


Salam Hangat,

sapamama




25 Komentar

  1. Jadi jelas tentang fetish. Waktu vital beberapa waktu lalu nggak sempet ngikuti. Bahaya ya kelainan ini? Musti dishare nih ke anak gadisku.

    BalasHapus
  2. Ngeri yaaa, penyakit psikis jaman now makin beragam
    Semoga ALLAH lindungi kita semua dan jauhkan dari marabahaya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebetulnya sejak dulu sudah ada mam, hanya saja teknologi informasi membuat semua yg dulu tabu dan tertutup mulai terkuak ke permukaan.

      Hapus
  3. Menurutku orang awam, sebenarnya kelainan seperti ini (fetish) bisa dikendalikan oleh penderitanya sendiri. Tergantung iman masing-masing. Selamat malam, Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namun, masih banyak saudara kita yang membutuhkan uluran tangan dari sesamanya. Bukankah ilmu psikologi dan kedokteran sendiri merupakan ilmu yang diberikan Tuhan? Bagi saya, stigma tentang iman ini berbahaya dan justru membuat saudara kita yang butuh pertolongan malah semakin menutup diri karena takut dengan label kurang iman. Salam.

      Hapus
  4. Ya Allah miris ya mbak, semoga anak keturunan kita dijauhkan dari penyakit ini, aamiin.

    BalasHapus
  5. Serem bangeeett yaampuunn saya sempat ikutin yg berita fetish kain jarik terus dililit2 ke mahasiswa itu. Duh, harus ditangani yg begini2 ini biar nggak dianggap biasa padahal ini suatu penyimpangan ya masuk'y..

    BalasHapus
  6. waktu berita tentang si mahasiswa surabaya itu saya belum paham kalau itu ternyata fetish. baca artikel ini baru deh paham. serem deh, semoga jangan sampai ada lagi kasus yang mengancam anak-anak muda jaman sekarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mam, wajib membekali orang terdekat kita agar selalu waspada

      Hapus
  7. Menakutkan ya Mbak? baru tahu istilah ini, yang tempo hari itu saya nggak ngeh dan paham. Thanks ya Mbak. Sekarang banyak istilah baru dan ternyata membahayakan yaa. Semoga Allah mengjaga kita dan anak-anak kita semua. Amiin.

    BalasHapus
  8. Kasus ini sempat bikin gempar. Apalagi kasus yang terakhir kejadiannya di Surabaya ya. Sebaiknya memang gangguan semacam ini ditangani di tangan yang tepat, ahli kejiwaan/psikiater gitu. Masalahnya orang sering labelling sih ya dengan stigma. Yakin deh ada banyak kasus serupa yang tak terungkap karena orang takut konsultasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba. Malu dan tidak ada biaya menjadi ganjalan banyak orang yang membutuhkan pendampingan

      Hapus
  9. Terima kasih banyak infonya kak, bermanfaat sekali ini karena sebagian orang mungkin tidak tahu harus kemana dan step apa yang harus diambil ketika mendapatkan perilaku yang kurang menyenangkan ini

    BalasHapus
  10. Makin aneh saja dunia ini.
    Aku sering gak paham, tapi mencoba untuk melindungi lingkaran terkecilku dengan doa dan pengertian bahwa waspada terhadap orang asing, meski itu teman.

    BalasHapus
  11. Saya pernah denger kasus kain batik tapi nggak mudenh. Ternyata seperti itu..

    BalasHapus
  12. wah iya, beberapa waktu lalu, fetish emang lagi viral ya mbak.
    kasus mahasiswa di surabaya, mana satu almamater lagi sama aku..
    smg nggak banyak org dgn perilaku menyimpang spt ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin... Semoga makin banyak tenaga profesional yang bisa mendampingi agar mereka mampu melewati semua ini

      Hapus
  13. Bahasan yang sangat menarik nih Mbak Era, jadi kita bisa mendeteksi ya jika di komunitas gendongan ada orang yang menunjukkan tanda-tanda ke arah ia mengidap Fetis ini. Nice share, thank you

    BalasHapus
  14. ya Allah ngeri bgt ya, ini efek domino dari pronografi terus kecanduan trus penyimpangan kemana-mana ga sih? semoga kita dilindungi dari marabahaya seperti ini ya mbak

    BalasHapus
  15. Semoga para pengidap fetish segera menyadari bahayanya dan segera mendatangi para ahli yang bisa membantu.

    BalasHapus